Kamis, 10 Mei 2018

ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN MELALUI PETA

ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN MELALUI PETA
Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:
• mengklasifikasikan industri berdasarkan kriteria tertentu;
• menentukan lokasi industri atas dasar bahan baku, pasar, biaya angkut, tenaga kerja, modal, teknologi, peraturan, dan lingkungan;
• mengidentifikasi faktor penyebab gejala aglomerasi industri;
• menganalisis keterkaitan sarana transportasi dengan aglomerasi industri;
• mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi industri;
• mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi pertanian.
PETA KONSEP
Apakah kamu tahu tentang industri? Jika dilihat dari besarnya, tentu dari pabrik satu dengan lainnya terdapat perbedaan. Ada pabrik yang kecil dan ada yang besar. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan industrinya, sehingga dari keanekaragaman tersebut maka industri dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya masing-masing.
Kamu juga pasti dapat menyaksikan di mana keberadaan pabrik-pabrik tersebut. Ada pabrik-pabrik yang berjajar di sepanjang jalan atau mengelompok pada suatu wilayah tertentu. Ada pabrik yang terdapat di daerah pinggiran kota, di perkotaan, di desa, bahkan ada yang di daerah terpencil.
Dari apa yang kamu lihat, pasti menimbulkan beberapa pertanyaan yang ingin kamu ketahui, seperti mengapa industri-industri tersebut berbeda-beda jenisnya? Mengapa pula lokasinya ada yang mengelompok, tersebar, dekat dengan kota, di perkotaan, dan bahkan di daerah terpencil? Pertanyaanpertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan lokasi industri dan persebarannya.
Pada bab ini akan dibahas tentang industri berdasarkan klasifikasi, lokasi, dan penyebarannya. Selain itu, kita juga akan mencoba untuk menganalisis lokasi industri dan pertanian melalui peta, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan kamu dalam memanfaatkan peta untuk mengkaji lokasi-lokasi industri dan pertanian di suatu wilayah.
Kata Kunci : Industri, manufaktur, aglomerasi, transportasi.
A. KLASIFIKASI INDUSTRI
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industry sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai berikut.
1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.       Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b.      Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
c.       Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.       Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b.       Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industry pengolahan rotan.
c.       Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industry konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d.       Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industry mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industry anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
b.      Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c.       Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industry perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.
4. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.
b.       Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industry baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.
c.       Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.
5. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b.       Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c.       Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industry pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d.      Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
e.      Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industry alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
b.      Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industry konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
b.      Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industry minuman.
8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industry yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industry makanan dan minuman.
b.       Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.
c.      Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.
9. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
b.      Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industry pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.
10. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya.
Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:
a.      Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industry makanan ringan.
b.      Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
c.       Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.
11. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industry yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:
1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1)      Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
2)      Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan motor grader.
3)      Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
4)      Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.
5)      Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.
6)      Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.
7)      Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.
8)      Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.
9)      Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industry alumunium, dan industri tembaga.
10)  Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.
11)  Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacammacam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industry ini adalah sebagai berikut:
1)      Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2)      Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan radio.
3)      Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan pipa.
4)      Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan kemasan.
5)      Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).
B. MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI
Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan karakteristik dari kegiatan industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industry tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi suatu industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan lokasi industri harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis merupakan kerangka kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil. Artinya, lokasi tersebut harus memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada.
Semakin strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang keuntungan yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pangsa pasar yang lebih luas.
1. Faktor-faktor penentuan lokasi industri
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, di antaranya sebagai berikut.
a. Bahan mentah
Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan biaya operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industry semakin terbatas.
b. Modal
Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan digunakan, dan luasnya sistem pemasaran. Dengan demikian, suatu industri yang memiliki modal besar memiliki alternatif yang banyak dalam menentukan lokasi industrinya. Sebaliknya, bagi industri yang bermodal sedikit atau kecil maka kurang memiliki banyak pilihan dalam menentukan lokasinya.
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industry membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang berpendidikan dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industry berdasarkan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
d. Sumber energi
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesinmesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi, umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.
e. Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk kegiatan industri di antaranya transportasi darat (keretaapi dan kendaraan roda empat atau lebih), transportasi laut (kapal laut), dan transportasi udara (kapal terbang).
f. Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.
g. Teknologi yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan pasar internasional sudah mensyaratkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan sumberdaya sebagai salah satu syarat agar produknya dapat diterima di pasaran internasional melalui ISO 9000 dan ISO 14000.
h. Perangkat hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hukum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Peraturan dan perundang-undangan harus menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan industri karena menyangkut modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga kerja, dan dampak negatif (limbah) yang ditimbulkan.
i. Kondisi lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri. Namun, semua faktor yang mempengaruhi lokasi industri tersebut, tentunya tidak seluruhnya dapat diakomodasi. Terkadang suatu lokasi industri mendekati tempat beradanya sumber bahan baku, tetapi jauh dari daerah pemasaran, atau sebaliknya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lokasi industri yang ideal, sehingga lahirlah beberapa teori lokasi dari para ahli yang didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan industri. Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat serta memperhitungkan bagaimana antarwilayah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).
2. Teori lokasi
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang banyak digunakan dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut:
a.      Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber.
b.      Theory of optimal industrial location (teori lokasi industri optimal) dari Losch.
c.       Theory of weight loss and transport cost (teori susut dan ongkos transport).
d.      Model of gravitation and interaction (model gravitasi dan interaksi) dari Issac Newton dan Ullman.
e.      Theory of cental place (teori tempat yang sentral) dari Walter Christaller.
Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi.
a. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1)      Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2)      Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3)      Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4)      Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5)      Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6)      Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7)      Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini.
b. Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar.
Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industry semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
c. Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1)      Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
2)      Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.
d. Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari Issac Newton dan Ullman
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling melengkapi (regional complementarity), kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).

Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut.
e. Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang.
Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1)      Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
2)      Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
3)      Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administrative yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Teori Christaller akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Contohnya pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan berbagai barang dan jasa seperti: pakan (makan dan minum), papan (rumah dan perabotannya), sandang (pakaian dan asesorisnya), pendidikan, dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa tersebut, hanya ada pada tempat tertentu saja, sehingga ada jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range.
Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik, melainkan lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen (masyarakat) harus menjadi perhatian.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut:
1)      Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relative seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2)      Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.
3. Kecenderungan lokasi industri
Penentuan lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki beberapa alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi factor-faktor produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi dalam kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi industri berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industry yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, bahan baku yang digunakan tidak rusak/utuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami penyusutan sehingga meringankan biaya pengangkutan.
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya adalah:
1)      Industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri bunga, dan industri susu.
2)      Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya: industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. Industri kelompok ini memiliki perbandingan kehilangan berat (weight loss) mencapai 75% atau lebih.
3)      Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar.
4)      Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal daripada biaya pengangkutan barang jadi.
5)      Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah karena adanya penyusutan.
b. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran
Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industry yang biasanya tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau mudah diperoleh di daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industry makanan, dan industri konveksi.
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah:
1)      Jika dalam pembuatan barang industri, perbandingan kehilangan (susut) berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut untuk barang mentah. Misalnya: industri roti karena setelah diolah beratnya tidak berbeda dengan bahan mentahnya.
2)      Jika bahan mentah/baku mudah diperoleh. Misalnya: industri air mineral, karena air bersih dianggap mudah diperoleh.
3)       Jika barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya relatif lebih besar. Misalnya: industri peti dan industri mebel.
4)      Jika barang yang dihasilkan selalu mengalami perubahan yang cepat karena kaitannya dengan model dan mode yang sedang berkembang. Misalnya industri konveksi.
5)      Jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut bahan mentah/baku.
6)      Jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama.
7)      Jika barang yang dihasilkan memerlukan pemasaran yang luas.
8)      Jika bahan baku yang digunakan tahan lama.
c. Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk
Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk, yaitu industri yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini bersifat padat karya, misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini biasanya berlokasi di tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah dan terampil. Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang khusus dalam jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik dan industri kain bordir.
d. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/ energi
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi adalah industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi, batubara, gas, dan air). Misalnya: industri peleburan baja/besi, industri pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
e. Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan
Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi yang mudah dan baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya industri yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu tempat yang sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.
f. Industri yang berorientasi pada modal
Industri yang berorientasi pada modal adalah industri yang biasanya memiliki produksi yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan memiliki pasar yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. Misalnya: industri farmasi dan alat-alat kesehatan.
g. Industri yang berorientasi pada teknologi
Industri yang berorientasi pada teknologi adalah industri yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah menerapkan teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan, industry pariwisata, dan industri perhotelan.
h. Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundangundangan
Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan adalah industri yang memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem perpajakan. Misalnya relokasi industri negara maju ke negara-negara berkembang umumnya sangat memperhatikan orientasi peraturan perizinan dan perpajakan. Jika izin mereka agak dipersulit dan terlalu mahal pajaknya, maka negara maju tersebut tidak akan mendirikan industri di negara berkembang.
i. Industri yang berorientasi pada lingkungan
Industri yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang tidak merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industry yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta tidak mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
C. FAKTOR PENYEBAB GEJALA AGLOMERASI INDUSTRI
Lokasi industri merupakan suatu tempat atau wilayah di permukaan bumi dengan segala unsur-unsurnya, baik unsur fisik maupun sosial yang memberikan kontribusi terhadap kelancaran dan perkembangan kegiatan industri secara optimal dari segi ekonomi. Unsur-unsur tersebut merupakan faktor lokasi yang meliputi bahan mentah atau bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber energi, transportasi, pasar, teknologi, iklim, sumber air, peraturan dan perundangundangan.
Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan, mengingat tidak semua unsure yang mendukung kegiatan industri tersedia dan mudah diperoleh di suatu tempat. Apabila suatu industri didukung oleh faktor-faktor tersebut secara lengkap maka kegiatan industri tersebut akan menguntungkan. Pada kenyataannya, lokasi industri yang ideal (yang memenuhi semua persyaratan) jarang ditemukan. Karena itu, penempatan lokasi industri harus memilih di antara tempat-tempat yang paling menguntungkan.
Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industry pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industry antara lain:
1.      terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi;
2.      kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu;
3.      adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah;
4.      adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap;
5.      adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.
Aglomerasi industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan perencanaan yang matang. Aglomerasi industri yang terbentuk secara alamiah, yaitu apabila pemusatannya diakibatkan secara kebetulan karena lokasi tersebut memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses perkembangan industri. Aglomerasi yang terbentuk secara disengaja, yaitu karena berdasarkan hasil perencanaan tata ruang yang dilengkapi berbagai kebutuhan yang menunjang dalam proses perkembangan industri.
Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat diketegorikan menguntungkan, di antaranya adalah:
1.      mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya;
2.      mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota;
3.      memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati;
4.      tidak mengganggu rencana tata ruang;
5.      dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.
Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri atau sering disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya: lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.
Pada awalnya, fasilitas penunjang kegiatan industri pada kawasan aglomerasi industri hanya dikuasai oleh pemerintah. Tetapi, sekarang perusahaan swasta sudah diberikan wewenang untuk mengelolanya. Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya: beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.
Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat (Bonded zone). Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu kawasan dengan batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.
Sehubungan dengan kawasan berikat, juga terdapat istilah industri berikat (Industrial Linkage), yaitu beberapa industri yang memiliki keterikatan ke dalam suatu industri utama. Keterikatan antara satu industri dengan industry lainnya dapat terjalin dari elemen-elemen (lahan, modal, mesin, tenaga kerja, informasi, pasar, transportasi, dan unsur lainnya) yang terkait dengan pengoperasian industri. Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu:
1. keterkaitan produk;
2. keterkaitan jasa;
3. keterkaitan proses;
4. keterkaitan subkontrak.
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini industry garamen sebagai industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-industri lain yang berfungsi sebagai penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing, reslasting, dan asesoris lainnya. Adanya keterkaitan antara industri yang berada pada suatu tempat, tidak hanya dapat menekan biaya transport, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan industri-industri tersebut.
D. KETERKAITAN SARANA TRANSPORTASI DENGAN AGLOMERASI INDUSTRI
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia selama ini. Manusia sebagai makhluk dinamis, senantiasa terus bergerak dan berusaha dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Awal kehidupan manusia, hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan primer saja (makan dan minum), seperti melalui kegiatan berburu, meramu, dan sistem pertanian berpindah-pindah (nomad). Kebiasaan ini berjalan cukup lama dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses kehidupan tersebut merupakan pendidikan dan pembelajaran seiring dengan terus meningkatnya jumlah populasi manusia dan terus meningkatnya kebutuhan hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada kondisi jumlah penduduk yang semakin padat maka mulai ditemukan berbagai temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang percepatan pemenuhan kebutuhan tersebut. Hasil perkembangan iptek tersebut di antaranya dalam bidang transportasi.
Aktivitas ekonomi sekarang ini, baik yang berhubungan dengan pertanian, perdagangan, jasa maupun industri, kelangsungannya tidak terlepas dari transportasi. Di negara-negara maju, misalnya: di Eropa dan Amerika, lengkapnya sarana dan prasarana transportasi telah mendukung keberhasilan sebagai negaranegara industri. Pada negara-negara yang hanya memiliki beberapa jalan raya, pertukaran barang terjadi dalam skala kecil dan kebanyakan merupakan produk lokal. Seandainya, sarana dan prasarana transportasi dikembangkan, keuntungan akibat pertukaran barang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh di Prancis, awalnya kebanyakan petani menanam anggur karena dianggap lebih berharga dan sangat menguntungkan, sedangkan kebutuhan akan gandum lebih baik didatangkan dari negara lain. Dengan demikian, transportasi merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggerakkan dan menunjang aktivitas masyarakat, barang, dan jenis lainnya yang dianggap berharga oleh masyarakat dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Keberadaan transportasi di permukaan bumi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan keadaan populasi penduduk. Hal ini, dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, pergerakan (mobilitas) pun semakin kompleks di tempat tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangnya sistem transportasi dari waktu ke waktu, antara lain sebagai berikut:
1.  Sumber daya alam yang tersedia tidak tersebar secara merata, sehingga terjadi pergerakan manusia untuk mencari dan mencapai lokasi sumberdaya alam yang dibutuhkan.
2.  Jumlah dan penyebaran penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya tidak sama, sehingga terjadi saling membutuhkan dan dibutuhkan di antara penduduk yang satu dengan penduduk yang lainnya.
3. Adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat, sehingga ada sekelompok masyarakat yang memiliki teknologi yang tinggi dan ada pula sekelompok masyarakat yang teknologinya masih konvensional.
4.  Adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan, sehingga adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang saling membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang kehidupannya.
Adanya transportasi memungkinkan hubungan antardaerah, hubungan antar-hinterland dan foreland, serta menimbulkan dampak sosial-ekonomi penduduk dan penggunaan lahan. Keberadaan sarana dan prasarana transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor geografi, di antaranya sebagai berikut.
1. Iklim
Kondisi iklim berpengaruh sangat besar pada kelancaran transportasi, terutama transportasi laut dan udara. Adanya badai topan, kabut, hujan, salju, maupun asap tebal memungkinkan terganggunya penerbangan dan pelayaran yang akan dilakukan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi mengakibatkan pemeliharaan jalan raya dan kereta api menjadi lebih tinggi, jalan akan cepat rusak akibat aliran air dan banjir. Bahkan fenomena perubahan fungsi jalan pada waktu hujan sebagai sungai merupakan fenomena yang sering terjadi, akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam membersihkan saluran air dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
2. Struktur geologi
Kondisi batuan di tiap wilayah berbeda-beda, ada wilayah yang memiliki kondisi batuan yang stabil dan ada juga daerah yang memiliki kondisi batuan yang tidak stabil. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan jalan. Jalan yang berada di daerah labil cenderung cepat rusak. Hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan. Sebaliknya jalan yang berada di daerah yang stabil cenderung lebih awet.
3. Keadaan morfologi
Keberadaan morfologi suatu daerah sangat berpengaruh pada sarana transportasi darat. Misalnya: di daerah perbukitan sampai pegunungan yang selalu labil dan berkelok-kelok akan mengakibatkan pembuatan dan pemeliharaannya jalan menjadi mahal. Selain itu, diperlukan prasarana lain, misalnya: jembatan dan terowongan. Begitu juga keberadaan morfologi dasar laut sangat berpengaruh pada kecepatan kapal, besarnya muatan kapal dan pembuatan dermaga atau pelabuhan.
4. Faktor sosial
Keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi pada dasarnya merupakan tuntutan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, misalnya: bepergian ke tempat kerja, sekolah, belanja, hubungan sosial, bisnis, rekreasi, dan lain-lain. Semua itu, melahirkan tuntunan adanya jalan, angkutan dan rute-rute kendaraan yang efisien, aman, dan nyaman.
5. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan industri dan aktivitas komersial lainnya telah mendorong semakin meningkatnya kebutuhan akan transportasi. Semakin tinggi dan kompleks aktivitas atau kemajuan ekonomi suatu masyarakat dapat dilihat atau diukur dari kondisi jaringan transportasinya. Jalan yang lebar, terpelihara, banyak lintasan, lengkapnya sarana angkutan, terminal, pelabuhan, dan bkamura sangat berkolerasi dengan membaiknya keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya.
6. Keadaan politik dan kebijaksanaan pemerintah
Pembuatan jaringan transportasi seringkali dibuat karena latar belakang politik dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan, keamanan, dan pertahanan, walaupun mungkin secara ekonomis kurang menguntungkan atau bahkan tidak ada. Pembangunan fasilitas transportasi juga merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pembangunan, baik nasional, regional maupun lokal agar pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat di samping kestabilan politik dan pemerataan pembangunan dapat diciptakan.
7. Teknologi yang dimiliki
Setiap sarana dan prasarana transportasi mempunyai karakteristik tersendiri. Misalnya: kereta api memerlukan lokomotif dengan mesin penggerak yang berbeda (batubara, listrik, diesel) dan jaringan rel kereta api yang baik dan kuat. Pesawat terbang berhubungan dengan daya angkut, mesin pesawat, kapasitas bandara, sistem komunikasi udara, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk layaknya suatu penerbangan. Kapal laut dengan rute, dermaga, kecepatan mesin, dan daya angkut. Semua itu harus didukung oleh teknologi transportasi yang dimiliki. Apabila penguasaan teknologinya belum memadai maka sistem transportasi yang aman, nyaman, mudah, dan terjangkau oleh masyarakat tidak mungkin terwujud.
Selain beberapa keuntungan dan keunggulan yang dapat diraih dari pengembangan sarana transportasi, juga dapat memunculkan dampak negatif. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan dari keberadaan transportasi, antara lain sebagai berikut.
a. Perubahan penggunaan lahan
Pebaikan dan pembukaan jalan sebagai sarana transportasi, dapat menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali. Misalnya, perubahan penggunaan lahan hutan menjadi tegalan, perubahan lahan tegalan menjadi pemukiman, dan seterusnya. Penataan ruang yang tidak terkendali dapat menimbulkan berbagai bencana seperti banjir dan erosi.
b. Perbedaan harga lahan
Pembukaan dan perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan naiknya harga tanah dan terjadinya perbedaan kelas harga tanah. Semakin dekat ke jalan maka harga tanah semakin tinggi, sedangkan semakin jauh dari jalan maka harga tanah semakin rendah. Hal ini akan memacu jual beli tanah dan pengalihan fungsi tanah.
c. Penyebaran dan kepadatan penduduk
Peningkatan saranan transportasi dapat menyebabkan penyebaran penduduk semakin merata dan kepadatan penduduk semakin tinggi. Hal ini akan memacu pemilikan lahan yang semakin sempit, sehingga pengolahan lahan semakin intensif, dan pada gilirannya produktivitas lahan semakin menurun dan petani semakin miskin.
d. Tingginya mobilitas penduduk
Perbaikan sarana transportasi akan memacu mobilitas penduduk, baik berupa migrasi, urbanisasi maupun gerakan sirkuler lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan mata pencaharian penduduk yang tadinya bertani menjadi beralih ke sektor lain, sehingga tenaga kerja sektor pertanian berkurang.
e. Perubahan budaya masyarakat
Perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan perubahan budaya masyarakat yang dilaluinya. Perubahan tersebut dapat berbahaya apabila filter budaya yang dimiliki masyarakat kurang kuat, sebab bisa jadi yang diserap ialah budaya yang kurang baik dan negatif. Tetapi apabila filter budaya yang dimiliki masyarakatnya kuat maka kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi.
f. Memacu pembangunan berbagai fasilitas fisik
Pembangunan sarana transportasi dapat memacu pembangunan fasilitas fisik lainnya seperti pemukiman, villa, sarana hiburan dan rekreasi. Perubahan ini akan menyebabkan rusaknya tata ruang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, fungsi lahan sebagai daerah resapan jadi berkurang.
Sarana transportasi yang telah dijelaskan tersebut erat kaitannya dengan aglomerasi industri. Sebagaimana penjelasan bahwa di antara faktor-faktor penyebab munculnya aglomerasi industri pada suatu wilayah, memiliki prinsip yang sama yaitu untuk memperhitungkan biaya transportasi minimum agar dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Selain itu, system transportasi yang baik dan mudah di suatu tempat atau wilayah merupakan salah satu alasan untuk terjadi aglomerasi industri pada tempat atau wilayah bersangkutan.

Untuk menganalisis hubungan antara sarana transportasi dan aglomerasi industri, dapat diikuti pada contoh kasus berikut.Misalnya pada suatu proses pembangunan industri, sumber bahan mentah (B), pasar (P), dan sumber energi (E) terdapat pada tempat yang terpisahpisah. Dalam hal ini faktor tenaga kerja dianggap faktor yang selalu bergerak untuk mengikuti lokasi industri, sehingga dapat diabaikan. Aglomerasi industry akan terjadi pada kisaran sekitar ketiga faktor tersebut. Proses aglomerasi industri terjadi karena setiap perencanaan atau penentu kebijakan dalam pemilihan lokasi akan memperhatikan terapan konsep isotim dan isodapen dalam memperhitungkan biaya transportasi minimum. Perhatikan gambar berikut!
Isotim merupakan garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki biaya transportasi yang sama. Isodapen merupakan garis-garis yang menghubungkan tempat yang memiliki kenaikan biaya transportasi yang sama besarnya di atas biaya transportasi lokal minimum. Adapun lokasi industry dengan biaya transportasi minimum akan terletak pada daerah yang berbentuk segitiga (segitiga aglomerasi).
Pada gambar tersebut terdapat dua segitiga aglomerasi, yaitu segitiga aglomerasi I yang dibatasi oleh isodapen 5 dan segitiga aglomerasi II yang dibatasi oleh isodapen 6. Lokasi industri ini akan diletakkan di bagian segitiga aglomerasi I ataupun II, bergantung pada penawaran. Jika lokasi industry diletakkan pada segitiga I, berarti biaya transportasi harus 5 unit di atas biaya transportasi minimum. Jika lokasinya pada segitiga aglomerasi II, penambahan biaya di atas biaya transportasi minimum sampai unit ke-6.
Pada segitiga aglomerasi II masih dapat dilakukan pilihan atau penawaran antara di A1, A2, atau A3. Jika kita lebih berorentasi pada pasar maka lokasi industri dapat diletakkan di A1, di sini penambahan biaya pemasaran sampai dengan 4 unit. Adapun untuk pengangkutan bahan mentah 6 unit dan energi 6 unit. Selanjutnya, coba kamu analisis jika keputusan lokasi itu di A2 atau A3.
Selain oleh faktor transportasi, faktor aglomerasi industri yang sekarang sedang berkembang, juga dipengaruhi oleh inovasi teknologi dan globalisasi ekonomi. Akibat globalisasi akan berkembang kota-kota global yang bukan hanya diperhitungkan berdasarkan untung-rugi secara ekonomi, tetapi juga untung-rugi aspek politik dan sosial ekonomi penduduk. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan fungsi politik dan ekonomi terhadap kawasan industry mempengaruhi pemilihan lokasi aglomerasi industri.
Di Indonesia, fenomena kota global terjadi di Jakarta Metropolitan. Industri sektor keuangan dan perdagangan terpadu dalam kapitalisasi global. Ruang digunakan dengan cepat dalam perkembangan kota baru. Akibatnya, tanah pertanian beralih ke dalam penggunaan perkotaan karena banyak kawasan perumahan di pusat kota berubah menjadi pusat niaga, hotel-hotel, berbagai apartemen dengan bangunan tinggi, perkantoran, dan sebagainya.
Jakarta berkembang menjadi kota dengan pusat berganda, lokasi-lokasi pembangunan kota baru dan kawasan perumahan di Jabotabek ditempatkan sesuai dengan kebijakan pemerintah agar dapat diupayakan keteraturan tata ruangnya.
E. ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN MELALUI PETA
Pemanfaatan peta oleh manusia, sudah berlangsung sejak dahulu. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang pemetaan, pemanfaatan peta untuk menunjang aktivitas kehidupan manusia pun makin meluas, baik dalam keperluan sipil maupun militer. Beberapa pemanfaatan peta, antara lain:
1.   Petunjuk lokasi suatu wilayah di permukaan bumi.
2.   Menggambarkan luas, bentuk, dan penyebaran berbagai gejala di muka bumi.
3.   Penentu jarak dan arah berbagai tempat di muka bumi.
4. Sumber keterangan keadaan sosiografis dan fisiografis suatu wilayah seperti jumlah penduduk, potensi sumber daya alam, relief, iklim, jenis vegetasi, dan lain-lain.
5.   Sarana penerangan wilayah, seperti digunakan oleh pemerintah dan militer.
6.   Dokumen.
Demikian halnya dalam sektor industri dan pertanian sebagai contoh kegiatan ekonomi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan peta untuk menentukan lokasi industri maupun pertanian adalah sangat penting, sehingga didapatkan suatu lokasi yang ideal untuk menempatkan kedua aktivitas ekonomi manusia tersebut.
Untuk dapat memanfaatkan peta dengan baik dan benar, maka caracara penggunaannya harus dikuasai terlebih dulu. Apabila kamu ingin menggunakan peta, perhatikan hal-hal berikut:
1.   Informasi apa yang akan kamu cari dalam peta.
2.   Sesuaikah judul peta yang kamu gunakan dengan informasi yang akan dicari.
3.   Apabila informasi yang kamu butuhkan adalah kondisi saat ini, maka lihatlah tahun pembuatannya, karena peta yang menggambarkan objek mudah berubah (seperti penggunaan lahan), kemungkinan saat ini sudah ada perubahan.
4.   Amati legenda dengan seksama, agar kamu terhindar dari kesalahan informasi yang terdapat dalam peta.
5.   Perhatikan pula skala yang tercantum pada peta, sehingga kamu dapat mengetahui perbandingan ukuran atau jarak pada peta dengan di lapangan.
Setelah kamu menguasai bagaimana cara penggunaan peta, maka selanjutnya cobalah untuk menganalisis lokasi industri dan pertanian yang ideal menurut kamu berdasarkan pada peta yang kamu miliki atau melalui media yang diberikan guru!
Untuk dapat menganalisis lokasi industri pada peta, maka tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor yang sudah kita pelajari sebelumnya, yaitu: bahan mentah, modal, sumber energi, tenaga kerja, pasar, teknologi, transportasi, perundang-undangan, dan lingkungan. Perlu kamu ingat kembali, bahwa keberadaan faktor-faktor tersebut semata-mata untuk menghemat biaya transportasi yang seminimal mungkin sehingga biaya produksi dapat ditekan. Selain unsur-unsurnya, penentuan lokasi industri juga sangat dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
Misalnya, kamu ingin menentukan lokasi industri tekstil pada peta. Industri tekstil lebih menekankan pada penggunaan tenaga kerja yang banyak dengan pendidikan yang rendah; biaya angkut hasil produksi lebih tinggi daripada bahan mentah; terletak pada jaringan lalu lintas ramai; jauh dari lokasi pemukiman padat; harga lahan dan pajak yang rendah; dan adanya kebijakan pemerintah terhadap perencanaan tata ruang di lokasi tersebut. Dengan faktor-faktor tersebut, tentunya kamu dapat menentukan di mana sebaiknya lokasi industry tersebut ditempatkan.

Sebagai contoh, lihatlah peta Kota Bandung dan sekitarnya, yang di dalamnya terdapat kawasan industri.


Garis-garis panah yang ditunjukkan pada peta di atas merupakan pusatpusat atau kawasan industri yang berkembang di dekitar daerah Kota Bandung atau daerah pinggiran kota. Tahukah kamu, mengapa kawasan industri berkembang di sana? Sebagai jawaban, kamu bisa menganalisisnya dengan bantuan faktorfaktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi industri di atas!
Adapun untuk menentukan suatu lokasi pertanian yang ideal pada peta, maka harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan perkembangannya, seperti luas dan penggunaan lahan; keadaan iklim yang menunjang pertumbuhan tanaman pertanian; sumber air; kesuburan tanah; kedekatan dengan sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen; dan kedekatan dengan lokasi pemasaran hasil pertanian.
Sebagai contoh, Kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar berpenduduk padat dan sebagai pusat pertumbuhan, memiliki daerah hinterland yang subur sehingga dapat memasok hasil pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kotanya. Jika kita lihat pada peta (Gambar 2.5), kawasan Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Kabupaten Garut, merupakan daerah pegunungan yang potensial bagi produktivitas pertanian lahan kering, seperti palawija, hortikultura, dan hasil perkebunan lainnya. Di samping itu, sebagian besar wilayah dataran rendah di Bandung Selatan, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut merupakan kawasan pertanian lahan basah seperti padi sawah yang berproduktivitas tinggi. Selain karena kondisi alam yang mempengaruhi daerah-daerah tersebut sebagai lokasi pertanian, kedekatan jarak dan lengkapnya sarana prasarana transportasi dengan Bandung memberikan kemudahan dalam hal pemasaran hasil produksi.
Ringkasan
Klasifikasi industri berdasarkan SK Mentri Perindustrian No. 19/M/ I/1986 dapat dibedakan menjadi industri kimia dasar, industri mesin logam dasar dan elektronika, aneka industri, industri kecil, dan industri pariwisata.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, di antaranya bahan mentah, modal, tenaga kerja, sumber energi, transportasi, pasar, teknologi yang digunakan, perangkat hukum, dan kondisi lingkungan.
Faktor penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain: terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan, kesamaan lokasi usaha, adanya wilayah pusat pertumbuhan industri, adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan adanya kerja sama yang saling membutuhkan.
Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangkan sistem transportasi, di antaranya sumber daya alam yang tersedia tidak merata, jumlah dan penyebaran penduduk tidak sama, adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat, dan adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan.
Keberadaan alat transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh oleh berbagai faktor geografi, di antaranya: kondisi cuaca, kondisi batuan, keadaan morfologi, faktor sosial, kondisi ekonomi, keadaan politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi yang dimiliki. Hal ini akan berkaitan dengan besar-kecilnya biaya transport yang harus dikeluarkan untuk mengangkut keperluan industri.
Untuk dapat menganalisis lokasi industri dan pertanian pada peta, maka tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kedua kegiatan ekonomi tersebut.
Glosarium
Industri                        : kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif.
Manufaktur                 : bagian kegiatan industri yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Industri ekstraktif        : industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Industri nonekstraktif : industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.
Industri primer            : industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.
Market oriented industry : industri yang berorientasi pada pasar atau industry yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
Bahan baku                 : bahan dasar yang terdiri atas barang mentah atau barang setengah jadi yang digunakan untuk industri.
Modal industri            : besarnya investasi yang dimiliki suatu industry untuk kelancaran proses produksi. Modal industri bisa berupa uang, bangunan, teknologi, dan lainnya.
Aglomerasi industri    : pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu.
Transportasi                : segala sesuatu yang berhubungan dengan angkutan atau pengangkutan.
Kegiatan kelompok
Coba cari peta di daerahmu! Berikan analisisnya tentang keberadaan lokasi industri dan pertanian pada peta tersebut berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikan pula pandangan kamu terhadap perkembangannya pada masa mendatang!
Tugas mandiri
Kunjungi lokasi industri yang ada di sekitar tempat tinggalmu, kemudian
coba identifikasi hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan bahan bakunya, termasuk industri apa?
2. Berdasarkan tenaga kerja, termasuk industri apa?
3. Berdasarkan produksi yang dihasilkan, termasuk industri apa?
4. Berdasarkan bahan mentahnya, termasuk industri apa?
5. Berdasarkan cara pengorganisasiannya, termasuk industri apa?
6. Apa yang menjadi pendorong didirikannya industri tersebut?

7. Apa dampak positif dan negatif dari industri tersebut?


UJI KOMPETENSI
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang tepat!
1.   Isilah manufaktur dalam pengertian industri secara sempit, ditujukan pada kegiatan ....
a. semua kegiatan produktif
b. pemasaran produksi hasil industri
c. semua kegiatan ekonomi manusia
d. industri rumah tangga
e. pengolahan barang mentah menjadi barang jadi
2.   Istilah industri berasal dari kata industria yang berarti ....
a. majikan
b. pengusaha
c. tenaga kerja
d. penggunaan mesin-mesin
e. proses pengolahan
3.   Kehadiran dan kebutuhan industri sangat diperlukan, hal ini untuk ....
a. menunjang kehidupan manusia
b. mengurangi pengangguran
c. menunjang pemerintah daerah
d. memanfaatkan sumber daya alam
e. menjaga lingkungan
4.   Untuk menentukan jenis industri didasarkan pada beberapa kriteria, kecuali ....
a. transportasi
b. modal
c. teknologi yang digunakan
d. tenaga kerja
e. pangsa pasar
5. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, misalnya ....
a. industri pariwisata
b. industri perbankan
c. industri pesawat terbang
d. industri hasil pertanian
e. industri berat
6.   Berikut ini merupakan ciri industri kecil, kecuali ....
a. tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang
b. modal yang digunakan relatif kecil
c. tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar dan umumnya masih ada hubungan saudara
d. produknya untuk konsumsi sendiri
e. produknya sebagian besar alat rumah tangga dan bahan untuk industri lain
7.   Jika dilihat dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksinya industri kendaraan bermotor termasuk pada ....
a. industri menengah                                d. industri padat karya
b. industri berat                                        e. aneka industri
c. industri primer
8.   Jika dilihat dari produk yang dihasilkannya, industri pariwisata termasuk pada ....
a. industri tersier                                      d. industri negara
b. industri PMA                                         e. aneka industri
c. industri campuran
9.   Lokasi industri merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi ....
a. keuntungan yang akan diperoleh dalam proses industri
b. biaya transportasi
c. tenaga kerja yang akan digunakan
d. teknologi yang akan digunakan
e. jenis dan kriteria industri yang dikembangkan
10. Pengertian lokasi yang strategis suatu industri adalah ....
a. lokasi yang tepat
b. lokasi yang mudah dijangkau
c. memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada
d. memberikan kenyamanan untuk pengembangan dan perluasan proses produksi
e. lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk
11. Jika jenis barang yang memiliki risiko cukup tinggi pada saat pengangkutan bahan mentah, maka sebaiknya industri tersebut ditempatkan di ....
a. daerah pemusatan penduduk
b. daerah sumber bahan baku
c. daerah sumber energi
d. daerah pinggiran kota
e. daerah pemasaran
12. Adanya kebijakan dengan melakukan proteksi pada barang-barang produk domestik memiliki tujuan ....
a. mengatur lalu lintas produksi perdagangan
b. harga produk domestik dapat dikendalikan
c. melindungi produk
d. memberi peluang kepada masyarakat untuk bekerja semaksimal mungkin
e. menjaga stabilitas ekonomi
13. Istilah bapak asuh dalam rangka menumbuhkembangkan perindustrian di Indonesia adalah ....
a. meningkatkan komoditas ekspor
b. melindungi produk dalam negeri
c. mengembangkan industri besar
d. melindungi kegiatan industri kecil
e. menentukan harga jual yang layak
14. Prinsip teori lokasi industri dari Alfred Weber adalah ....
a. mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum
b. mempertimbangkan lokasi yang strategis
c. mempertimbangkan batas wilayah pemasaran
d. menentukan tempat yang sentral
e. mempertimbangkan permintaan (demand)
15. Menurut teori susut dan ongkos transport, suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila ....
a. kekuatan hubungan ekonomi
b. biaya operasional masih menguntungkan
c. memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah
d. biaya susut sama dengan biaya transport
e. mendekati daerah sumber bahan baku
16. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku, apabila ....
a. memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar
b. kesulitan dalam memasarkan produk
c. adanya penyusutan dalam pengangkutan bahan baku
d. lokasinya terpencil
e. sarana transportasinya memadai
17. Adanya sistem transportasi yang diciptakan manusia memiliki tujuan sebagai berikut, kecuali ....
a. memudahkan hubungan sosial
b. meringankan biaya produksi
c. memperlancar angkutan barang
d. memperbanyak arus urbanisasi
e. memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
18. Meningkatnya volume distribusi dan transportasi kebutuhan merupakan dampak dari interaksi antarwilayah dalam aspek ....
a. sosial                                                     d. budaya
b. ekonomi                                                e. politik
c. hukum
19. Penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain ....
a. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap
b. tersebarnya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan oleh industry tertentu
c. adanya penyebaran pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah
d. adanya peningkatan jumlah dan variasi industri akibat globalisasi
e. kurangnya tempat yang ideal untuk dijadikan lokasi industri
20. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya industri berikat, kecuali ....
a. keterkaitan produk
b. keterkaitan jasa
c. keterkaitan proses
d. keterkaitan barang yang dihasilkan
e. keterkaitan sistem produksi
II. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian industri primer, industri sekunder, dan industri tertier. serta berikan contohnya!
2. Mengapa pariwisata tergolong pada bidang industri?
3. Jelaskan beberapa faktor sosial yang mempengaruhi faktor produksi!
4. Apa yang dimaksud dengan industri hilir dan industri hulu?
5. Apa bedanya antara industri kecil dengan industri rakyat?
6. Jelaskan keuntungan yang diperoleh jika lokasi industri dekat dengan bahan baku!
7. Mengapa kondisi lingkungan menjadi pertimbangan penentuan lokasi industri?
8. Sebutkan dua asumsi yang digunakan dalam teori susut dan ongkos transport?
9. Jelaskan penyebab terjadinya aglomerasi industri!
10. Jelaskan hubungan antara sarana transportasi dengan aglomerasi industri!
Refleksi
Setelah mempelajari bab ini, adakah materi yang belum kamu pahami? Jika ada, maka materi apakah yang betul-betul belum kamu pahami tersebut? Coba dipelajari kembali, sehingga proses bejarmu tuntas. Apabila masih menemui kesulitan mengenai materi tersebut, diskusikanlah bersama teman-temanmu atau tanyakan kepada guru. Jika sudah betul-betul kamu pahami, silahkan untuk melanjutkan pada pembelajaran bab selanjutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar