Sabtu, 21 Juli 2018

PEMETAAN DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMBANGUNAN

Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis
untuk Pembangunan

 

A.  Pengertian, Sejarah dan Jenis Peta 

Disetiap negara pasti memiliki batasan-batasan negara, dan cara yang paling mudah untuk melihatnya adalah dengan melihat peta negara tersebut. Apakah yang dimaksud dengan peta? Bagaimanakah sejarah peta? Bagaimanakah jenis-jenis peta? Agar kalian lebih memahami mengenai peta dan sejarahnya, mari kita pahami pembahasan berikut ini.

1.    Pengertian dan Sejarah Peta

       Peta dalam bahasa Inggris lazim disebut dengan istilah map, yang berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak meja. Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan simbol-simbol. Ilmu yang mempelajari tentang peta disebut Kartografi. Adapun orang yang ahli dalam membuat peta digelari Kartografer.
Fungsi peta sangat penting, antara lain :
 Menunjukkan posisi atau lokasi tempat di permukaan bumi;
 Mendeskripsikan bentuk dan persebaran berbagai gejala di permukaan bumi;
 Menggambarkan keadaan fisik suatu wilayah, seperti ketinggian tempat, relief, dan jenis tanah;
 Menyajikan jumlah dan persebaran berbagai kenampakan sosial dan budaya, seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, atau pola dan persebaran pemukiman.
       Awalnya peta dibuat oleh penduduk Babilonia sekitar 2300 SM, dengan menggunakan media tanah liat sebagai bahan dasar. Dalam perkembangan lebih lanjut, penduduk Cina membuat peta wilayah dengan menggambar pada kain sutra dan prasasti sekitar abad 2 SM. Salah satu peta zaman primitif yang sangat menarik adalah peta yang dibuat masyarakat Kepulauan Marshall di selatan Samudera Pasifik. Gambar peta dibuat dari serabut tumbuhan yang menggambarkan lokasi pulau tersebut. Seni pembuatan peta pertama kali yang tergolong maju adalah pada 12 abad lalu oleh masyarakat Maya dan Inca di Benua Amerika.
       Peta dunia pertama kali dibuat pada abad ke-6 SM oleh ilmuwan Yunani yang bernama Anaximander. Adapun salah satu peta dunia yang paling terkenal pada masa klasik adalah karya ahli geografi Yunani yang bernama Eratosthenes sekitar 200 SM. Peta ini menggambarkan dunia dari Inggris di barat daya, pegunungan di sekitar Sungai Gangga di sebelah timur, dan Libya di sebelah selatan. Peta ini adalah peta pertama yang menggunakan garis paralel untuk menunjukkan garis lintang, meskipun garis meridian masih kurang begitu jelas.
       Pada tahun 1507, peta buatan Martin Waldseemuller, seorang ahli Geografi Jerman memperkenalkan nama peta Benua Amerika yang baru ditemukan di seberang Atlantik. Pada tahun 1570, Abraham Ortelius menerbitkan atlas modern dengan judulOrbis Terrarum, yang terdiri dari 70 peta. Gerardus Mercator adalah orang yang mengawali perkembangan pembuatan peta dengan menggunakan proyeksi yang memanfaatkan bujur dan lintang, sehingga metode ini dikenal dengan istilah Proyeksi Mercator.

2.    Jenis-Jenis Peta

Secara umum peta dibedakan atas peta umum dan peta tematik. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a)     Peta umum
Yang digambarkan dalam jenis peta ini adalah kenampakan secara umum, baik karakteristik alam maupun karakteristik buatan manusia. Contoh peta umum adalah peta topografis, peta khorografis, peta dunia, dan peta negara.
b)    Peta tematik
Peta tematik merupakan peta yang menonjolkan tema tertentu sehingga hanya memberikan gambaran kenampakan atau obyek yang sifatnya tertentu di permukaan bumi. Biasanya untuk membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berasal dari peta umum dan data-data yang mendukung kegiatan tersebut. Data dimaksud dapat berupa data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang diterima langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak atau instansi tertentu. Contoh peta tematik antara lain peta kemiskinan, peta kemiringan lereng, peta kepadatan penduduk, peta jenis tanah, dan peta geologis.
Menurut skalanya, peta dapat dibedakan atas :
• Peta skala kadaster, yakni peta dengan skala antara 1:100 sampai peta dengan skala 1:5.000.
• Peta skala besar, yaitu peta dengan skala antara 1:5.000 sampai peta dengan skala 1:250.000.
• Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala antara 1:250.000 sampai peta dengan skala 1:500.000.
• Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala antara 1:500.000 sampai peta dengan skala 1:1.000.000.
• Peta skala geografi, yaitu peta yang skalanya kurang dari 1:1.000.000.

RANGKUMAN

1)      Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan simbol-simbol.
2)      Secara umum, peta dibedakan atas peta umum dan peta tematik.

B.   Komponen-Komponen Peta 

Pernahkah kalian melihat sebuah peta? Pasti kalian sudah sering mendengar dan melihat dan bahkan kalian pasti tahu apa itu peta. Lalu apakah kalian tahu komponen-komponen yang ada dalam peta? Agar kalian dapat memahami peta dan komponennya mari kita simak pembahasan berikut ini.
Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau kelengkapan peta, di antaranya:
1.    Judul peta
       Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya ditampilkan di bagian atas peta dengan huruf besar dan menonjol dan mudah dibaca. Fungsi judul peta adalah memberi nama peta sesuai dengan isi peta tersebut.
2.    Orientasi atau Arah
       Biasanya berupa gambar arah mata angin. Arah utara secara konvensional digunakan sebagai pedoman untuk orientasi.
3.    Skala     
Skala adalah perbandingan antara jarak yang ada pada peta dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi tiga.
• Skala Angka atau Numerik adalah skala yang berupa angka-angka, misalnya skala peta 1:1.000.000.
• Skala Garis atau Grafik, skala yang ditunjukkan melalui pembuatan garis linier dengan perbandingan pada setiap ruasnya.
• Skala Kalimat atau Verbal, skala yang membuat kalimat baku sebagai penunjuk skala. Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa, biasanya menggunakan satuan inchi dan mil. Contohnya, one inches to two miles.
4.    Legenda atau Keterangan
       Legenda adalah keterangan penting yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
5.    Garis Koordinat (Geografis)
       Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak geografis suatu tempat. Biasanya terdiri dari garis bujur dan garis lintang yag dituliskan di tepi peta dengan menunjukkan beberapa derajat, berapa menit, dan berapa detik. Contohnya, 3090”LU - 3010’LS.
6.    Tata Tulis (Lettering)
       Adalah tata cara penulisan di dalam peta. Secara umum, untuk penulisan obyek yang berupa daratan digunakan jenis huruf tegak, sedangkan obyek perairan digunakan huruf miring.
7.    Sumber dan Tahun Pembuatan
       Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta tematik, yang menunjukkan siapa pembuat peta tersebut. Tahun pembuatan juga sangat penting, karena obyek di atas permukaan bumi, baik yang alami maupun buatan manusia mudah berubah sejalan dengan waktu.
8.    Inset

       Inset adalah peta skala kecil yang berfungsi untuk memberikan gambaran lokasi daerah yang dipetakan terhadap wilayah lain secara global (lebih luas).
9.    Garis Tepi
       Berfungsi untuk membatasi liputan peta dan keindahan penyajian peta. Biasanya garis tepi dibuat rangkap dua.
10.          Tata Warna
       Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna adalah sebagai simbol yang mempunyai makna bermacam-macam, tergantung kepada pembuat peta. Contoh fungsi tata warna adalah sebagai berikut:
 Membedakan tinggi rendahnya suatu daerah atau kedalaman laut.
 Memberikan kualitas atau kuantitas simbol-simbol yang ada pada peta.
 Untuk keperluan keindahan (estetika).
11.          Simbol
       Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapat pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri.
12.          Simbol Peta
       Simbol adalah cerminan suatu obyek yang ada di permukaan bumi pada suatu peta. Simbol yang baik adalah jika mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan keterangan/legenda. Selain itu, simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar.
Secara umum simbol dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni simbol titik, simbol garis, dan simbol area.
• Simbol Titik
Simbol titik digunakan untuk menggambarkan kenampakan yang bersifat tunggal, misalnya suatu kota, candi, stasiun, rumah makan, dan lapangan terbang. Kota pada skala kecil hanya tergambar sebagai titik, tetapi kota dalam skala besar dapat meliputi suatu luasan (area) yang tidak dapat diwakili hanya dengan suatu titik saja.
• Simbol Garis
Simbol garis untuk menggambarkan unsur-unsur yang memanjang, misalnya jalan raya, jalan kereta api, sungai, garis pantai, dan batas administrasi. Untuk membedakan unsur tersebut, garis dibuat berbagai ragam dan kadang-kadang ditambah dengan warna sebagai pembeda dan agar lebih indah.
• Simbol Area
Simbol wilayah atau area untuk menggambarkan unsur-unsur yang meluas atau mempunyai luasan, misalnya perkebunan, rawa, hutan, sawah, tegalan, atau danau.

RANGKUMAN

1)      Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau kelengkapan peta.
2)      Peta merupakan penyajian yang bersifat simbolik. Untuk mengenal arti tiap-tiap simbol diperlukan kunci atau keterangan yang disebut legenda.

C.   Membuat dan Menggambar Peta 

Kata peta pasti sudah sangat familiar di telinga kita. Kalian pasti sering melihat atau bahkan pernah menggunakan peta, tetapi mungkin masih sulit untuk mendeskripsikan peta. Nah, agar kalian lebih mengerti, mari kita simak pembahasan berikut ini.

1.    Pengertian Peta

       Peta adalah sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk arah. Peta dalam bentuk paling sederhana berupa denah lokasi dan sebenarnya tanpa kita sadari kita sering membaca peta atau bahkan membuat peta, karena pada intinya peta adalah sesuatu yang bisa memberikan petunjuk arah kepada kita. 
       Untuk mendapatkan suatu peta yang baik dan benar, maka penggambarannya perlu dikontrol oleh seorang ahli kartograf. Kartograf yang baik harus menguasai geografi kurang lebih 50%, bakat seni 40%, dan lain-lain 10%. Tugas dari kartograf dalam proses penggambaran suatu peta adalah sebagai berikut:
a.      Menyelidiki dan mengukur data. Cara ini dapat dilakukan dengan geodesis, yaitu pengukuran jarak mendatar dan tinggi suatu tempat serta fotogrametris, yaitu dengan cara pemotretan dari segala kenampakan yang akan dibuat.
b.      Mengkoreksi, menganalisis, membuat konsep, dan menggambar data.
c.       Mengkoreksi kembali dengan mencocokkan kenyataan di lapangan.
d.      Melakukan pencetakan terhadap peta yang sudah benar.

2. Cara Mengukur Jarak dan Arah Dalam Peta

1. Jarak
       Untuk mengukur kenampakan geografi yang tidak teratur seperti sungai atau garis pantai, dapat digunakan dengan benang. Caranya adalah benang diletakkan sesuai dengan bentuk sungai atau garis pantai. Kemudian benang tersebut direntangkan pada mistar, lalu diperhitungkan dengan skala.
2.      Arah
       Untuk menentukan arah dapat digunakan bantuan kompas. Arah yang ditunjukkan oleh kompas disebut azimuth ataumagneti azimuth. Caranya, sudut diukur dari arah utara searah dengan jarum jam yang besarnya antara 0°-360°.
3.      Lokasi
       Lokasi atau tempat kenampakan geografi, dapat dibaca dengan cara sebagai berikut:
a.      Parallel meridian
       Parallel meridian merupakan cara menentukan lokasi yang paling umum dilakukan, yaitu dengan memperhatikan parallel (garis lintang) dan meridian (garis bujur).
b.      Jarak dan arah
       Dengan cara ini suatu lokasi tempat diikat dengan jarak dan arah terhadap suatu tempat yang telah diketahui.
c.       Jarak dengan jarak
       Lokasi ditentukan atas dasar jarak dan jarak (ukuran ribuan meter) dari titik tertentu yang dianggap sebagai titik pangkal (0,0).
d.      Arah dan arah
       Dapat dilakukan dengan cara resection dan intersection. Resection ialah menentukan kedudukan suatu tempat dimana kita berdiri di medan yang tidak diketahui dengan pertolongan dua titik yang dikenal, baik di peta maupun di medan. SedangkanIntersection ialah suatu kenampakan yang tidak ada di peta tapi ada di medan, dengan menggunankan pertolongan dua tempat yang dikenal baik di medan maupun di peta. 
e.      Ketinggian
  Unsur ketinggian dapat dibaca langsung pada:
1. Titik Triangulasi, yaitu titik-titik pengukuran ketinggian suatu tempat, baik titik-titik triangulasi tingkat primer, sekunder, tersier maupun kuarter.
2. Titik-titik ketinggian yang digambarkan pada peta berfungsi untuk menunjukkan bahwa ditempat itu terdapat kenampakan geografi yang penting.
3. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan ketinggian yang sama.

3. Cara Pengukuran Peta Dengan Menggunakan Alat

a.  Mengunakan Kompas dan Meteran
       Salah satu cara yang sederhana dalam menarik data untuk pembuatan peta adalah dengan menggunakan kompas dan meteran. 
b. Cara Melakukan Pengukuran dengan Kertas Blok
       Pengukuran tidak dapat dilakukan dengan seorang diri, tetapi harus dilakukan secara bersama.
c.  Dengan Tedoit
       Teknik pengukuran langsung untuk mendapatkan informasi data pembuatan peta diantaranya adalah dengan menggunakan tedoit. Alat ini sangat praktis untuk mengukur arah, jarak, ketinggian, dan kemiringan suatu tempat.

RANGKUMAN

  1. Peta adalah sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk arah. Peta dalam bentuk paling sederhana berupa denah lokasi.
  2. Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya).

D.  Memperbesar, Memperkecil, dan Membaca Peta

Peta dapat ditampilkan dalam berbagai ukuran baik besar maupun kecil. Hal itu tergantung pada besarnya skala. Mengubah ukuran peta berarti sekaligus mengubah skala peta. Agar lebih mudah memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini.

1.       Memperbesar Peta

       Memperbesar peta adalah membuat peta lebih besar dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Memperbesar dan memperkecil peta dapat dilakukan dengan alat mesin fotocopy dan pantograf. Dengan berubahnya ukuran peta, maka skala peta pun akan berubah.
Rumus memperbesar peta, yaitu:
Angka Skala : Angka Perbesaran
Langkah-langkah memperbesar peta, yaitu: 
a.      Buatlah garis-garis vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal (dari kiri ke kanan), pada kertas transparan yang ditempelkan pada peta yang akan diperbesar dengan cara yang sama, misalnya 1 cm.
b.      Berilah nomor urut, 1,2 sampai garis terakhir dari kiri ke kanan pada tiap titik pertemuan antara garis tepi peta dan garis vertikal dari atas ke bawah, juga pada titik pertemuan antara garis tepi dan garis-garis horizontal.
c.       Buatlah petak-petak berjarak 2 cm tiap garisnya pada kertas yang akan digunakan untuk memperbesar peta, seperti pada kertas transparan
d.      Gambarlah peta yang diperbesar pada petak-petak tersebut.

2.    Memperkecil Peta

       Memperkecil peta adalah membuat peta lebih kecil dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Memperkecil peta merupakan kegiatan mengubah ukuran peta menjadi lebih kecil.
Rumus:
Angka Skala Peta x Angka Perkecilan
       Untuk memperbesar dan memperkecil peta ada tiga cara, yaitu: pantograph, fotocopy, dan sistem petak.

3.     Membaca Peta

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam membaca peta antara lain sebagai berikut.
a. Lokasi daerah dapat dibaca melalui garis lintang dan garis bujur.
b. Arah dibaca melalui petunjuk arah
c. Jarak dan luas sebenarnya dapat diketahui melalui skala peta.
d. Ketinggian tempat dapat dibaca melalui titik triangulasi atau garis kontur.
e. Lereng dapat dibaca melalui garis kontur.
f. Kenampakan alam dan budaya dapat dibaca melalui simbol peta.

RANGKUMAN

Dengan memperbesar peta, maka akan membuat peta menjadi ukuran lebih besar dari ukuran sebelumnya yang telah ada. Sedangkan memperkecil peta adalah membuat peta lebih kecil dari peta asli dengan perbandingan tertentu.

E.   Tata Cara Penulisan dan Proyeksi Peta

Untuk menggambarkan seluruh ketampakan permukaan bumi tanpa penyimpangan, maka peta harus digambar dalam bentuk bola yang disebut dengan globe. Peta yang digambar pada bidang datar tidak dapat secara akurat menggambarkan seluruh permukaan bumi, kecuali hanya untuk menggambarkan daerah dalam areal yang lebih sempit. Untuk menggambar sebagian besar permukaan bumi tanpa penyimpangan, dilakukan kegiatan proyeksi. Apa itu proyeksi? Untuk lebih memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini.

1.    Tata Cara Penulisan

Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta, ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:
a.      Nama geografi ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat.
Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. Contohnya ialah Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). JIka sudah menggunakan istilah CI, Kreung, Kali atau Bengawan tidak perlu diikuti istilah sungai. Sebagai contoh penulisan yang berlebihan yaitu Sungai Citarung.
b.      Nama jalan ditulis harus searah dengan arah garis, baik dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
c.       Nama kota ditulis dengan 4 cara, yaitu:
1.   Di bawah simbol kota.
2.   Di atas simbol kota.
3.   Di sebelah kanan simbol kota.
4.      Di sebelah kiri simbol kota.

2.    Proyeksi Peta

Proyeksi peta adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang lengkung pada suatu bidang datar.
a.      Syarat Umum dalam Proyeksi Peta
Syarat-syarat umum dalam melakukan proyeksi peta antara lain:
1.      Bentuk yang diubah harus tetap (Conform).
2.      Luas permukan yang diubah harus tetap (Equivalent).
3.      Jarak antara suatu titik dengan titik lain di atas permukaan yang diubah harus tetap (Equidistant).
4.      Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan (Distorsi).
b.      Jenis Proyeksi Peta
Secara umum, pengelompokan terhadap proyeksi peta adalah sebagai berikut.
1.      Berdasarkan Jenis Bidang Proyeksi.
Berdasarkan atas jenis bidang proyeksinya, proyeksi peta ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
● Proyeksi bidang datar disebut pula proyeksi Azimutal atau Zenital, adalah proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
● Proyeksi kerucut adalah proyeksi peta yang menggunakan bidang kerucut sebagai bidang proyeksinya. 
● Proyeksi silinder adalah jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksinya.
2.   Berdasarkan Kedudukan Bidang Proyeksi.
     Berdasarkan atas kedudukan bidang proyeksinya, ada tiga macam proyeksi peta yaitu:
● Proyeksi normal, adalah proyeksi peta yang garis karakteristiknya berhimpit dengan sumbu pendek ellipsoid, sehingga antara kedua garis tersebut tidak terbentuk sudut titik. Garis karakteristik merupakan garis sumbu dari bidang proyeksi peta.
● Proyeksi miring adalah proyeksi peta yang garis karakteristiknya membentuk sudut lancip dengan sumbu pendek ellipsoid, atau dapat pula dikatakan bahwa garis karakteristik tersebut membentuk sudut lancip dengan bidang ekuator.
● Proyeksi transversal adalah proyeksi peta yang garis karakteristiknya terletak di bidang ekuator.
c.    Syarat-Syarat Proyeksi Peta
Syarat-syarat dalam proyeksi peta, yaitu:
1.      Conform, adalah proyeksi peta yang mempertahankan besarnya sudut, sehinga sudut pada bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan sudut tersebut pada bidang proyeksinya. Atau dengan kata lain, proyeksi ini mempertahankan bentuk yang sama.
2.       Equidistant, adalah proyeksi peta yang mempertahankan jarak, sehingga panjang jarak pada bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan panjang jarak pada bidang proyeksinya.
3.      Equivalent, adalah proyeksi peta yang mempertahankan luas, sehingga luas suatu daerah pada bidang lengkung (ellipsoid) akan sama besar dengan luas daerah pada bidang proyeksinya.
d.      Sistem Proyeksi Peta di Indonesia
Sistem proyeksi peta yang digunakan di Indonesia antara lain:
1. Proyeksi Polyeder.
       Sistem proyeksi polyeder termasuk ke dalam proyeksi lambert, yaitu sistem proyeksi kerucut normal conform. Dalam sistem proyeksi polyeder, lingkaran-lingkaran parallel diproyeksikan menjadi lingkaran-lingkaran konsentris dengan puncak kerucut sebagai pusatnya. Puncak kerucut tersebut merupakan proyeksi dari titik kutub, sedangkan garis lengkung meridian diproyeksikan menjadi garis-garis lurus yang konvergen ke pusat lingkaran-lingakaran parallel. Khusus untuk lingkaran parallel tempat bersinggungnya ellipsoid dengan bidang kerucut yang akan diproyeksikan secara equidistant. Lingkaran parallel ini disebut sebagai parallel standard, sedangkan jaringan garis-garis yang dibangun oleh garis-garis proyeksi lingkaran parallel dan lengkungan meridian dinamakan graticule.
2.      Proyeksi Mercantor
       Proyeksi mercantor merupakan proyeksi silinder normal conform, artinya bidang proyeksi berupa bidang silinder yang mempunyai kedudukan normal, dengan sifat distorsi conform. Kedudukan bidang silinder terhadap bidang ellipsoid bersinggungan, dengan demikian lingkaran equator akan diproyeksikan secara equidistant. Pada proyeksi mercantor berlaku sistem koordinat tunggal sehingga untuk seluruh wilayah akan mempunyai salib sumbu koordinat yang sama dan semua lingkaran parallel dan lengkungan meridian akan diproyeksikan berupa garis lurus, sehingga jaringan garis-garis proyeksi tersebut membentuk grid.
3.      Proyeksi Universal Transverse Mercantor (UTM)
      Proyeksi UTM merupakan proyeksi silinder transversal conform, artinya bidang proyeksinya berupa silinder yang mempunyai kedudukan transversal dan sifatnya distorsi conform. Dalam proyeksi UTM, lingkaran-lingkaran parallel diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap ke utara untuk lingkaran parallel yang terletak di belahan bumi utara, sedangkan untuk lingkaran parallel yang terletak di belahan bumi selatan menghadap ke selatan. Lingkaran equator akan diproyeksikan berupa garis lurus yang terdapat di tengah-tengah dan memisahkan garis proyeksi lingkaran parallel yang menghadap ke utara dengan menghadap ke selatan. Garis lengkung meridian akan diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap dan simetris terhadap proyeksi garis lengkung meridian tengah. Garis proyeksi meridian tengah berupa garis lurus. Dengan demikian pada sistem proyeksi ini semua garis proyeksi lengkungan meridian dan lingkaran parallel akan berupa garis lengkung.

RANGKUMAN

1.      Proyeksi peta adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang lengkung pada suatu bidang datar.
2.      Sistem proyeksi peta yang digunakan di Indonesia seperti proyeksi polyeder, proyeksi mercantor, dan proyeksi UTM.

F.    Perkembangan, Definisi, dan Komponen SIG

Istilah teknologi informasi sering diartikan sama dengan sistem informasi tanpa mengerti perbedaan dari kedua istilah tersebut. Teknologi informasi hanyalah bagian dari sistem informasi. Kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana sistem informasi dalam geografi. Agar kalain lebih memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini. 

1.    Pengertian dan Perkembangan SIG

       SIG merupakan singkatan dari Sistem Informasi Geografi. Secara umum, SIG dapat didefinisikan sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Sistem tersebut diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi melakukan:
a.      Akuisi dan verifikasi data.
b.      Kompilasi data.
c.       Penyimpanan data.
d.      Perubahan dan pembaharuan data.
e.      Penyimpanan dan pertukaran data.
f.        Manipulasi data.
g.      Pemanggilan dan presentasi data.
h.      Analisis data.
Karena merupakan suatu sistem, SIG terdiri dari 4 subsistem pokok, yaitu:
a.      Subsistem Masukan
       Fungsi dari subsistem adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Selain itu, subsistem ini bertanggungjawab dalam melakukan konversi atau melakukan transformasi format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
b.      Subsistem Penyimpanan
Fungsi dari subsistem ialah mengorganisasikan data, baik data spasial maupun data atribut ke dalam basis data (bank data). Penyimpanan dengan cara demikian akan memudahkan dalam pemanggilan, pengeditan, dan pembaharuan data.
c.       Subsistem Pengolahan dan Pengkajian
  Fungsi dari subsistem adalah menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan pengolahan dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
d.      Subsistem Penyajian
Fungsi dari subsistem ialah menampilkan data dan hasil dari pengolahannya, baik sebagian maupun seluruhnya. Data dan hasil pengolahannya tersebut ditampilkan, antara lain dalam bentuk tabel, grafik, dan peta (khususnya peta digital).
       Seiring dengan perkembangan komputer, perkembangan SIG juga mengalami peningkatan yang sangat pesat. Peningkatan itu terutama terdorong oleh perkembangan pengindraan jauh, komputer, dan global positioning system (GPS). Perkembangan SIG sangat menarik bagi berbagai pihak untuk keperluan yang amat beragam. Oleh karena itu, penggunaan SIG mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak 1980-an. Peningkatan penggunaan SIG terjadi terutama di negara-negara maju, baik di kalangan militer, pemerintahan, akademis, maupun untuk kepentingan bisnis.

2.    Komponen SIG

       Subsistem dalam SIG saling berhubungan satu sama lain dan terintegrasi dengan sistem-sistem komputer. SIG terdiri atas empat komponen pokok, yaitu:
1.      Data
Data dalam SIG terdiri atas dua jenis, yakni:
a.      Data Spasial
       Data spasial adalah data grafis yang mengidentifikasikan kenampakan lokasi geografi berupa titik, garis, dan poligon. Data spasial diperoleh dari peta yang disimpan dalam bentuk digital (numerik), seperti:
• Titik, dapat menggambarkan obyek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah titik menggambarkan kota jika pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan obyek tertentu yang lebih spesifik dalam wilayah kota, misalnya pasar, jika pada peta skala besar.
• Garis, dapat menggambarkan obyek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah garis menggambarkan jalan atau sungai pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan batas wilayah administratif pada peta skala besar.
• Area, juga dapat menggambarkan obyek yang berbeda menurut skalanya. Area dapat menggambarkan wilayah hutan atau sawah pada peta skala besar.
b.      Data Atribut
Data atribut adalah data yang berupa penjelasan dari setiap fenomena yang terdapat di permukaan bumi. Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala topografi karena memiliki aspek deskriptif dan kualitatif. Oleh sebab itu, data atribut sangat penting dalam menjelaskan seluruh obyek geografi. Contohnya, atribut kualitas tanah terdiri atas status kepemilikan lahan, luas lahan, tingkat kesuburan tanah, dan kandungan mineral dalam tanah.
2.      Perangkat Keras
       Perangkat keras (hardware) adalah perangkat-perangkat fisik yang digunakan dalam sistem komputer. Perangkat keras yang dibutuhkan dalam pengoperasian SIG adalah seperangkat komputer yang terdiri atas central processing unit (CPU), monitor, printer, plotter, disket, hard disk, magnetic tape, digitizer, keyboard, dan scanner.
3.      Perangkat Lunak
       Perangkat lunak (software) adalah program yang digunakan untuk mengoperasikan SIG. Beberapa program yang dapat digunakan, antara lain Arc/Info, Are View, ERDAS, dan ILWIS.
4.      Manajemen
       Manajemen merupakan perangkat dalam SIG yang terdiri atas sumber daya manusia. Suatu proyek SIG akan berhasil jika dilakukan dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu, SIG harus dikerjakan oleh orang-orang yang tepat, dengan keahlian dalam bidang SIG sesuai tingkatannya. Manusia sebagai pengguna SIG memiliki tingkatan kemampuan yang berbeda-beda. Mulai dari tingkat spesialis yang mendesain dan memelihara sistem hingga pengguna SIG.

RANGKUMAN

Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem yang berbasis komputer dan memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografis yaitu penyimpanan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhirnya dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan. SIG bisa menjadi alat yang sangat penting pada pengambilan keputusan untuk pembangunan berkelanjutan karena SIG memberikan informasi pada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan database keruangan.

G.  Tahapan Kerja SIG 

SIG dapat mempresentasikan dunia nyata ke dalam layar monitor komputer. Oleh karena itu, SIG sama halnya dengan lembaran peta yang mempresentasikan dunia nyata di atas kertas, meskipun SIG melalui komputerisasi memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan peta. Akan tetapi, sebuah peta dapat disebut SIG karena dapat menginformasikan data-data dalam ruang, khususnya muka bumi. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak pembahasan berikut ini. 

1.    Sistem Informasi Geografis (SIG)

       Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data dengan informasi spasial (bereferensi keruangan). Beberapa ahli memberikan definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai berikut:

   Marble et al (1983)

SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

   Linden (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemprosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

   Aronaff (1989)

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

   Alter (1990)

SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.

   Prahasta (1993)

SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG, yaitu:\
1.      Data Spasial
       Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
2.      Data Non Spasial (Atribut)
       Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada.

2.     Tahapan Kerja SIG

Tahapan kerja SIG dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Data Masukan (Input Data)
       Tahapan kerja SIG yang pertama adalah data masukan, yaitu suatu tahapan pada SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan dan mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh komputer. Data-data yang masuk tersebut membentuk database (data dasar) di dalam komputer yang dapat disimpan dan dipanggil kembali untuk dipergunakan atau untuk pengolahan selanjutnya. Tahapan kerja masukan data meliputi pengumpulan data dari berbagai sumber data dan proses pemasukan data. Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari empat sumber, yaitu data lapangan (teristris), data peta, data pengindraan jauh, dan data statistik.
2.      Proses Pemasukan Data
       Proses pemasukan data ke dalam SIG diawali dengan mengumpulkan dan menyiapkan data spasial maupun data atribut dari berbagai sumber data, baik yang bersumber dari data lapangan, peta, penginderaan jauh, maupun data statistik. Bentuk data yang akan dimasukkan dapat berupa tabel, peta, catatan statistik, laporan, citra satelit, foto udara, dan hasil survei atau pengukuran lapangan. Data tersebut diubah terlebih dahulu menjadi format data digital sehingga dapat diterima sebagai masukan data yang akan disimpan ke dalam SIG. Data yang masuk ke dalam SIG dinamakan database (data dasar atau basis data). Dari digitalisasi peta dihasilkan layer peta tematik. Layer peta tematik adalah peta yang digambar pada sesuatu yang bersifat tembus pandang, seperti plastik transparan.
       Berbagai fenomena di permukaan bumi dapat dipetakan ke dalam beberapa layer peta tematik, dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang memiliki kesamaan. Misalnya, layer jalan, kemiringan lereng, daerah aliran sungai, tata guna lahan, dan jenis tanah. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan urutan maupun skalanya. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari dimana letak suatu daerah, obyek, atau hal lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan, seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, dan mencari tempat-tempat penting yang ada di peta. Pengguna SIG dapat pula melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letakfeature, seperti sekolah, sungai, jembatan, dan daerah pertambangan.
3.      Manipulasi dan Analisis Data
       Tahapan manipulasi dan analisis data adalah tahapan dalam SIG yang berfungsi menyimpan, menimbun, menarik kembali, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam komputer.
4.      Keluaran Data
       Tahapan keluaran data ialah tahapan dalam SIG yang berfungsi menyajikan atau menampilkan hasil akhir dari proses SIG dalam bentuk peta, grafik, tabel, laporan, dan bentuk informasi digital lainnya yang diperlukan untuk perencanaan, analisis, dan penentuan kebijakan terhadap suatu obyek geografis. Misalnya, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan (land use), sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan dalam menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.

RANGKUMAN

1.      Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data dengan informasi spasial (bereferensi keruangan).
2.      Sebagai sebuah sistem, tahapan kerja dalam SIG meliputi data masukan, proses masukan data, manipulasi dan analisis data, serta keluaran data.

H.  Kemampuan dan Manfaat SIG 

Geographic Informational System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis merupakan aplikasi yang memiliki banyak kegunaan. Tanpa disadari, banyak aktivitas pemerintahan yang akan sangat terbantu apabila aplikasi SIG diimplementasikan dengan baik. Nah, agar kalian dapat mengetahui apa saja manfaat dan kemampuan dari SIG, mari kita simak pembahasan berikut ini.
1.    Kemampuan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Kemampuan SIG, diantaranya:
a.      Mencari keterangan (atribut) atau deskripsi mengenai suatu unsur peta yang terdapat pada posisi-posisi yang ditentukan.
b.      Mengidentifikasi unsur peta yang deskripsinya (salah satu atau lebih atributnya) ditentukan. Sebagai contoh, SIG dapat menentukan lokasi yang sesuai untuk pengembangan lahan pertanian tanaman lada dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
c.       Mengidentifikasi kecenderungan perubahan trend spasial dari berbagai unsur-unsur peta.
d.      Jika ada penyimpangan data aktual terhadap pola-pola yang sudah biasa dikenali, maka SIG mampu merepresentasikannya.
e.      Kemampuan manipulasi dan analisis untuk menyelesaikan persoalan yang kompleks.

2.    Manfaat SIG

Manfaat SIG dapat diterapkan dalam berbagai bidang berikut:
a.     Manajemen Tata Guna Lahan
       Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonafikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. SIG dapat membantu dalam pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan utilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini akan digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. 
       Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah/ladang, peta pemukiman penduduk, ketinggian masing-masing tempat, dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran konsumen, dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien.
b.     Inventarisasi Sumber Daya Alam
Secara sederhana, penerapan SIG dalam pendataan kekayaan sumber daya alamiah ialah:
1.      Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
2.      Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
● Kawasan lahan potensial dan lahan kritis.
● Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.
● Kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
● Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
● Rehabilitasi dan konservasi lahan.
c.   Pengawasan Daerah Bencana
Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
● Memantau luas wilayah bencana alam.
● Mencegah terjadinya bencana alam pada masa mendatang.
● Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
● Penentuan tingkat bahaya erosi.
● Prediksi ketinggian banjir.
● Prediksi tingkat kekeringan.
d.  Perencanaan Wilayah
● Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata guna lahan, pertambangan dan energi, dan analisis daerah rawan bencana.
● Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.
● Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.
● Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.
e.  Kepentingan Otonomi Daerah
      Pembangunan daerah di masa depan pada akhirnya akan bergantung kepada daerah itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya penerapan otonomi pemerintahan daerah dimana setiap daerah bertanggung jawab untuk dapat mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi dan rencana yang ada. Sejalan dengan itu, sikap para pengambil keputusan pun pada saat ini dituntut untuk lebih terbuka (transparan) sehingga masyarakat dapat mengetahui keputusan dan latar belakang dari kebijakan yang ditetapkan.
       Dalam pelaksanaan otonomi, daerah harus menggali dan mengembangkan secara optimal potensi dan sumber daya yang ada pada daerahnya demi kemakmuran daerah tersebut. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan menginventarisasi keberadaan segala sumber daya yang tersedia. Salah satu caranya ialah dengan membangun suatu pusat basis data sumber daya alam dalam media komputer yang terintegrasi dengan SIG.
       Seperti diketahui, RUTR (Rencana Umum Tata Ruang), baik Kabupaten, Kota maupun Wilayah, merupakan pedoman bagi pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi dan manfaat ruang dalam menyusun program-program dan proyek-proyek pembangunan selama jangka waktu tertentu (setahun atau lima tahun). Dalam menyusun RUTR-K/W ini diperlukan data yang menyangkut aspek fisik, sosial dan ekonomi yang berlangsung di daerah tersebut. Dengan diperolehnya data tersebut, potensi/kemampuan, kelemahan, kesempatan dan kendala (strength, weakness, opportunity, threat) dapat diperkirakan sehingga dapat disusun suatu strategi pengembangan daerah yang efektif dan efisien.

RANGKUMAN

Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan mampu memberikan data yang sangat signifikan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolaan data yang bereferensi geografi sehingga dapat dilihat wilayah-wilayah yang memiliki potensi-potensi pengembangan wilayah dari wilayah yang belum diisi atau kosong menjadi wilayah yang dapat dikembangkan tepat untuk meningkatkan nilai ekonomis suatu wilayah.

I.      PEMANFAATAN SIG UNTUK INVENTARISASI SUMBER DAYA ALAM DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengindraan jauh adalah bagian dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk inventarisasi sumber daya alam? Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk perencanaan pembangunan? Berikut penjelasannya. 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai pemanfaatan SIG untuk inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pembangunan.
1.    SIG DAN PEROLEHAN DATA
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didasarkan pada data keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi. Dalam SIG, teknologi informasi merupakan perangkat yang membantu dalam menyimpan, memproses, menganalisa, serta mengelola data guna menyajikan informasi. SIG merupakan sistem terkomputerisasi yang mendukung pengelolaan data tentang lingkungan dalam bidang Geografi. SIG selalu memiliki relasi dengan disiplin keilmuan Geografi, karena mengkaji hal-hal berkenaan bumi.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Itulah sebabnya, aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:
1)      Data Input 
Subsistem yang bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan format-format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG bersangkutan.
2)      Data Output
Subsistem yang bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengubahnya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial), baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik,report, peta, dan lainnya. 
3)      Data Management
Subsistem yang mengorganisasikan, baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait, ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali, diperbaharui, dan diteliti ulang. 
4)      Data Manipulation and Analysis
Subsistem yang menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi serta penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis juga logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
2.    SIG UNTUK INVENTARISASI SUMBER DAYA ALAM
SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain, untuk perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau suatu kebijakan mengenai suatu daerah. Manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam, di antaranya:
a.        Pengelolaan Sumber Daya Alam
Melalui penerapan SIG, dapat diidentifikasi tentang potensi-potensi alam yang tersebar di suatu wilayah. Identifikasi akan memudahkan dalam pengelolaan sumber alam untuk kepentingan umum. Secara sederhana, manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, emas, besi, dan barang tambang lainnya.
b.        Pengelolaan Rehabilitasi Pasca Bencana
Misalnya, saat bencana tsunami menerjang Aceh dan Nias, Badan Rehabilitasi-Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias) menggunakan SIG untuk memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.
Secara konkret, manfaat SIG adalah:
1)      Untuk pengawasan daerah bencana alam, antara lain:
• Memantau luas wilayah bencana alam,
• Pencegahan terjadinya bencana alam di masa yang akan datang, dan
• Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
2)      Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, antara lain:
• Kawasan lahan potensial dan lahan kritis,
• Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak,
• Kawasan lahan pertanian dan perkebunan, serta
• Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
3.    SIG UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dalam perencanaan pembangunan, SIG berfungsi untuk:
a.     Penataan Ruang dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Manfaat teknologi SIG dapat berbentuk banyak hal, mulai dari untuk analisis dampak lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang menggunakan SIG akan menghindarkan terjadinya banjir, kemacetan, kegagalan infrastruktur dan transportasi, hingga keruwetan pembangunan perumahan dan perkantoran.
Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Contoh lain, seperti pembangunan lokasi pabrik, pasar, fasilitas-fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.
b.     Bisnis dan Ekonomi
Dengan adanya peta informasi daerah, dapat ditentukan arah pembangunan. Maka, para investor pun bisa menentukan strategi investasinya berdasarkan kondisi geografis yang ada, kondisi penduduk dan persebarannya, hingga peta infrastruktur dan aksesibilitas.

RANGKUMAN

1)         Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didasarkan pada data keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi.
2)         SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain, untuk perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau suatu kebijakan mengenai suatu daerah.

J.     PEMANFAATAN SIG UNTUK KAJIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA

SIG merupakan sistem terkomputerisasi yang mendukung pengelolaan data tentang lingkungan dalam bidang Geografi. Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan? Bagaimanakah pemanfaatan SIG untuk mitigasi bencana? Berikut penjelasannya. 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai pemanfaatan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan dan mitigasi bencana.
1.    SIG UNTUK KAJIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Secara umum, SIG dapat dimaknai sebagai suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.
Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan atau pun pencemaran. Pesatnya perkembangan teknologi telah mendorong pergerakan dan perubahan kehidupan masyarakat, organisasi maupun perekonomian di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat secara nyata dengan adanya pembangunan yang sangat cepat, contohnya perumahan, pertokoan maupun industri skala besar. Dari segi positif, masyarakat dapat menikmati hasil produksi barang maupun jasa, namun dengan banyaknya pembangunan tersebut, muncul juga kendala baru yang dihadapi oleh alam sekitarnya yaitu kerusakan lingkungan, sebagai contoh adalah pencemaran lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan, dapat dirancang suatu program aplikasi Sistem Informasi Geografis guna pemetaan tingkat pencemaran industri. Isi dari program berupa peta yang mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi mengenai hasil pemantauan pencemaran udara, sungai, dan laut dengan membandingkan parameter-parameter yang melebihi standar baku mutu. Aplikasi juga bisa dilengkapi informasi lokasi industri dan daerah pengembangan industri. Data-data pencemaran, lokasi industri, dan daerah pengembangan industri bisa diperoleh dari instansi terkait.
Secara konkret, peralatan yang dapat digunakan dalam pemetaan kerusakan atau pun pencemaran (air), di antaranya: 
a)      Perangkat keras, yakni komputer, digitizer, plotter.
b)      Perangkat Lunak, yaitu Software Dimple 3.0 untuk pengolahan citra; Arc View Spasial Analysis 3.1 untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office untuk pengolahan basis data. 
c)      Peralatan untuk pengumpulan data lapangan, meliputi GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat titik kontrol geometri citra dan untuk mengetahui koordinat titik sampling.
d)      Contoh air atau bahan lain yang tercemar.
e)      Peralatan laboratorium kualitas air.
2.    SIG UNTUK MITIGASI BENCANA
Dalam mitigasi bencana, SIG dapat berperan sebagai berikut:
a.     Penelitian dan Analisis
Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan, pada wilayah Jawa, umumnya sangat berpotensi gempa karena dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur vulkanik atau daerah yang memiliki banyak gunung api aktif. Khusus wilayah selatan Jawa, berpotensi gempa dan tsunami. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan SIG dapat meningkatkan kesiapsiagaan tehadap ancaman bencana tersebut.
b.        Peta Bencana Berbasis SIG
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa, dan mengelola data yang terkait dengan atribut secara spasial. Pada awalnya, fokus dari SIG adalah terutama pada respon bencana. Namun, seiring perubahan paradigma, aturan manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi, dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan agar mencapai keberhasilan penanganan bencana.
Aturan yang dikembangkan, termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian, tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. Maka, SIG dapat bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana. SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan, dan infrastruktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana, serta kajian keutuhan komunitas korban bencana. 
SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analisis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagai bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis. Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area, yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan, dan aset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia, dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. 
SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian digabungkan dengan data kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca, dan lainnya guna menentukan lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya jelas sangat membantu mendukung proses pembuatan keputusan. 
SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, mengidentifikasi struktur untuk penyesuaian terhadap resiko bencana, menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, mengidentifikasi sumber bencana, sekaligus merencanakan pelatihan dan kemampuan yang harus dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang mungkin terjadi. 
Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, sementara langkah berikutnya adalah untuk bersiap menghadapi situasi jika bencana menyerang. SIG dalam kesiapsiagaan bencana sangatlah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zona bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit, dan sebagainya. SIG dapat pula memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, atau obat yang harus tersedia demi mengantisipasi bencana.

RANGKUMAN

1)         Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan atau pun pencemaran.
2)         Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan, dan infrastruktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana, serta kajian keutuhan komunitas korban bencana.