Setelah
mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:
•
mengklasifikasikan industri berdasarkan kriteria tertentu;
• menentukan lokasi
industri atas dasar bahan baku, pasar, biaya angkut, tenaga kerja, modal,
teknologi, peraturan, dan lingkungan;
•
mengidentifikasi faktor penyebab gejala aglomerasi industri;
•
menganalisis keterkaitan sarana transportasi dengan aglomerasi industri;
•
mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi industri;
•
mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi pertanian.
PETA KONSEP
Apakah kamu tahu tentang industri? Jika dilihat dari besarnya,
tentu dari pabrik satu dengan lainnya terdapat perbedaan. Ada pabrik yang kecil
dan ada yang besar. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan industrinya, sehingga
dari keanekaragaman tersebut maka industri dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristiknya masing-masing.
Kamu juga pasti dapat menyaksikan di mana keberadaan
pabrik-pabrik tersebut. Ada pabrik-pabrik yang berjajar di sepanjang jalan atau
mengelompok pada suatu wilayah tertentu. Ada pabrik yang terdapat di daerah
pinggiran kota, di perkotaan, di desa, bahkan ada yang di daerah terpencil.
Dari apa yang kamu lihat, pasti menimbulkan beberapa pertanyaan
yang ingin kamu ketahui, seperti mengapa industri-industri tersebut
berbeda-beda jenisnya? Mengapa pula lokasinya ada yang mengelompok, tersebar,
dekat dengan kota, di perkotaan, dan bahkan di daerah terpencil?
Pertanyaanpertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan lokasi
industri dan persebarannya.
Pada bab ini akan dibahas tentang industri berdasarkan
klasifikasi, lokasi, dan penyebarannya. Selain itu, kita juga akan mencoba
untuk menganalisis lokasi industri dan pertanian melalui peta, sehingga dapat
menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan kamu dalam memanfaatkan peta
untuk mengkaji lokasi-lokasi industri dan pertanian di suatu wilayah.
Kata Kunci : Industri, manufaktur, aglomerasi, transportasi.
A. KLASIFIKASI
INDUSTRI
Istilah
industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industry sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial.
Karena
merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri
berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan
macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara
penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan
bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan.
Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin
besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin
beranekaragam jenis industrinya.
Adapun
klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai
berikut.
1. Klasifikasi
industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap
industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang
digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.
Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri
hasil kehutanan.
b.
Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri
lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
c.
Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk
keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan
pariwisata.
2. Klasifikasi
industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan
jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya
kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan,
industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b.
Industri kecil, yaitu
industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya:
industri genteng, industri batubata, dan industry pengolahan rotan.
c.
Industri
sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup
besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan
memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industry konveksi, industri
bordir, dan industri keramik.
d.
Industri besar, yaitu
industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar
adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya:
industri tekstil, industry mobil, industri besi baja, dan industri pesawat
terbang.
3. Klasifikasi
industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a.
Industri
primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang
dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya:
industry anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
b.
Industri
sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan.
Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri
tekstil.
c.
Industri
tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa
barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung
maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau
membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industry perbankan,
industri perdagangan, dan industri pariwisata.
4. Klasifikasi
industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi:
a.
Industri
pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang
diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng,
Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.
b.
Industri pertambangan, yaitu
industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan.
Misalnya: industri semen, industry baja, industri BBM (bahan bakar minyak
bumi), dan industri serat sintetis.
c.
Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah
dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri
perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi,
industri seni dan hiburan.
5. Klasifikasi
industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan
kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat
dibedakan menjadi:
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran
konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented
industry), yaitu industri yang didirikan mendekati
daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja
tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan.
Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industry
pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM
di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan
baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri
pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan
lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain
(footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat
oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena
bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di
mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri
transportasi.
6. Klasifikasi industri
berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a.
Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk
kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industry alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
b.
Industri
hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah
jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai
atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industry konveksi,
industri otomotif, dan industri meubeler.
7. Klasifikasi
industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a.
Industri
berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin
atau alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin,
dan industri percetakan.
b.
Industri
ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap
pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan,
dan industry minuman.
8. Klasifikasi
industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a.
Industri
dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu
industry yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional
(dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industry
makanan dan minuman.
b.
Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal
asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri
pertambangan.
c.
Industri
dengan modal patungan (join venture), yaitu
industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA.
Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.
9. Klasifikasi
industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan
menjadi:
a.
Industri
rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan
milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan
industri kerajinan.
b. Industri negara, yaitu
industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya:
industri kertas, industry pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri
perminyakan, dan industri transportasi.
10. Klasifikasi
industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya.
Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan
menjadi:
a.
Industri
kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri:
modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang
biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi
pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan
industry makanan ringan.
b.
Industri
menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri:
modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja
antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative
lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan
industri mainan anak-anak.
c.
Industri
besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal
sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja
dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.
Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri
transportasi, dan industri persenjataan.
11. Klasifikasi
industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga
pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Nomor 19/M/I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal
yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industry
yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:
1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri
asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan
industri pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas,
industri pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam
menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang
termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1)
Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian,
misalnya: mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
2)
Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya:
mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan motor grader.
3)
Industri mesin perkakas, misalnya: mesin
bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
4)
Industri elektronika, misalnya: radio,
televisi, dan komputer.
5)
Industri mesin listrik, misalnya:
transformator tenaga dan generator.
6)
Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan
gerbong.
7)
Industri kendaraan bermotor (otomotif),
misalnya: mobil, motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.
8)
Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang
dan helikopter.
9)
Industri logam dan produk dasar, misalnya:
industri besi baja, industry alumunium, dan industri tembaga.
10)
Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal
dan reparasi kapal.
11)
Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya:
mesin produksi, peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacammacam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industry
ini adalah sebagai berikut:
1)
Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan
pakaian jadi.
2)
Industri alat listrik dan logam, misalnya:
kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan radio.
3)
Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi,
sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan pipa.
4)
Industri pangan, misalnya: minyak goreng,
terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan kemasan.
5)
Industri bahan bangunan dan umum, misalnya:
kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah
tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan
perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis
dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan
seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat
observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di
pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya:
melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran,
hotel, dan tempat hiburan).
B. MENENTUKAN
LOKASI INDUSTRI
Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan
karakteristik dari kegiatan industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan industry tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan
lokasi suatu industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan
lokasi industri harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis
merupakan kerangka kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang
bersifat komersil. Artinya, lokasi tersebut harus memiliki atau memberikan
pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada.
Semakin strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin
besar peluang keuntungan yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan
lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya
produksi dan meraih pangsa pasar yang lebih luas.
1. Faktor-faktor
penentuan lokasi industri
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi industri, di antaranya sebagai berikut.
a. Bahan mentah
Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam
kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang
besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah
yang dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka
akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi
industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya terbatas
dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan biaya
operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industry semakin
terbatas.
b. Modal
Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang
sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan,
pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan
digunakan, dan luasnya sistem pemasaran. Dengan demikian, suatu industri yang
memiliki modal besar memiliki alternatif yang banyak dalam menentukan lokasi
industrinya. Sebaliknya, bagi industri yang bermodal sedikit atau kecil maka
kurang memiliki banyak pilihan dalam menentukan lokasinya.
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses
produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industry membutuhkan
tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. Tetapi, ada pula
industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang berpendidikan dan
terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industry berdasarkan tenaga kerja
sangat tergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
d. Sumber energi
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan
mesinmesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam,
dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi, umumnya
mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.
e. Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana
transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan
menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. Sarana transportasi yang
dapat digunakan untuk kegiatan industri di antaranya transportasi darat
(keretaapi dan kendaraan roda empat atau lebih), transportasi laut (kapal
laut), dan transportasi udara (kapal terbang).
f. Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam
mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan
atau menjual produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat
mungkin menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.
g. Teknologi yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya
suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan
industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat pencemaran
(air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan pasar internasional sudah
mensyaratkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan sumberdaya sebagai
salah satu syarat agar produknya dapat diterima di pasaran internasional
melalui ISO 9000 dan ISO 14000.
h. Perangkat hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan
sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri,
antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan,
sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hukum penggunaan
bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Peraturan dan perundang-undangan
harus menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan industri karena menyangkut
modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga kerja, dan dampak negatif (limbah)
yang ditimbulkan.
i. Kondisi lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di
sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang
kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur
batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan
lain-lain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri. Namun,
semua faktor yang mempengaruhi lokasi industri tersebut, tentunya tidak
seluruhnya dapat diakomodasi. Terkadang suatu lokasi industri mendekati tempat
beradanya sumber bahan baku, tetapi jauh dari daerah pemasaran, atau
sebaliknya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lokasi
industri yang ideal, sehingga lahirlah beberapa teori lokasi dari para ahli
yang didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan
industri. Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan
memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara
yang konsisten dan logis, dan untuk melihat serta memperhitungkan bagaimana
antarwilayah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).
2. Teori lokasi
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri
yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang
banyak digunakan dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut:
a.
Theory of
industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber.
b.
Theory of
optimal industrial location (teori lokasi
industri optimal) dari Losch.
c.
Theory of
weight loss and transport cost (teori susut
dan ongkos transport).
d.
Model of
gravitation and interaction (model
gravitasi dan interaksi) dari Issac Newton dan Ullman.
e.
Theory of
cental place (teori tempat yang sentral) dari Walter Christaller.
Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan
masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan
menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
beberapa teori lokasi.
a. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari
Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri
dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi
sebagai berikut:
1)
Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri
memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2)
Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan
cukup memadai.
3)
Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan
tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4)
Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5)
Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan
jarak angkut.
6)
Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7)
Manusia yang ada di daerah tersebut masih
berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri
dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel
penentu) dalam
analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan
ekuivalensi ongkos transport.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti
pada gambar berikut ini.
b. Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial
location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga
dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau
industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga
dapat dihasilkan pendapatan paling besar.
Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang
topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume
penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industry semakin
berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari
naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan
mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping
itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih
dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama,
sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik
dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
c. Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and
transport cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam
proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara
mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan
secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai
susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang
paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1)
Makin besar angka rasio susut akibat
pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah
sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
2)
Makin besar perbedaan ongkos transport antara
bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan
industri di daerah pemasaran.
d. Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and
interaction) dari Issac Newton dan Ullman
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya
tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang
saling melengkapi (regional complementarity), kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan
kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).
Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan
ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan
jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua
tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak
kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori
ini perhatikan rumus berikut.
e. Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari
Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang
diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang)
adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga
keseimbangan suplai barang.
Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1)
Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3),
merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan
barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
2)
Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4),
merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah
sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan
kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
3)
Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7),
merupakan situasi administrative yang optimum. Artinya, tempat sentral ini
mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Teori Christaller akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah
dataran rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Contohnya
pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk secara merata.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan berbagai barang dan
jasa seperti: pakan (makan dan minum), papan (rumah dan perabotannya), sandang
(pakaian dan asesorisnya), pendidikan, dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan
barang dan jasa tersebut, hanya ada pada tempat tertentu saja, sehingga ada
jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak
tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range.
Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup
dengan mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik,
melainkan lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen (masyarakat)
harus menjadi perhatian.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di
antaranya sebagai berikut:
1)
Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi
dari suatu wilayah relative seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat
pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur
angkutan.
2)
Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk
relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan
padi-padian, kayu, dan batubara.
3. Kecenderungan
lokasi industri
Penentuan lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
memiliki beberapa alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi factor-faktor
produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi dalam
kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber energi,
tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi industri
berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industry
yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, bahan baku yang
digunakan tidak rusak/utuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami penyusutan
sehingga meringankan biaya pengangkutan.
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang
berorientasi pada bahan baku, di antaranya adalah:
1)
Industri yang mengolah bahan baku yang cepat
rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri bunga, dan
industri susu.
2)
Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah
besar atau barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya: industri kayu dan
industri pengolahan minyak bumi. Industri kelompok ini memiliki perbandingan
kehilangan berat (weight loss) mencapai 75% atau lebih.
3)
Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup
besar.
4)
Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal
daripada biaya pengangkutan barang jadi.
5)
Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah
karena adanya penyusutan.
b. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran
Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industry
yang biasanya tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau mudah
diperoleh di daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industry makanan,
dan industri konveksi.
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang
berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah:
1)
Jika dalam pembuatan barang industri,
perbandingan kehilangan (susut) berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk
barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut untuk barang mentah. Misalnya:
industri roti karena setelah diolah beratnya tidak berbeda dengan bahan
mentahnya.
2)
Jika bahan mentah/baku mudah diperoleh.
Misalnya: industri air mineral, karena air bersih dianggap mudah diperoleh.
3)
Jika
barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya relatif lebih
besar. Misalnya: industri peti dan industri mebel.
4)
Jika barang yang dihasilkan selalu mengalami
perubahan yang cepat karena kaitannya dengan model dan mode yang sedang
berkembang. Misalnya industri konveksi.
5)
Jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari
pada biaya angkut bahan mentah/baku.
6)
Jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan
tidak tahan lama.
7)
Jika barang yang dihasilkan memerlukan
pemasaran yang luas.
8)
Jika bahan baku yang digunakan tahan lama.
c. Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi
penduduk
Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi
penduduk, yaitu industri yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini
bersifat padat karya, misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini
biasanya berlokasi di tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang
murah dan terampil. Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan
keahlian yang khusus dalam jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik
dan industri kain bordir.
d. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/
energi
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber
tenaga/energi adalah industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik,
minyak bumi, batubara, gas, dan air). Misalnya: industri peleburan baja/besi,
industri pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan industri pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU).
e. Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada
biaya pengangkutan
Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan
adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi yang mudah
dan baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya
industri yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu
tempat yang sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.
f. Industri yang berorientasi pada modal
Industri yang berorientasi pada modal adalah industri yang
biasanya memiliki produksi yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan
memiliki pasar yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. Misalnya:
industri farmasi dan alat-alat kesehatan.
g. Industri yang berorientasi pada teknologi
Industri yang berorientasi pada teknologi adalah industri yang
membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah
menerapkan teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan,
industry pariwisata, dan industri perhotelan.
h. Industri yang berorientasi pada peraturan dan
perundangundangan
Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan
adalah industri yang memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem
perpajakan. Misalnya relokasi industri negara maju ke negara-negara berkembang
umumnya sangat memperhatikan orientasi peraturan perizinan dan perpajakan. Jika
izin mereka agak dipersulit dan terlalu mahal pajaknya, maka negara maju tersebut
tidak akan mendirikan industri di negara berkembang.
i. Industri yang berorientasi pada lingkungan
Industri yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang
tidak merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industry
yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta tidak
mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
C. FAKTOR PENYEBAB
GEJALA AGLOMERASI INDUSTRI
Lokasi industri merupakan suatu tempat atau wilayah di permukaan
bumi dengan segala unsur-unsurnya, baik unsur fisik maupun sosial yang
memberikan kontribusi terhadap kelancaran dan perkembangan kegiatan industri
secara optimal dari segi ekonomi. Unsur-unsur tersebut merupakan faktor lokasi yang
meliputi bahan mentah atau bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber energi,
transportasi, pasar, teknologi, iklim, sumber air, peraturan dan
perundangundangan.
Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan, mengingat tidak
semua unsure yang mendukung kegiatan industri tersedia dan mudah diperoleh di
suatu tempat. Apabila suatu industri didukung oleh faktor-faktor tersebut
secara lengkap maka kegiatan industri tersebut akan menguntungkan. Pada
kenyataannya, lokasi industri yang ideal (yang memenuhi semua persyaratan)
jarang ditemukan. Karena itu, penempatan lokasi industri harus memilih di
antara tempat-tempat yang paling menguntungkan.
Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal
maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industry
pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya,
industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu
tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang
memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi
pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat
terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri.
Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan,
pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung
aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya
aglomerasi industry antara lain:
1.
terkonsentrasinya beberapa faktor produksi
yang dibutuhkan pada suatu lokasi;
2.
kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada
salah satu faktor produksi tertentu;
3.
adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang
disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah;
4.
adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana,
dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap;
5.
adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam
menghasilkan suatu produk.
Aglomerasi industri yang muncul di suatu kawasan, dapat
diakibatkan oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja
dengan perencanaan yang matang. Aglomerasi industri yang terbentuk secara
alamiah, yaitu apabila pemusatannya diakibatkan secara kebetulan karena lokasi
tersebut memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses perkembangan
industri. Aglomerasi yang terbentuk secara disengaja, yaitu karena berdasarkan
hasil perencanaan tata ruang yang dilengkapi berbagai kebutuhan yang menunjang
dalam proses perkembangan industri.
Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat
diketegorikan menguntungkan, di antaranya adalah:
1.
mengurangi pencemaran atau kerusakan
lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam
penanganannya;
2.
mengurangi kemacetan di perkotaan, karena
lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota;
3.
memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama
industri yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati;
4.
tidak mengganggu rencana tata ruang;
5.
dapat menekan biaya transportasi dan biaya
produksi serendah mungkin.
Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri
atau sering disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat
pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana, misalnya: lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula
fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air, telepon, jalan, dan tempat
pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan
industri.
Pada awalnya, fasilitas penunjang kegiatan industri pada kawasan
aglomerasi industri hanya dikuasai oleh pemerintah. Tetapi, sekarang perusahaan
swasta sudah diberikan wewenang untuk mengelolanya. Tujuan dibentuknya suatu kawasan
industri (aglomerasi yang disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan
industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan
industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan menyediakan
fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya: beberapa
kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung
(Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan
Makassar.
Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat
(Bonded zone). Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu kawasan dengan batas
tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus
di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean
dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu
dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai barang tersebut
dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi sebagai
tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal dari dalam
atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat Indonesia
meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.
Sehubungan dengan kawasan berikat, juga terdapat istilah
industri berikat (Industrial Linkage), yaitu beberapa industri yang memiliki
keterikatan ke dalam suatu industri utama. Keterikatan antara satu industri
dengan industry lainnya dapat terjalin dari elemen-elemen (lahan, modal, mesin,
tenaga kerja, informasi, pasar, transportasi, dan unsur lainnya) yang terkait
dengan pengoperasian industri. Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang
menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu:
1. keterkaitan produk;
2. keterkaitan jasa;
3. keterkaitan proses;
4. keterkaitan subkontrak.
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal
ini industry garamen sebagai industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri
garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-industri lain yang berfungsi
sebagai penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing, reslasting,
dan asesoris lainnya. Adanya keterkaitan antara industri yang berada pada suatu
tempat, tidak hanya dapat menekan biaya transport, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan
dan keberlangsungan industri-industri tersebut.
D. KETERKAITAN SARANA TRANSPORTASI DENGAN AGLOMERASI
INDUSTRI
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
kehidupan manusia selama ini. Manusia sebagai makhluk dinamis, senantiasa terus
bergerak dan berusaha dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Awal kehidupan
manusia, hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
primer saja (makan dan minum), seperti melalui kegiatan berburu, meramu, dan
sistem pertanian berpindah-pindah (nomad). Kebiasaan ini berjalan cukup lama dan diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Proses kehidupan tersebut merupakan pendidikan
dan pembelajaran seiring dengan terus meningkatnya jumlah populasi manusia dan
terus meningkatnya kebutuhan hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada kondisi jumlah penduduk yang
semakin padat maka mulai ditemukan berbagai temuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menunjang percepatan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Hasil perkembangan iptek tersebut di antaranya dalam bidang transportasi.
Aktivitas ekonomi sekarang ini, baik yang berhubungan dengan
pertanian, perdagangan, jasa maupun industri, kelangsungannya tidak terlepas
dari transportasi. Di negara-negara maju, misalnya: di Eropa dan Amerika,
lengkapnya sarana dan prasarana transportasi telah mendukung keberhasilan
sebagai negaranegara industri. Pada negara-negara yang hanya memiliki beberapa
jalan raya, pertukaran barang terjadi dalam skala kecil dan kebanyakan
merupakan produk lokal. Seandainya, sarana dan prasarana transportasi
dikembangkan, keuntungan akibat pertukaran barang dapat ditingkatkan. Sebagai
contoh di Prancis, awalnya kebanyakan petani menanam anggur karena dianggap
lebih berharga dan sangat menguntungkan, sedangkan kebutuhan akan gandum lebih
baik didatangkan dari negara lain. Dengan demikian, transportasi merupakan
fasilitas yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggerakkan dan menunjang
aktivitas masyarakat, barang, dan jenis lainnya yang dianggap berharga oleh
masyarakat dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Keberadaan transportasi di permukaan bumi memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan keadaan populasi penduduk. Hal ini, dapat dilihat dari semakin
bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, pergerakan (mobilitas) pun
semakin kompleks di tempat tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangnya
sistem transportasi dari waktu ke waktu, antara lain sebagai berikut:
1. Sumber daya alam yang tersedia tidak tersebar
secara merata, sehingga terjadi pergerakan manusia untuk mencari dan mencapai
lokasi sumberdaya alam yang dibutuhkan.
2. Jumlah dan penyebaran penduduk dari satu
tempat ke tempat lainnya tidak sama, sehingga terjadi saling membutuhkan dan
dibutuhkan di antara penduduk yang satu dengan penduduk yang lainnya.
3. Adanya
perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat, sehingga ada sekelompok masyarakat
yang memiliki teknologi yang tinggi dan ada pula sekelompok masyarakat yang
teknologinya masih konvensional.
4. Adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan,
sehingga adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang saling
membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang kehidupannya.
Adanya transportasi memungkinkan hubungan antardaerah, hubungan antar-hinterland dan foreland, serta
menimbulkan dampak sosial-ekonomi penduduk dan penggunaan lahan. Keberadaan
sarana dan prasarana transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai
faktor geografi, di antaranya sebagai berikut.
1. Iklim
Kondisi iklim berpengaruh sangat besar pada kelancaran
transportasi, terutama transportasi laut dan udara. Adanya badai topan, kabut,
hujan, salju, maupun asap tebal memungkinkan terganggunya penerbangan dan
pelayaran yang akan dilakukan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
mengakibatkan pemeliharaan jalan raya dan kereta api menjadi lebih tinggi,
jalan akan cepat rusak akibat aliran air dan banjir. Bahkan fenomena perubahan
fungsi jalan pada waktu hujan sebagai sungai merupakan fenomena yang sering
terjadi, akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam membersihkan saluran air dan
membuang sampah tidak pada tempatnya.
2. Struktur geologi
Kondisi batuan di tiap wilayah berbeda-beda, ada wilayah yang
memiliki kondisi batuan yang stabil dan ada juga daerah yang memiliki kondisi
batuan yang tidak stabil. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan
jalan. Jalan yang berada di daerah labil cenderung cepat rusak. Hal ini akan mengakibatkan
tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan. Sebaliknya jalan yang berada
di daerah yang stabil cenderung lebih awet.
3. Keadaan
morfologi
Keberadaan morfologi suatu daerah sangat berpengaruh pada sarana
transportasi darat. Misalnya: di daerah perbukitan sampai pegunungan yang selalu
labil dan berkelok-kelok akan mengakibatkan pembuatan dan pemeliharaannya jalan
menjadi mahal. Selain itu, diperlukan prasarana lain, misalnya: jembatan dan
terowongan. Begitu juga keberadaan morfologi dasar laut sangat berpengaruh pada
kecepatan kapal, besarnya muatan kapal dan pembuatan dermaga atau pelabuhan.
4. Faktor sosial
Keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi pada
dasarnya merupakan tuntutan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya,
misalnya: bepergian ke tempat kerja, sekolah, belanja, hubungan sosial, bisnis,
rekreasi, dan lain-lain. Semua itu, melahirkan tuntunan adanya jalan, angkutan
dan rute-rute kendaraan yang efisien, aman, dan nyaman.
5. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan industri dan
aktivitas komersial lainnya telah mendorong semakin meningkatnya kebutuhan akan
transportasi. Semakin tinggi dan kompleks aktivitas atau kemajuan ekonomi suatu
masyarakat dapat dilihat atau diukur dari kondisi jaringan transportasinya. Jalan
yang lebar, terpelihara, banyak lintasan, lengkapnya sarana angkutan, terminal,
pelabuhan, dan bkamura sangat berkolerasi dengan membaiknya keadaan ekonomi
masyarakat sekitarnya.
6. Keadaan politik
dan kebijaksanaan pemerintah
Pembuatan jaringan transportasi seringkali dibuat karena latar
belakang politik dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan, keamanan, dan
pertahanan, walaupun mungkin secara ekonomis kurang menguntungkan atau bahkan
tidak ada. Pembangunan fasilitas transportasi juga merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam rangka pembangunan, baik nasional, regional maupun lokal agar pertumbuhan
ekonomi dapat dipercepat di samping kestabilan politik dan pemerataan
pembangunan dapat diciptakan.
7. Teknologi yang
dimiliki
Setiap sarana dan prasarana transportasi mempunyai karakteristik
tersendiri. Misalnya: kereta api memerlukan lokomotif dengan mesin penggerak
yang berbeda (batubara, listrik, diesel) dan jaringan rel kereta api yang baik
dan kuat. Pesawat terbang berhubungan dengan daya angkut, mesin pesawat, kapasitas
bandara, sistem komunikasi udara, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk
layaknya suatu penerbangan. Kapal laut dengan rute, dermaga, kecepatan mesin,
dan daya angkut. Semua itu harus didukung oleh teknologi transportasi yang
dimiliki. Apabila penguasaan teknologinya belum memadai maka sistem
transportasi yang aman, nyaman, mudah, dan terjangkau oleh masyarakat tidak
mungkin terwujud.
Selain beberapa keuntungan dan keunggulan yang dapat diraih dari
pengembangan sarana transportasi, juga dapat memunculkan dampak negatif. Adapun
beberapa dampak yang ditimbulkan dari keberadaan transportasi, antara lain
sebagai berikut.
a. Perubahan penggunaan lahan
Pebaikan dan pembukaan jalan sebagai sarana transportasi, dapat menyebabkan
perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali. Misalnya, perubahan
penggunaan lahan hutan menjadi tegalan, perubahan lahan tegalan menjadi
pemukiman, dan seterusnya. Penataan ruang yang tidak terkendali dapat
menimbulkan berbagai bencana seperti banjir dan erosi.
b. Perbedaan harga lahan
Pembukaan dan perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan
naiknya harga tanah dan terjadinya perbedaan kelas harga tanah. Semakin dekat
ke jalan maka harga tanah semakin tinggi, sedangkan semakin jauh dari jalan maka
harga tanah semakin rendah. Hal ini akan memacu jual beli tanah dan pengalihan
fungsi tanah.
c. Penyebaran dan kepadatan penduduk
Peningkatan saranan transportasi dapat menyebabkan penyebaran
penduduk semakin merata dan kepadatan penduduk semakin tinggi. Hal ini akan
memacu pemilikan lahan yang semakin sempit, sehingga pengolahan lahan semakin intensif,
dan pada gilirannya produktivitas lahan semakin menurun dan petani semakin
miskin.
d. Tingginya mobilitas penduduk
Perbaikan sarana transportasi akan memacu mobilitas penduduk,
baik berupa migrasi, urbanisasi maupun gerakan sirkuler lainnya. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan mata pencaharian penduduk yang tadinya bertani menjadi beralih ke
sektor lain, sehingga tenaga kerja sektor pertanian berkurang.
e. Perubahan budaya masyarakat
Perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan perubahan budaya
masyarakat yang dilaluinya. Perubahan tersebut dapat berbahaya apabila filter budaya
yang dimiliki masyarakat kurang kuat, sebab bisa jadi yang diserap ialah budaya
yang kurang baik dan negatif. Tetapi apabila filter budaya yang dimiliki
masyarakatnya kuat maka kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi.
f. Memacu pembangunan berbagai fasilitas fisik
Pembangunan sarana transportasi dapat memacu pembangunan
fasilitas fisik lainnya seperti pemukiman, villa, sarana hiburan dan rekreasi.
Perubahan ini akan menyebabkan rusaknya tata ruang yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selain itu, fungsi lahan sebagai daerah resapan jadi berkurang.
Sarana transportasi yang telah dijelaskan tersebut erat
kaitannya dengan aglomerasi industri. Sebagaimana penjelasan bahwa di antara
faktor-faktor penyebab munculnya aglomerasi industri pada suatu wilayah,
memiliki prinsip yang sama yaitu untuk memperhitungkan biaya transportasi
minimum agar dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Selain itu, system
transportasi yang baik dan mudah di suatu tempat atau wilayah merupakan salah
satu alasan untuk terjadi aglomerasi industri pada tempat atau wilayah bersangkutan.
Untuk menganalisis hubungan antara sarana transportasi dan
aglomerasi industri, dapat diikuti pada contoh kasus berikut.Misalnya pada
suatu proses pembangunan industri, sumber bahan mentah (B), pasar (P), dan
sumber energi (E) terdapat pada tempat yang terpisahpisah. Dalam hal ini faktor
tenaga kerja dianggap faktor yang selalu bergerak untuk mengikuti lokasi
industri, sehingga dapat diabaikan. Aglomerasi industry akan terjadi pada
kisaran sekitar ketiga faktor tersebut. Proses aglomerasi industri terjadi
karena setiap perencanaan atau penentu kebijakan dalam pemilihan lokasi akan
memperhatikan terapan konsep isotim dan isodapen dalam memperhitungkan biaya
transportasi minimum. Perhatikan gambar berikut!
Isotim merupakan
garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki biaya
transportasi yang sama. Isodapen merupakan garis-garis yang menghubungkan tempat yang memiliki
kenaikan biaya transportasi yang sama besarnya di atas biaya transportasi lokal
minimum. Adapun lokasi industry dengan biaya transportasi minimum akan terletak
pada daerah yang berbentuk segitiga (segitiga aglomerasi).
Pada gambar tersebut terdapat dua segitiga aglomerasi, yaitu
segitiga aglomerasi I yang dibatasi oleh isodapen 5 dan segitiga aglomerasi II
yang dibatasi oleh isodapen 6. Lokasi industri ini akan diletakkan di bagian
segitiga aglomerasi I ataupun II, bergantung pada penawaran. Jika lokasi industry
diletakkan pada segitiga I, berarti biaya transportasi harus 5 unit di atas biaya
transportasi minimum. Jika lokasinya pada segitiga aglomerasi II, penambahan biaya
di atas biaya transportasi minimum sampai unit ke-6.
Pada segitiga aglomerasi II masih dapat dilakukan pilihan atau
penawaran antara di A1, A2, atau A3. Jika kita lebih berorentasi pada pasar
maka lokasi industri dapat diletakkan di A1, di sini penambahan biaya pemasaran
sampai dengan 4 unit. Adapun untuk pengangkutan bahan mentah 6 unit dan energi 6
unit. Selanjutnya, coba kamu analisis jika keputusan lokasi itu di A2 atau A3.
Selain oleh faktor transportasi, faktor aglomerasi industri yang
sekarang sedang berkembang, juga dipengaruhi oleh inovasi teknologi dan
globalisasi ekonomi. Akibat globalisasi akan berkembang kota-kota global yang
bukan hanya diperhitungkan berdasarkan untung-rugi secara ekonomi, tetapi juga untung-rugi
aspek politik dan sosial ekonomi penduduk. Kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan fungsi politik dan ekonomi terhadap kawasan industry mempengaruhi
pemilihan lokasi aglomerasi industri.
Di Indonesia, fenomena kota global terjadi di Jakarta
Metropolitan. Industri sektor keuangan dan perdagangan terpadu dalam
kapitalisasi global. Ruang digunakan dengan cepat dalam perkembangan kota baru.
Akibatnya, tanah pertanian beralih ke dalam penggunaan perkotaan karena banyak
kawasan perumahan di pusat kota berubah menjadi pusat niaga, hotel-hotel,
berbagai apartemen dengan bangunan tinggi, perkantoran, dan sebagainya.
Jakarta berkembang menjadi kota dengan pusat berganda,
lokasi-lokasi pembangunan kota baru dan kawasan perumahan di Jabotabek
ditempatkan sesuai dengan kebijakan pemerintah agar dapat diupayakan
keteraturan tata ruangnya.
E. ANALISIS LOKASI
INDUSTRI DAN PERTANIAN MELALUI PETA
Pemanfaatan peta oleh manusia, sudah berlangsung sejak dahulu.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang pemetaan, pemanfaatan
peta untuk menunjang aktivitas kehidupan manusia pun makin meluas, baik dalam
keperluan sipil maupun militer. Beberapa pemanfaatan peta, antara lain:
1. Petunjuk lokasi suatu
wilayah di permukaan bumi.
2. Menggambarkan luas,
bentuk, dan penyebaran berbagai gejala di muka bumi.
3. Penentu jarak dan
arah berbagai tempat di muka bumi.
4. Sumber
keterangan keadaan sosiografis dan fisiografis suatu wilayah seperti jumlah penduduk, potensi sumber daya alam,
relief, iklim, jenis vegetasi, dan lain-lain.
5. Sarana penerangan
wilayah, seperti digunakan oleh pemerintah dan militer.
6. Dokumen.
Demikian halnya dalam sektor industri dan pertanian sebagai
contoh kegiatan ekonomi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan
peta untuk menentukan lokasi industri maupun pertanian adalah sangat penting,
sehingga didapatkan suatu lokasi yang ideal untuk menempatkan kedua aktivitas
ekonomi manusia tersebut.
Untuk dapat memanfaatkan peta dengan baik dan
benar, maka caracara penggunaannya harus dikuasai terlebih dulu. Apabila kamu
ingin menggunakan peta, perhatikan hal-hal berikut:
1. Informasi
apa yang akan kamu cari dalam peta.
2. Sesuaikah
judul peta yang kamu gunakan dengan informasi yang akan dicari.
3. Apabila informasi yang kamu butuhkan adalah
kondisi saat ini, maka lihatlah tahun pembuatannya, karena peta yang
menggambarkan objek mudah berubah (seperti penggunaan lahan), kemungkinan saat
ini sudah ada perubahan.
4. Amati
legenda dengan seksama, agar kamu terhindar dari kesalahan informasi yang
terdapat dalam peta.
5. Perhatikan pula skala yang tercantum pada
peta, sehingga kamu dapat mengetahui perbandingan ukuran atau jarak pada peta
dengan di lapangan.
Setelah kamu menguasai bagaimana cara penggunaan peta, maka
selanjutnya cobalah untuk menganalisis lokasi industri dan pertanian yang ideal
menurut kamu berdasarkan pada peta yang kamu miliki atau melalui media yang
diberikan guru!
Untuk dapat menganalisis lokasi industri pada peta, maka tidak
terlepas dari pengaruh faktor-faktor yang sudah kita pelajari sebelumnya,
yaitu: bahan mentah, modal, sumber energi, tenaga kerja, pasar, teknologi,
transportasi, perundang-undangan, dan lingkungan. Perlu kamu ingat kembali,
bahwa keberadaan faktor-faktor tersebut semata-mata untuk menghemat biaya transportasi
yang seminimal mungkin sehingga biaya produksi dapat ditekan. Selain
unsur-unsurnya, penentuan lokasi industri juga sangat dipengaruhi oleh jenis
dan karakteristik kegiatan industrinya.
Misalnya, kamu ingin menentukan lokasi industri tekstil pada
peta. Industri tekstil lebih menekankan pada penggunaan tenaga kerja yang
banyak dengan pendidikan yang rendah; biaya angkut hasil produksi lebih tinggi
daripada bahan mentah; terletak pada jaringan lalu lintas ramai; jauh dari
lokasi pemukiman padat; harga lahan dan pajak yang rendah; dan adanya kebijakan
pemerintah terhadap perencanaan tata ruang di lokasi tersebut. Dengan faktor-faktor
tersebut, tentunya kamu dapat menentukan di mana sebaiknya lokasi industry
tersebut ditempatkan.
Sebagai contoh, lihatlah peta Kota Bandung dan
sekitarnya, yang di dalamnya terdapat kawasan industri.
Garis-garis panah yang ditunjukkan pada peta di atas merupakan
pusatpusat atau kawasan industri yang berkembang di dekitar daerah Kota Bandung
atau daerah pinggiran kota. Tahukah kamu, mengapa kawasan industri berkembang di
sana? Sebagai jawaban, kamu bisa menganalisisnya dengan bantuan faktorfaktor yang
mempengaruhi keberadaan lokasi industri di atas!
Adapun untuk menentukan suatu lokasi pertanian yang ideal pada
peta, maka harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan
perkembangannya, seperti luas dan penggunaan lahan; keadaan iklim yang
menunjang pertumbuhan tanaman pertanian; sumber air; kesuburan tanah; kedekatan
dengan sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen; dan kedekatan dengan
lokasi pemasaran hasil pertanian.
Sebagai contoh, Kota Bandung yang merupakan salah satu kota
besar berpenduduk padat dan sebagai pusat pertumbuhan, memiliki daerah
hinterland yang subur sehingga dapat memasok hasil pertanian yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat kotanya. Jika kita lihat pada peta (Gambar 2.5),
kawasan Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Kabupaten Garut, merupakan daerah pegunungan
yang potensial bagi produktivitas pertanian lahan kering, seperti palawija,
hortikultura, dan hasil perkebunan lainnya. Di samping itu, sebagian besar
wilayah dataran rendah di Bandung Selatan, Kabupaten Subang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut merupakan kawasan pertanian
lahan basah seperti padi sawah yang berproduktivitas tinggi. Selain karena
kondisi alam yang mempengaruhi daerah-daerah tersebut sebagai lokasi pertanian,
kedekatan jarak dan lengkapnya sarana prasarana transportasi dengan Bandung
memberikan kemudahan dalam hal pemasaran hasil produksi.
Ringkasan
Klasifikasi industri berdasarkan SK Mentri Perindustrian No.
19/M/ I/1986 dapat dibedakan menjadi industri kimia dasar, industri mesin logam
dasar dan elektronika, aneka industri, industri kecil, dan industri pariwisata.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi industri, di antaranya bahan mentah, modal, tenaga kerja, sumber energi,
transportasi, pasar, teknologi yang digunakan, perangkat hukum, dan kondisi lingkungan.
Faktor penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:
terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan, kesamaan lokasi
usaha, adanya wilayah pusat pertumbuhan industri, adanya kesamaan kebutuhan
sarana, prasarana, dan adanya kerja sama yang saling membutuhkan.
Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangkan sistem
transportasi, di antaranya sumber daya alam yang tersedia tidak merata, jumlah
dan penyebaran penduduk tidak sama, adanya perbedaan kualitas dan kemampuan
masyarakat, dan adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan.
Keberadaan alat transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh
oleh berbagai faktor geografi, di antaranya: kondisi cuaca, kondisi batuan,
keadaan morfologi, faktor sosial, kondisi ekonomi, keadaan politik dan
kebijakan pemerintah, dan teknologi yang dimiliki. Hal ini akan berkaitan
dengan besar-kecilnya biaya transport yang harus dikeluarkan untuk mengangkut
keperluan industri.
Untuk dapat menganalisis lokasi industri dan pertanian pada
peta, maka tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kedua kegiatan ekonomi tersebut.
Glosarium
Industri : kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif.
Manufaktur : bagian kegiatan industri yang mengolah barang mentah atau
bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Industri ekstraktif :
industri yang bahan bakunya diperoleh langsung
dari alam.
Industri nonekstraktif : industri
yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.
Industri
primer : industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan
lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung.
Market
oriented industry : industri yang berorientasi pada pasar atau industry
yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
Bahan baku : bahan dasar yang terdiri atas barang mentah atau barang
setengah jadi yang digunakan untuk industri.
Modal
industri : besarnya investasi yang dimiliki suatu industry untuk
kelancaran proses produksi. Modal industri bisa berupa uang, bangunan,
teknologi, dan lainnya.
Aglomerasi industri : pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah
tertentu.
Transportasi : segala sesuatu yang berhubungan dengan angkutan atau
pengangkutan.
Kegiatan kelompok
Coba cari peta di daerahmu! Berikan analisisnya tentang
keberadaan lokasi industri dan pertanian pada peta tersebut berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikan pula pandangan kamu terhadap
perkembangannya pada masa mendatang!
Tugas mandiri
Kunjungi lokasi industri yang ada di sekitar tempat tinggalmu,
kemudian
coba identifikasi hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan bahan bakunya, termasuk industri apa?
2. Berdasarkan tenaga kerja, termasuk industri apa?
3. Berdasarkan produksi yang dihasilkan, termasuk industri apa?
4. Berdasarkan bahan mentahnya, termasuk industri apa?
5. Berdasarkan cara pengorganisasiannya, termasuk industri apa?
6. Apa yang menjadi pendorong didirikannya industri tersebut?
7. Apa dampak positif dan negatif dari industri tersebut?
UJI KOMPETENSI
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang tepat!
1. Isilah manufaktur dalam pengertian industri
secara sempit, ditujukan pada kegiatan ....
a. semua
kegiatan produktif
b. pemasaran
produksi hasil industri
c. semua
kegiatan ekonomi manusia
d. industri
rumah tangga
e. pengolahan barang mentah menjadi barang jadi
2. Istilah industri berasal dari kata industria yang berarti
....
a. majikan
b. pengusaha
c. tenaga kerja
d. penggunaan mesin-mesin
e. proses
pengolahan
3. Kehadiran dan
kebutuhan industri sangat diperlukan, hal ini untuk ....
a. menunjang kehidupan
manusia
b. mengurangi
pengangguran
c. menunjang
pemerintah daerah
d.
memanfaatkan sumber daya alam
e. menjaga lingkungan
4. Untuk menentukan
jenis industri didasarkan pada beberapa kriteria, kecuali ....
a.
transportasi
b. modal
c. teknologi
yang digunakan
d. tenaga
kerja
e. pangsa pasar
5. Industri
ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam,
misalnya ....
a. industri
pariwisata
b. industri
perbankan
c. industri
pesawat terbang
d. industri
hasil pertanian
e. industri berat
6. Berikut ini merupakan
ciri industri kecil, kecuali ....
a. tenaga
kerjanya antara 5 sampai 19 orang
b. modal yang
digunakan relatif kecil
c. tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar dan umumnya
masih ada hubungan saudara
d. produknya
untuk konsumsi sendiri
e. produknya sebagian besar alat rumah tangga
dan bahan untuk industri lain
7. Jika dilihat dari bahan mentah yang digunakan
dalam proses produksinya industri kendaraan bermotor termasuk pada ....
a. industri
menengah d.
industri padat karya
b. industri
berat e.
aneka industri
c. industri primer
8. Jika dilihat dari
produk yang dihasilkannya, industri pariwisata termasuk pada ....
a. industri
tersier d.
industri negara
b. industri
PMA e.
aneka industri
c. industri campuran
9. Lokasi industri
merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi ....
a. keuntungan
yang akan diperoleh dalam proses industri
b. biaya
transportasi
c. tenaga
kerja yang akan digunakan
d. teknologi
yang akan digunakan
e. jenis dan kriteria industri yang
dikembangkan
10. Pengertian lokasi yang strategis suatu industri adalah ....
a. lokasi
yang tepat
b. lokasi
yang mudah dijangkau
c. memberikan
pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada
d. memberikan
kenyamanan untuk pengembangan dan perluasan proses produksi
e. lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk
11. Jika
jenis barang yang memiliki risiko cukup tinggi pada saat pengangkutan bahan
mentah, maka sebaiknya industri tersebut ditempatkan di ....
a. daerah
pemusatan penduduk
b. daerah
sumber bahan baku
c. daerah
sumber energi
d. daerah
pinggiran kota
e. daerah pemasaran
12. Adanya
kebijakan dengan melakukan proteksi pada barang-barang produk domestik memiliki
tujuan ....
a. mengatur
lalu lintas produksi perdagangan
b. harga
produk domestik dapat dikendalikan
c. melindungi
produk
d. memberi
peluang kepada masyarakat untuk bekerja semaksimal mungkin
e. menjaga stabilitas ekonomi
13. Istilah
bapak asuh dalam rangka menumbuhkembangkan perindustrian di Indonesia adalah
....
a.
meningkatkan komoditas ekspor
b. melindungi
produk dalam negeri
c.
mengembangkan industri besar
d. melindungi
kegiatan industri kecil
e. menentukan harga jual yang layak
14. Prinsip teori lokasi industri dari Alfred Weber adalah ....
a.
mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum
b.
mempertimbangkan lokasi yang strategis
c.
mempertimbangkan batas wilayah pemasaran
d. menentukan
tempat yang sentral
e. mempertimbangkan permintaan (demand)
15. Menurut
teori susut dan ongkos transport, suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila
....
a. kekuatan
hubungan ekonomi
b. biaya
operasional masih menguntungkan
c. memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling
rendah dan biaya transport yang paling murah
d. biaya
susut sama dengan biaya transport
e. mendekati daerah sumber bahan baku
16. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku,
apabila ....
a. memiliki
ketersedian bahan mentah yang cukup besar
b. kesulitan
dalam memasarkan produk
c. adanya
penyusutan dalam pengangkutan bahan baku
d. lokasinya
terpencil
e. sarana transportasinya memadai
17. Adanya
sistem transportasi yang diciptakan manusia memiliki tujuan sebagai berikut, kecuali ....
a. memudahkan
hubungan sosial
b.
meringankan biaya produksi
c. memperlancar
angkutan barang
d.
memperbanyak arus urbanisasi
e. memberikan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan
18.
Meningkatnya volume distribusi dan transportasi kebutuhan merupakan dampak dari
interaksi antarwilayah dalam aspek ....
a. sosial d.
budaya
b. ekonomi e.
politik
c. hukum
19. Penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain ....
a. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang
pelayanan industri lainnya yang lengkap
b.
tersebarnya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan oleh industry tertentu
c. adanya penyebaran pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan
dengan tata ruang dan fungsi wilayah
d. adanya peningkatan jumlah dan variasi
industri akibat globalisasi
e. kurangnya tempat yang ideal untuk dijadikan
lokasi industri
20. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya industri berikat, kecuali ....
a.
keterkaitan produk
b.
keterkaitan jasa
c.
keterkaitan proses
d.
keterkaitan barang yang dihasilkan
e. keterkaitan sistem produksi
II. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskan
pengertian industri primer, industri sekunder, dan industri tertier. serta
berikan contohnya!
2. Mengapa pariwisata tergolong pada bidang industri?
3. Jelaskan beberapa faktor sosial yang mempengaruhi faktor
produksi!
4. Apa yang dimaksud dengan industri hilir dan industri hulu?
5. Apa bedanya antara industri kecil dengan industri rakyat?
6. Jelaskan keuntungan yang diperoleh jika lokasi industri dekat
dengan bahan baku!
7. Mengapa kondisi lingkungan menjadi pertimbangan penentuan
lokasi industri?
8. Sebutkan dua asumsi yang digunakan dalam teori susut dan
ongkos transport?
9. Jelaskan penyebab terjadinya aglomerasi industri!
10. Jelaskan hubungan antara sarana transportasi dengan
aglomerasi industri!
Refleksi
Setelah mempelajari bab ini, adakah materi yang belum kamu pahami? Jika
ada, maka materi apakah yang betul-betul belum kamu pahami tersebut? Coba
dipelajari kembali, sehingga proses bejarmu tuntas. Apabila masih menemui kesulitan
mengenai materi tersebut, diskusikanlah bersama teman-temanmu atau tanyakan
kepada guru. Jika sudah betul-betul kamu pahami, silahkan untuk melanjutkan
pada pembelajaran bab selanjutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar