Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis
untuk
Pembangunan
A. Pengertian, Sejarah dan Jenis Peta
Disetiap negara pasti memiliki batasan-batasan negara, dan
cara yang paling mudah untuk melihatnya adalah dengan melihat peta negara
tersebut. Apakah yang dimaksud dengan peta? Bagaimanakah sejarah peta?
Bagaimanakah jenis-jenis peta? Agar kalian lebih memahami mengenai peta dan
sejarahnya, mari kita pahami pembahasan berikut ini.
1.
Pengertian dan Sejarah Peta
Peta dalam bahasa Inggris lazim
disebut dengan istilah map,
yang berasal dari bahasa Yunani mappa yang
berarti taplak meja. Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran seluruh
atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala
tertentu dan dilengkapi dengan simbol-simbol. Ilmu yang mempelajari tentang
peta disebut Kartografi.
Adapun orang yang ahli dalam membuat peta digelari Kartografer.
Fungsi peta sangat penting, antara lain :
Fungsi peta sangat penting, antara lain :
• Menunjukkan
posisi atau lokasi tempat di permukaan bumi;
• Mendeskripsikan
bentuk dan persebaran berbagai gejala di permukaan bumi;
• Menggambarkan
keadaan fisik suatu wilayah, seperti ketinggian tempat, relief, dan jenis
tanah;
• Menyajikan
jumlah dan persebaran berbagai kenampakan sosial dan budaya, seperti jumlah
penduduk, persebaran penduduk, atau pola dan persebaran pemukiman.
Awalnya peta dibuat oleh
penduduk Babilonia sekitar 2300 SM, dengan menggunakan media tanah liat sebagai
bahan dasar. Dalam perkembangan lebih lanjut, penduduk Cina membuat peta
wilayah dengan menggambar pada kain sutra dan prasasti sekitar abad 2 SM. Salah
satu peta zaman primitif yang sangat menarik adalah peta yang dibuat masyarakat
Kepulauan Marshall di selatan Samudera Pasifik. Gambar peta dibuat dari serabut
tumbuhan yang menggambarkan lokasi pulau tersebut. Seni pembuatan peta pertama
kali yang tergolong maju adalah pada 12 abad lalu oleh masyarakat Maya dan Inca
di Benua Amerika.
Peta dunia pertama kali dibuat
pada abad ke-6 SM oleh ilmuwan Yunani yang bernama Anaximander. Adapun salah
satu peta dunia yang paling terkenal pada masa klasik adalah karya ahli
geografi Yunani yang bernama Eratosthenes sekitar 200 SM. Peta ini
menggambarkan dunia dari Inggris di barat daya, pegunungan di sekitar Sungai
Gangga di sebelah timur, dan Libya di sebelah selatan. Peta ini adalah peta
pertama yang menggunakan garis paralel untuk menunjukkan garis lintang,
meskipun garis meridian masih kurang begitu jelas.
Pada tahun 1507, peta buatan
Martin Waldseemuller, seorang ahli Geografi Jerman memperkenalkan nama peta
Benua Amerika yang baru ditemukan di seberang Atlantik. Pada tahun 1570,
Abraham Ortelius menerbitkan atlas modern dengan judulOrbis Terrarum,
yang terdiri dari 70 peta. Gerardus Mercator adalah orang yang mengawali
perkembangan pembuatan peta dengan menggunakan proyeksi yang memanfaatkan bujur
dan lintang, sehingga metode ini dikenal dengan istilah Proyeksi
Mercator.
2.
Jenis-Jenis Peta
Secara umum peta dibedakan atas peta umum dan peta
tematik. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a) Peta umum
Yang digambarkan dalam jenis peta ini adalah kenampakan
secara umum, baik karakteristik alam maupun karakteristik buatan manusia.
Contoh peta umum adalah peta topografis, peta khorografis, peta dunia, dan peta
negara.
b) Peta tematik
Peta tematik merupakan peta yang menonjolkan tema tertentu
sehingga hanya memberikan gambaran kenampakan atau obyek yang sifatnya tertentu
di permukaan bumi. Biasanya untuk membuat peta tematik diperlukan peta dasar
yang berasal dari peta umum dan data-data yang mendukung kegiatan tersebut.
Data dimaksud dapat berupa data primer maupun data sekunder. Data primer adalah
data yang diterima langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari pihak atau instansi tertentu. Contoh peta tematik antara lain
peta kemiskinan, peta kemiringan lereng, peta kepadatan penduduk, peta jenis
tanah, dan peta geologis.
Menurut skalanya, peta dapat dibedakan atas :
•
Peta skala kadaster, yakni peta dengan skala antara 1:100 sampai peta dengan
skala 1:5.000.
•
Peta skala besar, yaitu peta dengan skala antara 1:5.000 sampai peta
dengan skala 1:250.000.
•
Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala antara 1:250.000 sampai peta
dengan skala 1:500.000.
•
Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala antara 1:500.000 sampai peta dengan
skala 1:1.000.000.
• Peta skala geografi,
yaitu peta yang skalanya kurang dari 1:1.000.000.
RANGKUMAN
1)
Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran seluruh
atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala
tertentu dan dilengkapi dengan simbol-simbol.
2)
Secara umum, peta dibedakan atas peta umum dan peta
tematik.
B.
Komponen-Komponen Peta
Pernahkah kalian melihat sebuah peta? Pasti kalian sudah
sering mendengar dan melihat dan bahkan kalian pasti tahu apa itu peta. Lalu apakah
kalian tahu komponen-komponen yang ada dalam peta? Agar kalian dapat memahami
peta dan komponennya mari kita simak pembahasan berikut ini.
Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau
kelengkapan peta, di antaranya:
1.
Judul peta
Judul peta mencerminkan isi dan
tipe peta. Judul biasanya ditampilkan di bagian atas peta dengan huruf besar
dan menonjol dan mudah dibaca. Fungsi judul peta adalah memberi nama peta
sesuai dengan isi peta tersebut.
2.
Orientasi atau Arah
Biasanya berupa gambar arah
mata angin. Arah utara secara konvensional digunakan sebagai pedoman untuk
orientasi.
3.
Skala
Skala adalah perbandingan antara jarak yang ada pada peta
dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat
dibedakan menjadi tiga.
• Skala Angka atau Numerik adalah
skala yang berupa angka-angka, misalnya skala peta 1:1.000.000.
• Skala Garis atau Grafik,
skala yang ditunjukkan melalui pembuatan garis linier dengan perbandingan pada
setiap ruasnya.
• Skala Kalimat atau Verbal,
skala yang membuat kalimat baku sebagai penunjuk skala. Jenis skala ini banyak
dipakai di Eropa, biasanya menggunakan satuan inchi dan mil. Contohnya, one
inches to two miles.
4.
Legenda atau Keterangan
Legenda adalah keterangan
penting yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang simbol-simbol yang
terdapat pada peta.
5.
Garis Koordinat (Geografis)
Garis ini diperlukan untuk
mengetahui letak geografis suatu tempat. Biasanya terdiri dari garis bujur dan
garis lintang yag dituliskan di tepi peta dengan menunjukkan beberapa derajat,
berapa menit, dan berapa detik. Contohnya, 3090”LU - 3010’LS.
6.
Tata Tulis (Lettering)
Adalah tata cara penulisan di
dalam peta. Secara umum, untuk penulisan obyek yang berupa daratan digunakan
jenis huruf tegak, sedangkan obyek perairan digunakan huruf miring.
7.
Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta tematik, yang menunjukkan
siapa pembuat peta tersebut. Tahun pembuatan juga sangat penting, karena obyek
di atas permukaan bumi, baik yang alami maupun buatan manusia mudah berubah
sejalan dengan waktu.
8.
Inset
Inset adalah peta skala kecil yang berfungsi untuk memberikan gambaran
lokasi daerah yang dipetakan terhadap wilayah lain secara global (lebih luas).
9.
Garis Tepi
Berfungsi untuk membatasi
liputan peta dan keindahan penyajian peta. Biasanya garis tepi dibuat rangkap
dua.
10.
Tata Warna
Tata warna sangat penting jika
peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna adalah sebagai simbol yang
mempunyai makna bermacam-macam, tergantung kepada pembuat peta. Contoh fungsi
tata warna adalah sebagai berikut:
• Membedakan
tinggi rendahnya suatu daerah atau kedalaman laut.
• Memberikan
kualitas atau kuantitas simbol-simbol yang ada pada peta.
• Untuk
keperluan keindahan (estetika).
11.
Simbol
Simbol adalah tanda atau
lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapat pada peta.
Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri.
12.
Simbol Peta
Simbol adalah cerminan suatu
obyek yang ada di permukaan bumi pada suatu peta. Simbol yang baik adalah jika
mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan keterangan/legenda. Selain itu,
simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar.
Secara umum simbol dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni simbol titik, simbol garis, dan simbol area.
Secara umum simbol dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni simbol titik, simbol garis, dan simbol area.
• Simbol Titik
Simbol titik digunakan untuk menggambarkan kenampakan yang
bersifat tunggal, misalnya suatu kota, candi, stasiun, rumah makan, dan
lapangan terbang. Kota pada skala kecil hanya tergambar sebagai titik, tetapi
kota dalam skala besar dapat meliputi suatu luasan (area) yang tidak dapat
diwakili hanya dengan suatu titik saja.
• Simbol Garis
Simbol garis untuk menggambarkan unsur-unsur yang
memanjang, misalnya jalan raya, jalan kereta api, sungai, garis pantai, dan
batas administrasi. Untuk membedakan unsur tersebut, garis dibuat berbagai
ragam dan kadang-kadang ditambah dengan warna sebagai pembeda dan agar lebih
indah.
• Simbol Area
Simbol wilayah atau area untuk menggambarkan unsur-unsur
yang meluas atau mempunyai luasan, misalnya perkebunan, rawa, hutan, sawah,
tegalan, atau danau.
RANGKUMAN
1)
Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau
kelengkapan peta.
2)
Peta merupakan penyajian yang bersifat simbolik. Untuk
mengenal arti tiap-tiap simbol diperlukan kunci atau keterangan yang disebut
legenda.
C.
Membuat dan Menggambar
Peta
Kata peta pasti sudah sangat familiar di telinga kita.
Kalian pasti sering melihat atau bahkan pernah menggunakan peta, tetapi mungkin
masih sulit untuk mendeskripsikan peta. Nah, agar kalian lebih mengerti, mari
kita simak pembahasan berikut ini.
1.
Pengertian Peta
Peta adalah sebuah alat yang
digunakan sebagai penunjuk arah. Peta dalam bentuk paling sederhana berupa
denah lokasi dan sebenarnya tanpa kita sadari kita sering membaca peta atau
bahkan membuat peta, karena pada intinya peta adalah sesuatu yang bisa
memberikan petunjuk arah kepada kita.
Untuk mendapatkan suatu peta
yang baik dan benar, maka penggambarannya perlu dikontrol oleh seorang ahli
kartograf. Kartograf yang baik harus menguasai geografi kurang lebih 50%, bakat
seni 40%, dan lain-lain 10%. Tugas dari kartograf dalam proses penggambaran
suatu peta adalah sebagai berikut:
a.
Menyelidiki dan mengukur data. Cara ini dapat dilakukan
dengan geodesis, yaitu pengukuran jarak mendatar dan tinggi suatu tempat serta
fotogrametris, yaitu dengan cara pemotretan dari segala kenampakan yang akan
dibuat.
b.
Mengkoreksi, menganalisis, membuat konsep, dan menggambar
data.
c.
Mengkoreksi kembali dengan mencocokkan kenyataan di
lapangan.
d.
Melakukan pencetakan terhadap peta yang sudah benar.
2. Cara Mengukur Jarak dan Arah
Dalam Peta
1. Jarak
Untuk mengukur kenampakan
geografi yang tidak teratur seperti sungai atau garis pantai, dapat digunakan
dengan benang. Caranya adalah benang diletakkan sesuai dengan bentuk sungai
atau garis pantai. Kemudian benang tersebut direntangkan pada mistar, lalu
diperhitungkan dengan skala.
2. Arah
Untuk menentukan arah dapat
digunakan bantuan kompas. Arah yang ditunjukkan oleh kompas disebut azimuth ataumagneti azimuth.
Caranya, sudut diukur dari arah utara searah dengan jarum jam yang besarnya
antara 0°-360°.
3. Lokasi
Lokasi atau tempat kenampakan
geografi, dapat dibaca dengan cara sebagai berikut:
a.
Parallel meridian
Parallel meridian merupakan
cara menentukan lokasi yang paling umum dilakukan, yaitu dengan memperhatikan
parallel (garis lintang) dan meridian (garis bujur).
b. Jarak
dan arah
Dengan cara ini suatu lokasi
tempat diikat dengan jarak dan arah terhadap suatu tempat yang telah diketahui.
c. Jarak
dengan jarak
Lokasi ditentukan atas dasar
jarak dan jarak (ukuran ribuan meter) dari titik tertentu yang dianggap sebagai
titik pangkal (0,0).
d.
Arah dan arah
Dapat dilakukan dengan cara resection dan intersection. Resection ialah
menentukan kedudukan suatu tempat dimana kita berdiri di medan yang tidak
diketahui dengan pertolongan dua titik yang dikenal, baik di peta maupun di
medan. SedangkanIntersection ialah
suatu kenampakan yang tidak ada di peta tapi ada di medan, dengan menggunankan
pertolongan dua tempat yang dikenal baik di medan maupun di peta.
e.
Ketinggian
Unsur ketinggian dapat dibaca langsung pada:
1. Titik Triangulasi, yaitu titik-titik pengukuran ketinggian suatu tempat, baik titik-titik triangulasi tingkat primer, sekunder, tersier maupun kuarter.
2. Titik-titik ketinggian yang digambarkan pada peta berfungsi untuk menunjukkan bahwa ditempat itu terdapat kenampakan geografi yang penting.
3. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan ketinggian yang sama.
1. Titik Triangulasi, yaitu titik-titik pengukuran ketinggian suatu tempat, baik titik-titik triangulasi tingkat primer, sekunder, tersier maupun kuarter.
2. Titik-titik ketinggian yang digambarkan pada peta berfungsi untuk menunjukkan bahwa ditempat itu terdapat kenampakan geografi yang penting.
3. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan ketinggian yang sama.
3. Cara Pengukuran Peta
Dengan Menggunakan Alat
a. Mengunakan Kompas dan Meteran
Salah satu cara yang sederhana
dalam menarik data untuk pembuatan peta adalah dengan menggunakan kompas dan
meteran.
b. Cara Melakukan Pengukuran dengan
Kertas Blok
Pengukuran tidak dapat
dilakukan dengan seorang diri, tetapi harus dilakukan secara bersama.
c. Dengan Tedoit
Teknik pengukuran langsung
untuk mendapatkan informasi data pembuatan peta diantaranya adalah dengan
menggunakan tedoit. Alat ini sangat praktis untuk mengukur arah, jarak,
ketinggian, dan kemiringan suatu tempat.
RANGKUMAN
- Peta
adalah sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk arah. Peta dalam bentuk
paling sederhana berupa denah lokasi.
- Dengan
menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di
permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi
pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan
sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua
yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya).
D.
Memperbesar, Memperkecil,
dan Membaca Peta
Peta dapat ditampilkan dalam berbagai ukuran baik besar
maupun kecil. Hal itu tergantung pada besarnya skala. Mengubah ukuran peta
berarti sekaligus mengubah skala peta. Agar lebih mudah memahaminya, mari kita
simak pembahasan berikut ini.
1.
Memperbesar Peta
Memperbesar peta adalah membuat
peta lebih besar dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Memperbesar dan
memperkecil peta dapat dilakukan dengan alat mesin fotocopy dan pantograf.
Dengan berubahnya ukuran peta, maka skala peta pun akan berubah.
Rumus memperbesar peta, yaitu:
Rumus memperbesar peta, yaitu:
Angka Skala : Angka Perbesaran
Langkah-langkah memperbesar peta, yaitu:
a. Buatlah
garis-garis vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal (dari kiri ke kanan),
pada kertas transparan yang ditempelkan pada peta yang akan diperbesar dengan
cara yang sama, misalnya 1 cm.
b. Berilah
nomor urut, 1,2 sampai garis terakhir dari kiri ke kanan pada tiap titik
pertemuan antara garis tepi peta dan garis vertikal dari atas ke bawah, juga
pada titik pertemuan antara garis tepi dan garis-garis horizontal.
c. Buatlah
petak-petak berjarak 2 cm tiap garisnya pada kertas yang akan digunakan untuk
memperbesar peta, seperti pada kertas transparan
d. Gambarlah
peta yang diperbesar pada petak-petak tersebut.
2.
Memperkecil Peta
Memperkecil peta adalah membuat
peta lebih kecil dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Memperkecil peta
merupakan kegiatan mengubah ukuran peta menjadi lebih kecil.
Rumus:
Rumus:
Angka Skala Peta x Angka Perkecilan
Untuk memperbesar dan
memperkecil peta ada tiga cara, yaitu: pantograph, fotocopy, dan sistem petak.
3.
Membaca Peta
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam membaca peta
antara lain sebagai berikut.
a. Lokasi daerah dapat dibaca melalui garis lintang dan garis bujur.
a. Lokasi daerah dapat dibaca melalui garis lintang dan garis bujur.
b. Arah dibaca melalui petunjuk arah
c. Jarak dan luas sebenarnya dapat diketahui melalui skala
peta.
d. Ketinggian tempat dapat dibaca melalui titik
triangulasi atau garis kontur.
e. Lereng dapat dibaca melalui garis kontur.
f. Kenampakan alam dan budaya dapat dibaca melalui simbol
peta.
RANGKUMAN
Dengan memperbesar peta, maka akan membuat peta menjadi
ukuran lebih besar dari ukuran sebelumnya yang telah ada. Sedangkan memperkecil
peta adalah membuat peta lebih kecil dari peta asli dengan perbandingan
tertentu.
E.
Tata Cara Penulisan dan
Proyeksi Peta
Untuk menggambarkan seluruh ketampakan permukaan bumi
tanpa penyimpangan, maka peta harus digambar dalam bentuk bola yang disebut
dengan globe. Peta yang digambar pada bidang datar tidak dapat secara akurat
menggambarkan seluruh permukaan bumi, kecuali hanya untuk menggambarkan daerah
dalam areal yang lebih sempit. Untuk menggambar sebagian besar permukaan bumi
tanpa penyimpangan, dilakukan kegiatan proyeksi. Apa itu proyeksi? Untuk lebih
memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini.
1.
Tata Cara Penulisan
Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta, ada kesepakatan di antara para ahli
(kartografer) yaitu sebagai berikut:
a.
Nama geografi ditulis dengan bahasa dan istilah yang
digunakan penduduk setempat.
Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. Contohnya ialah Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). JIka sudah menggunakan istilah CI, Kreung, Kali atau Bengawan tidak perlu diikuti istilah sungai. Sebagai contoh penulisan yang berlebihan yaitu Sungai Citarung.
Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. Contohnya ialah Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). JIka sudah menggunakan istilah CI, Kreung, Kali atau Bengawan tidak perlu diikuti istilah sungai. Sebagai contoh penulisan yang berlebihan yaitu Sungai Citarung.
b.
Nama jalan ditulis harus searah dengan arah garis, baik
dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan jalan tersebut, dan
ditulis dengan huruf cetak kecil.
c.
Nama kota ditulis dengan 4 cara, yaitu:
1.
Di bawah simbol kota.
2.
Di atas simbol kota.
3.
Di sebelah kanan simbol kota.
4. Di
sebelah kiri simbol kota.
2.
Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk
permukaan yang lengkung pada suatu bidang datar.
a. Syarat
Umum dalam Proyeksi Peta
Syarat-syarat umum dalam
melakukan proyeksi peta antara lain:
1.
Bentuk yang diubah harus tetap (Conform).
2.
Luas permukan yang diubah harus tetap (Equivalent).
3.
Jarak antara suatu titik dengan titik lain di atas
permukaan yang diubah harus tetap (Equidistant).
4.
Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan (Distorsi).
b. Jenis
Proyeksi Peta
Secara umum,
pengelompokan terhadap proyeksi peta adalah sebagai berikut.
1.
Berdasarkan Jenis Bidang Proyeksi.
Berdasarkan atas jenis bidang proyeksinya, proyeksi peta
ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
● Proyeksi bidang datar disebut pula proyeksi Azimutal atau Zenital,
adalah proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
● Proyeksi kerucut adalah proyeksi peta yang menggunakan
bidang kerucut sebagai bidang proyeksinya.
● Proyeksi silinder adalah jenis proyeksi peta yang
menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksinya.
2. Berdasarkan Kedudukan
Bidang Proyeksi.
Berdasarkan
atas kedudukan bidang proyeksinya, ada tiga macam proyeksi peta yaitu:
● Proyeksi normal, adalah proyeksi peta yang garis
karakteristiknya berhimpit dengan sumbu pendek ellipsoid, sehingga antara kedua
garis tersebut tidak terbentuk sudut titik. Garis karakteristik merupakan garis
sumbu dari bidang proyeksi peta.
● Proyeksi miring adalah proyeksi peta yang garis
karakteristiknya membentuk sudut lancip dengan sumbu pendek ellipsoid, atau
dapat pula dikatakan bahwa garis karakteristik tersebut membentuk sudut lancip
dengan bidang ekuator.
● Proyeksi transversal adalah proyeksi peta yang garis
karakteristiknya terletak di bidang ekuator.
c.
Syarat-Syarat Proyeksi Peta
Syarat-syarat dalam proyeksi peta, yaitu:
1. Conform,
adalah proyeksi peta yang mempertahankan besarnya sudut, sehinga sudut pada
bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan sudut tersebut pada bidang
proyeksinya. Atau dengan kata lain, proyeksi ini mempertahankan bentuk yang
sama.
2. Equidistant,
adalah proyeksi peta yang mempertahankan jarak, sehingga panjang jarak pada
bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan panjang jarak pada bidang
proyeksinya.
3. Equivalent,
adalah proyeksi peta yang mempertahankan luas, sehingga luas suatu daerah pada
bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan luas daerah pada bidang
proyeksinya.
d. Sistem
Proyeksi Peta di Indonesia
Sistem proyeksi peta yang digunakan di Indonesia antara
lain:
1. Proyeksi Polyeder.
1. Proyeksi Polyeder.
Sistem proyeksi polyeder
termasuk ke dalam proyeksi lambert, yaitu sistem proyeksi kerucut normal
conform. Dalam sistem proyeksi polyeder, lingkaran-lingkaran parallel
diproyeksikan menjadi lingkaran-lingkaran konsentris dengan puncak kerucut
sebagai pusatnya. Puncak kerucut tersebut merupakan proyeksi dari titik kutub,
sedangkan garis lengkung meridian diproyeksikan menjadi garis-garis lurus yang
konvergen ke pusat lingkaran-lingakaran parallel. Khusus untuk lingkaran
parallel tempat bersinggungnya ellipsoid dengan bidang kerucut yang akan
diproyeksikan secara equidistant.
Lingkaran parallel ini disebut sebagai parallel standard, sedangkan jaringan
garis-garis yang dibangun oleh garis-garis proyeksi lingkaran parallel dan
lengkungan meridian dinamakan graticule.
2. Proyeksi
Mercantor
Proyeksi mercantor merupakan
proyeksi silinder
normal conform, artinya bidang proyeksi berupa bidang silinder yang
mempunyai kedudukan normal, dengan sifat distorsi conform.
Kedudukan bidang silinder terhadap bidang ellipsoid bersinggungan, dengan
demikian lingkaran equator akan diproyeksikan secara equidistant.
Pada proyeksi mercantor berlaku sistem koordinat tunggal sehingga untuk seluruh
wilayah akan mempunyai salib sumbu koordinat yang sama dan semua lingkaran parallel
dan lengkungan meridian akan diproyeksikan berupa garis lurus, sehingga
jaringan garis-garis proyeksi tersebut membentuk grid.
3.
Proyeksi Universal
Transverse Mercantor (UTM)
Proyeksi UTM merupakan proyeksi silinder
transversal conform, artinya bidang proyeksinya berupa silinder yang
mempunyai kedudukan transversal dan sifatnya distorsi conform.
Dalam proyeksi UTM, lingkaran-lingkaran parallel diproyeksikan berupa garis
lengkung yang menghadap ke utara untuk lingkaran parallel yang terletak di belahan
bumi utara, sedangkan untuk lingkaran parallel yang terletak di belahan bumi
selatan menghadap ke selatan. Lingkaran equator akan diproyeksikan berupa garis
lurus yang terdapat di tengah-tengah dan memisahkan garis proyeksi lingkaran
parallel yang menghadap ke utara dengan menghadap ke selatan. Garis lengkung
meridian akan diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap dan simetris
terhadap proyeksi garis lengkung meridian tengah. Garis proyeksi meridian
tengah berupa garis lurus. Dengan demikian pada sistem proyeksi ini semua garis
proyeksi lengkungan meridian dan lingkaran parallel akan berupa garis lengkung.
RANGKUMAN
1. Proyeksi peta
adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang lengkung pada suatu
bidang datar.
2. Sistem proyeksi
peta yang digunakan di Indonesia seperti proyeksi polyeder, proyeksi mercantor,
dan proyeksi UTM.
F.
Perkembangan, Definisi,
dan Komponen SIG
Istilah teknologi informasi sering diartikan sama dengan
sistem informasi tanpa mengerti perbedaan dari kedua istilah tersebut.
Teknologi informasi hanyalah bagian dari sistem informasi. Kali ini kita akan
membahas mengenai bagaimana sistem informasi dalam geografi. Agar kalain lebih
memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini.
1.
Pengertian dan Perkembangan
SIG
SIG merupakan singkatan dari
Sistem Informasi Geografi. Secara umum, SIG dapat didefinisikan sebagai sistem
komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data yang
berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Sistem tersebut
diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
berfungsi melakukan:
a.
Akuisi dan verifikasi data.
b.
Kompilasi data.
c.
Penyimpanan data.
d.
Perubahan dan pembaharuan data.
e.
Penyimpanan dan pertukaran data.
f.
Manipulasi data.
g.
Pemanggilan dan presentasi data.
h.
Analisis data.
Karena merupakan suatu sistem, SIG terdiri dari 4
subsistem pokok, yaitu:
a.
Subsistem Masukan
Fungsi dari subsistem adalah
mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber.
Selain itu, subsistem ini bertanggungjawab dalam melakukan konversi atau
melakukan transformasi format data asli ke dalam format yang dapat digunakan
oleh SIG.
b.
Subsistem Penyimpanan
Fungsi dari subsistem
ialah mengorganisasikan data, baik data spasial maupun data atribut ke dalam
basis data (bank data). Penyimpanan dengan cara demikian akan memudahkan dalam
pemanggilan, pengeditan, dan pembaharuan data.
c.
Subsistem Pengolahan dan Pengkajian
Fungsi dari
subsistem adalah menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
Selain itu, subsistem ini juga melakukan pengolahan dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
d.
Subsistem Penyajian
Fungsi
dari subsistem ialah menampilkan data dan hasil dari pengolahannya, baik
sebagian maupun seluruhnya. Data dan hasil pengolahannya tersebut ditampilkan,
antara lain dalam bentuk tabel, grafik, dan peta (khususnya peta digital).
Seiring dengan perkembangan
komputer, perkembangan SIG juga mengalami peningkatan yang sangat pesat.
Peningkatan itu terutama terdorong oleh perkembangan pengindraan jauh,
komputer, dan global
positioning system (GPS).
Perkembangan SIG sangat menarik bagi berbagai pihak untuk keperluan yang amat
beragam. Oleh karena itu, penggunaan SIG mengalami peningkatan yang sangat
pesat sejak 1980-an. Peningkatan penggunaan SIG terjadi terutama di
negara-negara maju, baik di kalangan militer, pemerintahan, akademis, maupun
untuk kepentingan bisnis.
2.
Komponen SIG
Subsistem dalam SIG saling
berhubungan satu sama lain dan terintegrasi dengan sistem-sistem komputer. SIG
terdiri atas empat komponen pokok, yaitu:
1.
Data
Data dalam SIG terdiri atas dua jenis, yakni:
a.
Data Spasial
Data spasial adalah data grafis
yang mengidentifikasikan kenampakan lokasi geografi berupa titik, garis, dan
poligon. Data spasial diperoleh dari peta yang disimpan dalam bentuk digital (numerik),
seperti:
• Titik,
dapat menggambarkan obyek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah
titik menggambarkan kota jika pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan obyek
tertentu yang lebih spesifik dalam wilayah kota, misalnya pasar, jika pada peta
skala besar.
• Garis,
dapat menggambarkan obyek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah
garis menggambarkan jalan atau sungai pada peta skala kecil, tetapi
menggambarkan batas wilayah administratif pada peta skala besar.
• Area,
juga dapat menggambarkan obyek yang berbeda menurut skalanya. Area dapat
menggambarkan wilayah hutan atau sawah pada peta skala besar.
b.
Data Atribut
Data atribut adalah data
yang berupa penjelasan dari setiap fenomena yang terdapat di permukaan bumi.
Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala topografi karena memiliki
aspek deskriptif dan kualitatif. Oleh sebab itu, data atribut sangat penting
dalam menjelaskan seluruh obyek geografi. Contohnya, atribut kualitas tanah
terdiri atas status kepemilikan lahan, luas lahan, tingkat kesuburan tanah, dan
kandungan mineral dalam tanah.
2.
Perangkat Keras
Perangkat keras (hardware)
adalah perangkat-perangkat fisik yang digunakan dalam sistem komputer.
Perangkat keras yang dibutuhkan dalam pengoperasian SIG adalah seperangkat
komputer yang terdiri atas central
processing unit (CPU), monitor, printer, plotter,
disket, hard
disk, magnetic
tape, digitizer,
keyboard, dan scanner.
3.
Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software)
adalah program yang digunakan untuk mengoperasikan SIG. Beberapa program yang
dapat digunakan, antara lain Arc/Info, Are View, ERDAS, dan ILWIS.
4.
Manajemen
Manajemen merupakan perangkat dalam SIG
yang terdiri atas sumber daya manusia. Suatu proyek SIG akan berhasil jika
dilakukan dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu, SIG harus dikerjakan
oleh orang-orang yang tepat, dengan keahlian dalam bidang SIG sesuai
tingkatannya. Manusia sebagai pengguna SIG memiliki tingkatan kemampuan yang
berbeda-beda. Mulai dari tingkat spesialis yang mendesain dan memelihara sistem
hingga pengguna SIG.
RANGKUMAN
Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem yang
berbasis komputer dan memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi
geografis yaitu penyimpanan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Hasil akhirnya dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan. SIG bisa
menjadi alat yang sangat penting pada pengambilan keputusan untuk pembangunan
berkelanjutan karena SIG memberikan informasi pada pengambil keputusan untuk
analisis dan penerapan database keruangan.
G. Tahapan Kerja SIG
SIG dapat mempresentasikan dunia nyata ke dalam layar
monitor komputer. Oleh karena itu, SIG sama halnya dengan lembaran peta yang
mempresentasikan dunia nyata di atas kertas, meskipun SIG melalui komputerisasi
memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan peta. Akan tetapi,
sebuah peta dapat disebut SIG karena dapat menginformasikan data-data dalam
ruang, khususnya muka bumi. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak pembahasan
berikut ini.
1.
Sistem Informasi Geografis
(SIG)
Sistem Informasi
Geografis (Geographic
Information System disingkat GIS) adalah
sistem informasi khusus yang mengelola data dengan informasi spasial
(bereferensi keruangan). Beberapa ahli memberikan definisi Sistem Informasi Geografis
(SIG) sebagai berikut:
● Marble et al (1983)
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
● Linden (1987)
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan,
pemprosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait
dengan muka bumi.
● Aronaff (1989)
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada
kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data
serta memberi uraian.
● Alter (1990)
SIG adalah sistem informasi
yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk
daerah pada sebuah peta.
● Prahasta (1993)
SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan,
manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut
atribut-atributnya.
Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG, yaitu:\
1. Data Spasial
Data spasial adalah gambaran
nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan
berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk
koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster)
yang memiliki nilai tertentu.
2. Data
Non Spasial (Atribut)
Data non spasial adalah data
berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-informasi yang dimiliki
oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang saling
terintegrasi dengan data spasial yang ada.
2.
Tahapan Kerja SIG
Tahapan kerja SIG dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Data Masukan (Input Data)
Tahapan kerja SIG yang pertama
adalah data masukan, yaitu suatu tahapan pada SIG yang dapat digunakan untuk
memasukkan dan mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh
komputer. Data-data yang masuk tersebut membentuk database (data
dasar) di dalam komputer yang dapat disimpan dan dipanggil kembali untuk
dipergunakan atau untuk pengolahan selanjutnya. Tahapan kerja masukan data
meliputi pengumpulan data dari berbagai sumber data dan proses pemasukan data.
Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari empat sumber, yaitu data
lapangan (teristris), data peta, data pengindraan jauh, dan data statistik.
2.
Proses Pemasukan Data
Proses pemasukan data ke dalam
SIG diawali dengan mengumpulkan dan menyiapkan data spasial maupun data atribut
dari berbagai sumber data, baik yang bersumber dari data lapangan, peta,
penginderaan jauh, maupun data statistik. Bentuk data yang akan dimasukkan
dapat berupa tabel, peta, catatan statistik, laporan, citra satelit, foto
udara, dan hasil survei atau pengukuran lapangan. Data tersebut diubah terlebih
dahulu menjadi format data digital sehingga dapat diterima sebagai masukan data
yang akan disimpan ke dalam SIG. Data yang masuk ke dalam SIG dinamakan database (data
dasar atau basis data). Dari digitalisasi peta dihasilkan layer peta tematik.
Layer peta tematik adalah peta yang digambar pada sesuatu yang bersifat tembus
pandang, seperti plastik transparan.
Berbagai fenomena di permukaan
bumi dapat dipetakan ke dalam beberapa layer peta tematik, dengan setiap
layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang memiliki
kesamaan. Misalnya, layer jalan, kemiringan lereng, daerah aliran sungai, tata
guna lahan, dan jenis tanah. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan
urutan maupun skalanya. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari
dimana letak suatu daerah, obyek, atau hal lainnya di permukaan bumi. Fungsi
ini dapat digunakan, seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan,
dan mencari tempat-tempat penting yang ada di peta. Pengguna SIG dapat pula
melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letakfeature,
seperti sekolah, sungai, jembatan, dan daerah pertambangan.
3.
Manipulasi dan Analisis Data
Tahapan manipulasi dan analisis
data adalah tahapan dalam SIG yang berfungsi menyimpan, menimbun, menarik
kembali, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam
komputer.
4.
Keluaran Data
Tahapan keluaran data ialah
tahapan dalam SIG yang berfungsi menyajikan atau menampilkan hasil akhir dari
proses SIG dalam bentuk peta, grafik, tabel, laporan, dan bentuk informasi
digital lainnya yang diperlukan untuk perencanaan, analisis, dan penentuan
kebijakan terhadap suatu obyek geografis. Misalnya, untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan (land use),
sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya
yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan dalam menjelaskan
kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.
RANGKUMAN
1. Sistem Informasi
Geografis (Geographic
Information System) adalah sistem informasi khusus yang mengelola
data dengan informasi spasial (bereferensi keruangan).
2. Sebagai sebuah
sistem, tahapan kerja dalam SIG meliputi data masukan, proses masukan data,
manipulasi dan analisis data, serta keluaran data.
H. Kemampuan dan Manfaat SIG
Geographic Informational System (GIS)
atau Sistem Informasi Geografis merupakan aplikasi yang memiliki banyak
kegunaan. Tanpa disadari, banyak aktivitas pemerintahan yang akan sangat
terbantu apabila aplikasi SIG diimplementasikan dengan baik. Nah, agar kalian
dapat mengetahui apa saja manfaat dan kemampuan dari SIG, mari kita simak
pembahasan berikut ini.
1.
Kemampuan Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Kemampuan SIG, diantaranya:
a. Mencari
keterangan (atribut) atau deskripsi mengenai suatu unsur peta yang terdapat
pada posisi-posisi yang ditentukan.
b. Mengidentifikasi
unsur peta yang deskripsinya (salah satu atau lebih atributnya) ditentukan.
Sebagai contoh, SIG dapat menentukan lokasi yang sesuai untuk pengembangan
lahan pertanian tanaman lada dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
c. Mengidentifikasi
kecenderungan perubahan trend spasial dari berbagai unsur-unsur peta.
d. Jika
ada penyimpangan data aktual terhadap pola-pola yang sudah biasa dikenali, maka
SIG mampu merepresentasikannya.
e. Kemampuan
manipulasi dan analisis untuk menyelesaikan persoalan yang kompleks.
2.
Manfaat SIG
Manfaat SIG dapat diterapkan dalam berbagai bidang
berikut:
a.
Manajemen Tata Guna Lahan
Pemanfaatan dan penggunaan
lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan dengan penuh
pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonafikasi
lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. SIG dapat membantu dalam
pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat
digunakan sebagai acuan untuk pembangunan utilitas-utilitas yang diperlukan.
Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban)
perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria
tertentu yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Dengan kemampuan SIG yang bisa
memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini
akan digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak
sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.
Di daerah pedesaan (rural)
manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan
terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan alam,
akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana
proses pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan
minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah/ladang, peta pemukiman
penduduk, ketinggian masing-masing tempat, dan peta kondisi tanah. Penentuan
lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan
peta produksi pangan, penyebaran konsumen, dan peta jaringan transportasi.
Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat membantu dalam hal
penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang
disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif
dan efisien.
b.
Inventarisasi Sumber Daya
Alam
Secara sederhana, penerapan SIG dalam pendataan kekayaan
sumber daya alamiah ialah:
1.
Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam,
misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
2.
Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
● Kawasan lahan potensial dan lahan kritis.
● Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.
● Kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
● Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
● Rehabilitasi dan konservasi lahan.
c. Pengawasan Daerah
Bencana
Kemampuan SIG untuk
pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
● Memantau luas wilayah
bencana alam.
● Mencegah terjadinya bencana
alam pada masa mendatang.
● Menyusun
rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
● Penentuan tingkat
bahaya erosi.
● Prediksi ketinggian
banjir.
● Prediksi tingkat
kekeringan.
d. Perencanaan Wilayah
● Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan
pemukiman, pertanian, perkebunan, tata guna lahan, pertambangan dan energi, dan
analisis daerah rawan bencana.
● Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata
ruang wilayah, perencanaan kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan
sistem dan status pertahanan.
● Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu
wilayah, seperti manajemen sistem informasi jaringan air bersih, perencanaan
dan perluasan jaringan listrik.
● Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui
luas dan persebaran penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran
lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan, pendataan dan
pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana
hiburan dan perkantoran.
e. Kepentingan Otonomi Daerah
Pembangunan daerah di masa depan pada akhirnya akan bergantung kepada daerah
itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya penerapan otonomi pemerintahan daerah
dimana setiap daerah bertanggung jawab untuk dapat mengembangkan daerahnya
sesuai dengan potensi dan rencana yang ada. Sejalan dengan itu, sikap para
pengambil keputusan pun pada saat ini dituntut untuk lebih terbuka (transparan)
sehingga masyarakat dapat mengetahui keputusan dan latar belakang dari
kebijakan yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan otonomi,
daerah harus menggali dan mengembangkan secara optimal potensi dan sumber daya
yang ada pada daerahnya demi kemakmuran daerah tersebut. Langkah awal yang
harus dilakukan adalah dengan menginventarisasi keberadaan segala sumber daya
yang tersedia. Salah satu caranya ialah dengan membangun suatu pusat basis data
sumber daya alam dalam media komputer yang terintegrasi dengan SIG.
Seperti diketahui, RUTR
(Rencana Umum Tata Ruang), baik Kabupaten, Kota maupun Wilayah, merupakan
pedoman bagi pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi dan manfaat ruang dalam
menyusun program-program dan proyek-proyek pembangunan selama jangka waktu
tertentu (setahun atau lima tahun). Dalam menyusun RUTR-K/W ini diperlukan data
yang menyangkut aspek fisik, sosial dan ekonomi yang berlangsung di daerah
tersebut. Dengan diperolehnya data tersebut, potensi/kemampuan, kelemahan,
kesempatan dan kendala (strength, weakness, opportunity, threat) dapat diperkirakan
sehingga dapat disusun suatu strategi pengembangan daerah yang efektif dan
efisien.
RANGKUMAN
Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu faktor
yang cukup penting dan mampu memberikan data yang sangat signifikan untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolaan data yang
bereferensi geografi sehingga dapat dilihat wilayah-wilayah yang memiliki
potensi-potensi pengembangan wilayah dari wilayah yang belum diisi atau kosong
menjadi wilayah yang dapat dikembangkan tepat untuk meningkatkan nilai ekonomis
suatu wilayah.
I.
PEMANFAATAN SIG UNTUK INVENTARISASI SUMBER DAYA ALAM DAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Pengindraan jauh adalah bagian dari Sistem Informasi
Geografis (SIG). Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk inventarisasi sumber daya
alam? Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk perencanaan pembangunan? Berikut
penjelasannya.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu
memahami mengenai pemanfaatan SIG untuk inventarisasi sumber daya alam dan
perencanaan pembangunan.
1.
SIG DAN PEROLEHAN DATA
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi
yang didasarkan pada data keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi. Dalam
SIG, teknologi informasi merupakan perangkat yang membantu dalam menyimpan,
memproses, menganalisa, serta mengelola data guna menyajikan informasi. SIG
merupakan sistem terkomputerisasi yang mendukung pengelolaan data tentang lingkungan
dalam bidang Geografi. SIG selalu memiliki relasi dengan disiplin keilmuan
Geografi, karena mengkaji hal-hal berkenaan bumi.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data
pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Itulah sebabnya, aplikasi SIG
dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola, dan
pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi
lainnya.
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:
1) Data
Input
Subsistem yang bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan,
dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini
pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan
format-format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG
bersangkutan.
2) Data
Output
Subsistem yang bertugas
untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengubahnya ke format
yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial), baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti
halnya tabel, grafik,report, peta, dan lainnya.
3) Data
Management
Subsistem yang mengorganisasikan, baik data spasial maupun
tabel-tabel atribut terkait, ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa
hingga mudah dipanggil kembali, diperbaharui, dan diteliti ulang.
4) Data
Manipulation and Analysis
Subsistem yang menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi
(evaluasi serta penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis juga logika)
dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
2.
SIG UNTUK INVENTARISASI
SUMBER DAYA ALAM
SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara
lain, untuk perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau suatu
kebijakan mengenai suatu daerah. Manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya
alam, di antaranya:
a.
Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Melalui penerapan SIG, dapat diidentifikasi tentang
potensi-potensi alam yang tersebar di suatu wilayah. Identifikasi akan
memudahkan dalam pengelolaan sumber alam untuk kepentingan umum. Secara
sederhana, manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah untuk
mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, seperti minyak bumi, batu
bara, gas alam, emas, besi, dan barang tambang lainnya.
b.
Pengelolaan Rehabilitasi
Pasca Bencana
Misalnya, saat bencana tsunami menerjang Aceh dan Nias,
Badan Rehabilitasi-Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias) menggunakan SIG untuk
memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas pembangunan di lokasi yang
paling parah kerusakannya.
Secara konkret, manfaat SIG adalah:
1)
Untuk pengawasan daerah bencana alam, antara lain:
• Memantau luas wilayah bencana alam,
• Pencegahan terjadinya bencana alam di masa yang akan
datang, dan
• Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah
bencana.
2)
Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, antara lain:
• Kawasan lahan potensial dan lahan kritis,
• Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak,
• Kawasan lahan pertanian dan perkebunan, serta
• Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
3.
SIG UNTUK PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
Dalam perencanaan pembangunan, SIG berfungsi untuk:
a. Penataan Ruang dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Manfaat teknologi SIG dapat berbentuk banyak hal, mulai
dari untuk analisis dampak lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang
kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang menggunakan SIG akan menghindarkan
terjadinya banjir, kemacetan, kegagalan infrastruktur dan transportasi, hingga
keruwetan pembangunan perumahan dan perkantoran.
Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Contoh lain, seperti pembangunan lokasi pabrik, pasar, fasilitas-fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.
Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Contoh lain, seperti pembangunan lokasi pabrik, pasar, fasilitas-fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.
b. Bisnis dan Ekonomi
Dengan adanya peta informasi daerah, dapat ditentukan arah
pembangunan. Maka, para investor pun bisa menentukan strategi investasinya
berdasarkan kondisi geografis yang ada, kondisi penduduk dan persebarannya,
hingga peta infrastruktur dan aksesibilitas.
RANGKUMAN
1)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi
yang didasarkan pada data keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi.
2)
SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara
lain, untuk perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau suatu
kebijakan mengenai suatu daerah.
J.
PEMANFAATAN SIG UNTUK KAJIAN
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA
SIG merupakan sistem terkomputerisasi yang mendukung
pengelolaan data tentang lingkungan dalam bidang Geografi. Bagaimanakah
pemanfaatan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan? Bagaimanakah pemanfaatan SIG
untuk mitigasi bencana? Berikut penjelasannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu
memahami mengenai pemanfaatan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan dan
mitigasi bencana.
1. SIG UNTUK KAJIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Secara umum, SIG dapat dimaknai sebagai suatu sistem yang
mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta
dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data
secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan.
Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya
dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan atau pun pencemaran. Pesatnya
perkembangan teknologi telah mendorong pergerakan dan perubahan kehidupan masyarakat,
organisasi maupun perekonomian di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat secara nyata dengan adanya pembangunan yang sangat cepat,
contohnya perumahan, pertokoan maupun industri skala besar. Dari segi positif,
masyarakat dapat menikmati hasil produksi barang maupun jasa, namun dengan
banyaknya pembangunan tersebut, muncul juga kendala baru yang dihadapi oleh
alam sekitarnya yaitu kerusakan lingkungan, sebagai contoh adalah pencemaran
lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan menanggulangi kerusakan dan
pencemaran lingkungan, dapat dirancang suatu program aplikasi Sistem Informasi
Geografis guna pemetaan tingkat pencemaran industri. Isi dari program berupa
peta yang mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi mengenai hasil
pemantauan pencemaran udara, sungai, dan laut dengan membandingkan
parameter-parameter yang melebihi standar baku mutu. Aplikasi juga bisa
dilengkapi informasi lokasi industri dan daerah pengembangan industri.
Data-data pencemaran, lokasi industri, dan daerah pengembangan industri bisa
diperoleh dari instansi terkait.
Secara konkret, peralatan yang dapat digunakan dalam
pemetaan kerusakan atau pun pencemaran (air), di antaranya:
a)
Perangkat keras, yakni komputer, digitizer, plotter.
b)
Perangkat Lunak, yaitu Software Dimple 3.0 untuk pengolahan citra; Arc View Spasial Analysis 3.1
untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office untuk pengolahan basis data.
c)
Peralatan untuk pengumpulan data lapangan, meliputi GPS (Global Positioning
System) untuk menentukan koordinat titik kontrol geometri citra dan
untuk mengetahui koordinat titik sampling.
d)
Contoh air atau bahan lain yang tercemar.
e)
Peralatan laboratorium kualitas air.
2. SIG UNTUK MITIGASI BENCANA
Dalam mitigasi bencana, SIG dapat berperan sebagai
berikut:
a. Penelitian dan Analisis
Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu
menentukan wilayahnya. Misalkan, pada wilayah Jawa, umumnya sangat berpotensi
gempa karena dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah
busur vulkanik atau daerah yang memiliki banyak gunung api aktif. Khusus
wilayah selatan Jawa, berpotensi gempa dan tsunami. Oleh karena itu, dengan
memanfaatkan SIG dapat meningkatkan kesiapsiagaan tehadap ancaman bencana
tersebut.
b.
Peta Bencana Berbasis SIG
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang
diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa, dan mengelola data yang
terkait dengan atribut secara spasial. Pada awalnya, fokus dari SIG adalah
terutama pada respon bencana. Namun, seiring perubahan paradigma, aturan
manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi
suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga
prediksi, dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan agar
mencapai keberhasilan penanganan bencana.
Aturan yang dikembangkan, termasuk cara yang diambil dalam
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian, tergambarkan
dari berbagai area yang berbeda. Maka, SIG dapat bertindak sebagai antar muka
antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana. SIG
dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan, dan infrastruktur
yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis
kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat
pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran,
pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana, serta kajian
keutuhan komunitas korban bencana.
SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang
analisis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG
tersedia bagi berbagai bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang
berdaya guna untuk pemetaan dan analisis. Penghindaran bencana dapat dimulai
dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area, yang diikuti
oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan, dan aset
terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia, dan kepemilikan
lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak.
SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian digabungkan dengan data kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca, dan lainnya guna menentukan lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya jelas sangat membantu mendukung proses pembuatan keputusan.
SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian digabungkan dengan data kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca, dan lainnya guna menentukan lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya jelas sangat membantu mendukung proses pembuatan keputusan.
SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas
utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang
sesuai, mengidentifikasi struktur untuk penyesuaian terhadap resiko bencana,
menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil,
mengidentifikasi sumber bencana, sekaligus merencanakan pelatihan dan kemampuan
yang harus dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi
prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah yang diambil
bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, sementara langkah
berikutnya adalah untuk bersiap menghadapi situasi jika bencana menyerang. SIG
dalam kesiapsiagaan bencana sangatlah efektif sebagai sarana untuk menentukan
lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zona bencana, mengidentifikasi rute
pengungsian alternatif yang mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda,
rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana, spesialisasi dan kapasitas
rumah sakit, dan sebagainya. SIG dapat pula memberikan suatu perkiraan jumlah
makanan, air, atau obat yang harus tersedia demi mengantisipasi bencana.
RANGKUMAN
1)
Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya
dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan atau pun pencemaran.
2)
Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu
menentukan wilayahnya. SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan,
kepemilikan, dan infrastruktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan
oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana
evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan
bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan
akibat bencana, serta kajian keutuhan komunitas korban bencana.