(Sumber: UPI, Praktikum Geografi, 2005)
Setelah mempelajari
bab ini, kamu diharapkan mampu:
·
mengindentifikasi
struktur lapisan kulit bumi (litosfer) dan pemanfaatannya.
· menganalisis
macam-macam bentuk muka bumi sebagai akibat proses vulkanisme, seisme, dan
diastropisme.
·
mengidentifikasi
ciri bentang alam sebagai akibat proses pengikisan dan pengendapan.
·
mengidentifikasi
degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan.
·
mengidentifikasi
ciri dan proses pembentukan tanah di Indonesia.
· menganalisis
penyebab terjadinya erosi tanah dan kerusakan tanah yang lain serta dampaknya
terhadap kehidupan.
· mengidentifikasi
usaha untuk mengurangi erosi tanah
Pernahkah
kamu melihat pemandangan alam dari puncak gunung? Apakah bentuk permukaan bumi
sebagai pemandangan alam tersebut rata seperti yang kamu lihat pada globe?
Kenyataannya, permukaan bumi itu memiliki bentuk yang bervariasi, ada bukit,
gunung, lembah, lautan, danau, dan dataran. Perbedaan bentuk tersebut dinamakan
relief. Perlu kamu ketahui bahwa bentuk bumi yang kita saksikan saat ini
berbeda dengan masa lalu, demikian halnya pada masa mendatang. Suatu daerah
yang asalnya merupakan dataran, kemudian oleh suatu kekuatan besar menjadikan sebagian
terangkat, sementara bagian lain turun. Kadang-kadang pengangkatan atau
penurunan itu disertai pergeseran, sehingga terpotong menjadi bagianbagian yang
patah. Bagian yang terangkat tadi, kemudian terkikis oleh air sehingga
teriris-iris menjadi relung-relung alur sungai. Semua fenomena tersebut merupakan
hasil pengerjaan tenaga geologi, sehingga kita sekarang dapat melihat keadaan
relief permukaan bumi. Tentang kedua tenaga tersebut tentunya sudah kamu
pahami, sebab sebelumnya sudah dipelajari pada bab 2 mengenai sejarah
pembentukan bumi. Pada bab ini, kamu akan mempelajari tentang dinamika litosfer
dan perubahannya serta peosfer. Dengan memahaminya diharapkan kamu dapat
mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk muka bumi serta manfaatnya bagi
manusia.
Coba kamu lihat dan perhatikan gambar 4.1 di atas, perubahan
lapisan kulit bumi yang menyembul ke permukaan sebagai intrusi batuan akibat
adanya tenaga dari dalam bumi, kemudian dihancurkan oleh kekuatan yang berasal dari
luar (eksogen) melalui proses pelapukan dan pengikisan. Pernahkah kamu melihat
fenomena seperti ini? Di mana? Sebaiknya kamu mengamatinya dan mendokumentasikan
dengan kamera.
Kata Kunci : Dinamika,
Perubahan, Litosfer, Pedosfer, Batuan, Silikat.
A. DINAMIKA
PERUBAHAN LITOSFER
1. Struktur lapisan
kulit bumi
Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang paling atas. Lapisan ini
pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan SiO2. Itulah sebabnya lapisan
litosfer seringkali dinamakan lapisan silikat. Lapisan ini memiliki ketebalan
sampai 70 km.
Menurut Klarke dan Washington, batuan di permukaan
bumi hamper 75% terdiri atas Silikon Oksida dan Aluminium oksida. Dengan
demikian, lapisan litosfer dinamakan juga lapisan batuan.
Batuan merupakan bahan utama pembentuk kulit bumi. Induk segala batuan
ialah magma. Magma adalah batuan cair pijar yang bersuhu tinggi dan
mengandung berbagai unsur mineral dan gas. Kulit bumi atau litosfer tersusun
oleh sekitar 90 jenis unsur kimia yang satu dengan lainnya membentuk persenyawaan
yang disebut mineral.
Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang
terdapat dalam batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (Si02),
Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat), Biotit atau
Mika Cokelat (K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit
(CaC03), Dolomit (CaMgCO3), Olivin (Mg, Fe), Bijih Besi
Hematit (Fe2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit (Fe3OH2O).
Selain itu, litosfer juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan
Sial dan lapisan Sima. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit bumi yang
tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan
Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain
terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamorf, dan
batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan Sima (silisium
magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam silisium dan
magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO lapisan ini mempunyai berat jenis
yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium
yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt.
Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur,
yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen,
batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma. Secara berurutan batuan itu
mengalami peristiwa sebagai berikut.
a. Daur batuan
Karena daerah sekitar magma itu dingin, maka magma itu juga
mendingin. Secara lambat laun magma pun membeku. Tempat pembekuan itu, mungkin di
permukaan bumi, mungkin pula di lapisan litosfer yang tidak begitu dalam, atau
di dalam dapur magma bersama-sama dengan proses pembekuan magma seluruhnya.
Karena itu, batuan yang berasal dan magma akan berbeda-beda pula. Semuanya
dinamakan batuan beku.
Karena pengaruh atmosfer, maka batuan beku di permukaan bumi itu
akan rusak, hancur, dan kemudian terbawa oleh aliran air, hembusan angin, atau
gletser. Tidak jarang pula pada waktu hujan lebat, batuan yang hancur itu
meluncur pada lereng yang curam karena gravitasi dan akhirnya batuan yang telah
diangkut itu akan diendapkan di tempat baru. Akibatnya terbentuklah batuan
endapan yang tertimbun di dataran rendah, sungai, danau, atau di laut.
Mungkin saja pada suatu masa, batuan beku dan batuan endapan
mencapai suatu tempat yang berdekatan dengan magma sebagai akibat tenaga endogen.
Karena persinggungan dengan magma itu, maka batuan sedimen dan batuan beku
dapat berubah bentuknya dan lazim dinamakan batuan malihan (metamorf).
Batuan malihan dapat juga terbentuk akibat tekanan yang berlaku pada batuan
sedimen.
b. Klasifikasi
batuan
Materi bumi terdiri atas benda padat, cair, dan gas. Pembahasan
utama pada unsur materi bumi adalah terletak pada batuan sebagai unsur penyusun
terbesar dari bumi. Secara umum komposisi batuan di permukaan bumi didasarkan
atas jenis batuannya. Adapun jenis batuan yang mendominasi permukaan bumi,
adalah batuan sedimen yang menutupi hampir 66% permukaan bumi, sedangkan 34%
berupa batuan ekstursi (8%), batuan intrusi (9%), dan batuan metamorf (17%).
Dari tabel 4.1, tampak bahwa batuan sedimen banyak dijumpai di
daratan Eropa. Hal ini dapat dipahami karena hampir semua daratan Eropa,
terutama bagian daratan Timur jarang dijumpai adanya gunungapi, sehingga batuan
ekstrusi dan intrusi jarang dijumpai. Dengan kata lain, batuan sedimen banyak dijumpai
pada daerah-daerah yang sudah berumur tua. Bahan yang dijumpai adalah bahan
yang sudah mengalami pelapukan lebih lanjut. Sedangkan batuan ekstrusi dan
instrusi banyak dijumpai di daratan Asia, sebab kawasan Asia terutama
Indonesia, Jepang, Filipina, dan Italia merupakan negara di daratan Asia yang
berpotensi gunungapi. Batuan ekstursi dan intrusi akan dijumpai hanya pada
kawasan-kawasan yang ada aktivitas vulkaniknya dan masih aktif.
Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Batuan beku (Igneous
rock)
Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin Inis
yang artinya api (fire). Batuan beku adalah batuan hasil
pembentukan cairan magma, baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, sehingga
tekstur yang terbentuk sangat tergantung pada kondisi pembekuannya.
Magma panas yang bergerak dari dalam bumi ke permukaan, makin lama
makin dingin dan akhirnya membeku. Batuan beku yang tidak mencapai permukaan
bumi disebut batuan beku dalam atau batuan intrusi atau batuan
plutonis. Proses pembekuan batuan plutonis berlangsung lambat, sehingga menghasilkan
bentuk kristal-krital besar yang sering disebut pula tekstur phaneritis.
Sementara itu, ada pula pembentukan batuan setelah mencapai
permukaan bumi, yang disebut batuan beku luar (batuan ekstrusi atau
batuan vulkanis). Batuan ini cepat sekali membeku, sehingga jenis
kristalnya besar, bersifat halus, dan sulit dilihat dengan mata. Batuan dengan
mineral halus disebut tekstur aphanitis. Dengan demikian, batuan beku
dibedakan atas:
a) batuan beku dalam atau plutonik;
b) batuan beku korok atau porfirik;
c) batuan beku luar (lelehan atau epusif).
Batuan plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di
dalam bumi (15 - 50 km). Karena letak pembentukannya dekat dengan astenosfer, maka
pendinginan batuannya pun berjalan sangat lambat. Akibatnya, bentuk batuan yang
dihasilkannya besar-besar dan memiliki kristal-kristal sempurna dengan bentuk tekstur
holokristalin (semua komposisi disusun oleh Kristal sempurna).
Ciri-ciri batuan plutonik pada umumnya secara mudah dapat
dilihat dari ukuran butirnya, beberapa sifat atau ciri-ciri batuan plutonik
adalah sebagai berikut.
a) Umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi.
b) Jarang memperlihatkan struktur visikular (mengandung
lubang-lubang benda gas).
c) Batuan dapat merubah batuan yang berbatasan pada semua
sisinya.
Berdasarkan ukurannya (diameter), batuan plutonik dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu plutonik tabular dan plutonik masif.
Batuan beku plutonik tabular berukuran relatif kecil dan
letaknya agak dekat ke permukaan bumi. Ada dua macam batuan beku plutonik,
yaitu Sill dan Dike. Sill merupakan batuan plutonik
tabular yang jika dilihat dari posisinya bersifat concordant selaras
dengan lapisan batuan sekitarnya. Letaknya bisa mendatar, miring atau tegak
sesuai arah lapisan. Sedangkan Dike merupakan batuan plutonik tabular
yang jika dilihat dari posisinya bersifat discordant atau memotong
lapisan batuan sekitarnya. Hal ini terjadi karena dorongan magma ketika memasuki
lapisan batuan itu cukup kuat, sehingga batuan sulit sekali untuk dihancurkan.
Batuan beku yang berupa plutonik masif berukuran lebih besar
daripada plutonik tabular dan letaknya agak dalam. Plutonik masif terbagi atas lakolit
dan batolit. Berdasarkan posisinya selalu concordant atau selaras
dengan lapisan batuan di sekitarnya, karena ketika memasuki lapisan tersebut
mengalir secara perlahan-lahan lewat retakan-retakan lapisan batuan. Secara
umum lakolit dapat ditemukan di bawah suatu bentuk lahan dome (bentuk
kubah). Ukurannya relatif kecil bila dibandingkan dengan batolit. Batolit
banyak dijumpai di bagian dalam dan posisinya discordant dengan lapisan
di sekitarnya. Ukurannya sangat besar, sehingga dasarnya sulit diketahui lagi.
Permukaan Batolit yang tersingkap (outcrop) minimal 100 km2, pada
umumnya bertekstur granitis.
Batuan korok atau gang, terbentuk di antara batuan dalam dan
batuan leleran dalam korok-korok atau gang-gang. Batuan yang terbentuk adalah batuan
gang atau batuan korok yag disebut juga batuan hypoabisik. Itulah sebabnya
batuan ini terdiri atas kristal besar, kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak
mengkristal, misalnya bahan amorf. Contohnya: granit fosfir.
Batuan beku luar, yaitu batuan beku yang terjadi di atas permukaan atau
kulit bumi. Proses terjadinya diawali dari magma yang keluar sampai ke
permukaan bumi, kemudian terpengaruh oleh berbagai faktor yang ada di permukaan
bumi, misalnya temperatur udara, air dan angin. sehingga temperature dari magma
tersebut akan turun cepat sekali, maka ketika magma tersebut membeku hanya
terbentuk kristal-kristal kecil, dan sebagian ada yang sama sekali tidak
mempunyai kristal (amorf). Contoh batuan beku luar yang terdiri dari
kristal-kristal kecil misalnya andesit dan riolit, sedangkan
contoh yang tak mempunyai kristal atau amorf, misalnya batu apung dan batu
kaca.
Ciri-ciri batuan beku luar (vulkanik), antara lain sebagai
berikut:
a) Pada umumnya mempunyai butir kristal yang halus, bahkan amorf.
b) Sebagian memperlihatkan struktur visikular artinya sebagian dari
batuan beku luar memperlihatkan adanya lubang-lubang bekas materi gas yang
terperangkap.
c) Kristal mineral batuannya menunjukan tekstur aphanitis (kristal
yang halus dan amorf).
Untuk membedakan batuan beku dengan batuan lainnya terdapat tiga
ciri utama, yaitu:
a) tidak mungkin mengandung fosil;
b) teksturnya padat, mampat serta strukturnya homogen dengan bidang
permukaan ke semua arah sama;
c) susunan sesuai dengan pembentukannya.
Beberapa jenis batuan beku penting yang banyak terdapat di alam
adalah sebagai berikut.
a) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar
hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah
jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi warna dari mineral
feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan bumi
karena adanya erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak terdapat
di alam.
Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian
Jaya (Papua), dan lain-lain. Granit dapat digunakan sebagai bahan pengeras
jalan, pondasi, galangan kapal, dan bahan pemoles lantai, serta pelapis
dinding.
b) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar
hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk
pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam
dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan,
Sumatera.
c) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar
hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak
terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan
Banjarnegara. Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan
lain-lain.
d) Andesit
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus,
komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu. Gunung api di
Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun
piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblende disebut andesit
hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit
piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan,
konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan
sebagai batu tempel.
e) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam,
mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras jalan,
pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam, sehingga baik
untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini terdapat di
Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.
f) Basal
Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir halus,
berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan batuan basal dalam
bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Basal yang
berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel. Basal umumnya
berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.
g) Batukaca
(obsidian)
Batukaca adalah batuan yang tidak mempunyai susunan dan bangun Kristal
(metamorf). Batukaca terbentuk dari lava yang membeku tiba-tiba, dan
banyak terdapat di sekitar gunungapi. Pada umumnya berwarna coklat, kelabu,
kehitaman atau tidak berwarna (putih seperti kaca).
Batukaca yang dihancurkan dengan ukuran kecil dan dicampur
dengan semen, dapat dibuat granit buatan. Di zaman purba, batuan ini banyak digunakan
untuk membuat mata lembing, mata panah, dan lain-lain.
h) Batuapung
Batuapung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas.
Dengan keluarnya gas dari cairan lava akan menimbulkan lubang-lubang atau
gelembung-gelembung pada lava yang telah
membeku. Lubang-lubang ini berbentuk bola, ellips, silinder atau
tak teratur bentuknya. Dengan adanya lubang-lubang ini membuat batuapung jadi
ringan. Di Indonesia batuapung yang terkenal dihasilkan oleh Gunung Krakatau.
Demikian juga batuapung dapat dibuat dengan cara memanaskan batuan obsidian
hingga gasnya keluar.
i) Konglomerat
Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan
dengan ukuran berbeda dan bentuk membulat yang direkat menjadi batuan padat.
Bentuk fragmen yang membulat akibat adanya aktivitas air, umumnya terdiri atas
mineral atau batuan yang mempunyai ketahanan dan diangkut jauh dari sumbernya.
Di antara fragmen-fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen
halus sebagai perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit.
Fragmen-fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan
atau beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, sifatnya yang heterogen
menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air dangkal.
2) Batuan sedimen
Batuan sedimen dinamakan juga batuan endapan adalah batuan yang
terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup
oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel,
yaitu ada yang halus, kasar, berat, dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya
pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara
melompat-lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula
yang larut (salution).
Klasifikasi batuan endapan bergantung pada kriteria yang
dipakai. Berdasarkan proses pengendapannya, batuan sedimen dapat dibedakan atas
batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organik.
a) Batuan sedimen
klastik
Batuan sedimen klastik, adalah
sedimen yang susunan kimianya sama dengan susunan kimia batuan asal. Artinya,
batuan itu ketika diangkut hanya mengalami penghancuran secara mekanik dari
besar menjadi kecil. Batu gunung yang membukit itu akibat pelapukan, hancur
berkepingkeping. Kepingan itu diangkut air hujan, longsor atau berguling-guling
di lereng dan masuk ke sungai. Arus sungai membanting-banting batu itu sehingga
menjadi kerikil, pasir, dan lumpur yang kemudian mengendapkannya di tempat
baru. Ada juga yang disebut batuan sedimen non klastik dibedakan atas dasar
komposisinya. Sedimen non klastik yang utama adalah batu gamping dan dolomit.
Batuan non klasik sebagai hasil evaporit (menguap) antara lain batu
garam, denhidrit dan gypsum sedangkan dari unsur organik ialah batubara.
b) Batuan sedimen
kimiawi
Jika dalam pengendapan itu terjadi proses kimia, seperti
pelarutan, penguapan, oksidasi, dehidrasi, dan sebagainya, hasilnya dinamakan
batuan sedimen kimiawi, contohnya hujan di gunung kapur. Air hujan yang mengandung
CO2 meresap ke dalam retakan halus (diaklas) pada batu gamping (CaCO3). Air itu
melarutkan gamping yang dilaluinya menjadi larutan air kapur atau Ca(HCO3)2.
Aliran larutan kapur itu akhirnya sampai ke atap gua kapur. Tetesan air kapur
itu membentuk stalaktit di atap gua dan stalagmit di dasar gua. Terjadinya
stalaktit dan stalagmit akibat pelarutan dan penguapan H20 dan CO2 pada waktu
air kapur menetes. Kedua bentukan sedimen kapur tersebut disebut batuan sedimen
kimiawi.
c) Batuan sedimen
organik
Batuan sedimen organik, terjadi
karena selama proses pengendapannya mendapat bantuan dari organisme, yaitu
sisa, rumah atau bangkai binatang laut yang tertimbun di dasar laut seperti
kerang, terumbu karang, tulang belulang, kotoran burung guano yang menggunung
di Peru, lapisan humus di hutan, dan sebagainya.
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya, batuan sedimen dapat
dibagi menjadi empat golongan yaitu sebagai berikut.
a) Batuan sedimen aerik atau aeolis,
pengangkutannya oleh angin. Contoh: tanah los, tanah tuf, dan tanah pasir
di gurun.
b) Batuan sedimen glasial, pengangkutannya
oleh es. Contohnya: moraine.
c) Batuan sedimen aquatik, pengangkutannya
dibantu oleh air yang mengalir.
d) Batuan sedimen marin, pengangkutannya
oleh tenaga air laut.
3) Batuan malihan (Metamorf)
Batuan malihan adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal
(batuan beku, batuan endapan, dan batuan malihan) akibat proses metamorfosis.
Proses metamorfosis, yaitu suatu proses yang dialami batuan asal akibat adanya tekanan
atau temperatur yang meningkat atau tekanan dan temperatur yang sama-sama
meningkat.
Ada tiga jenis batuan malihan, yaitu sebagai berikut:
a) Metamorfik termik (kontak), terbentuk karena adanya kenaikan suhu yang berarti, seperti batu pualam atau marmer.
b) Metamorfik dinamik (sintektonik), pembentukan batuan yang disebabkan oleh penambahan tekanan tinggi, biasanya akibat gaya tektonik. Jenis metamorfisa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan lipatan yang luas di dunia. Misalnya, batu sabak dan batubara.
c) Metamorfik termik pneumatolitik, pembentukan batuan akibat adanya penambahan suhu disertai masuknya zat bagian magma ke dalam batuan itu. Misalnya, azurit mineral (pembawa tembaga), topas, dan turmalin (batu permata)
2) Epirogentik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air yang turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.
a) Metamorfik termik (kontak), terbentuk karena adanya kenaikan suhu yang berarti, seperti batu pualam atau marmer.
b) Metamorfik dinamik (sintektonik), pembentukan batuan yang disebabkan oleh penambahan tekanan tinggi, biasanya akibat gaya tektonik. Jenis metamorfisa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan lipatan yang luas di dunia. Misalnya, batu sabak dan batubara.
c) Metamorfik termik pneumatolitik, pembentukan batuan akibat adanya penambahan suhu disertai masuknya zat bagian magma ke dalam batuan itu. Misalnya, azurit mineral (pembawa tembaga), topas, dan turmalin (batu permata)
c. Mineral
Mineral adalah sebagian besar zat-zat hablur (kristal) yang ada
dalam kerak bumi dan bersifat homogon, baik fisik maupun kimiawi. Sebagian
besar mineral terdapat dalam bentuk padat, akan tetapi ada juga mineral yang
berbentuk cair atau gas. Setiap jenis mineral menunjukkan sikap yang
berbeda-beda terhadap gaya pelapukan dari luar. Ada mineral yang mudah lapuk,
tetapi ada juga mineral yang sukar terlapukkan.
Mineral akan dengan mudah diidentifikasi dengan memerhatikan
beberapa sifat fisiknya yaitu warna, kilap, bentuk, kekerasan, belahan, dan
berat jenisnya.
2. Bentuk-bentuk
muka bumi
Bentuk permukaan bumi bersifat dinamis artinya dari waktu ke
waktu terus mengalami perkembangan dan perubahan. Secara umum bentuk permukaan bumi
tidaklah rata, dengan pengertian lain terdapat bentuk permukaan yang tinggi/terjal
ada pula yang rendah/landai. Tinggi rendahnya permukaan bumi disebut relief.
Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi disebut geomorfologi.
Perubahan bentuk muka bumi secara alami dipengaruhi oleh tenaga
alami yaitu tenaga endogen dan eksogen.
Tenaga endogen meliputi vulkanisme (aktivitas gunung api),
tektonisme (aktivitas gerakan lapisan bumi), dan gempa, sedangkan tenaga
eksogen meliputi kekuatan angin, air, dan gletser.
a. Bentuk muka bumi
akibat tenaga endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi.
Tenaga endogen meliputi tektonisme, vulkanisme, dan gempa.
1) Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang mengakibatkan
perubahan letak (dislokasi) atau perubahan bentuk (deformasi) kulit
bumi. Sebagaimana kita ketahui bahwa permukaan bumi terbentuk dari lapisan
batuan yang disebut kulit bumi atau litosfer. Kulit bumi mempunyai ketebalan
relatif sangat tipis, sehingga mudah pecah-pecah menjadi potongan-potongan
kulit bumi yang tak beraturan yang disebut lempeng tektonik.
Lempeng-lempeng tektonik ini terus bergerak, baik secara horizontal maupun
vertikal karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya (astenosfer).
Mengenai jenis gerakan lempeng tentunya sudah kamu pahami pada pelajaran
sebelumnya di bab 2 tentang sejarah pembentukan bumi.
Berdasarkan luas dan waktu terjadinya, gerakan lempeng tektonik
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan gerak
orogenetik.
Gerak epirogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kerak
bumi yang relatif lambat dan berlangsung dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah
yang luas. Contoh: penenggelaman benua Gondwana menjadi Sesar Hindia. Gerak
epirogentik dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1) Epirogentik positif, yaitu gerak turunnya
daratan sehingga kelihatannya permukaan air laut yang naik. Contoh: Turunnya
pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dari pulau-pulau barat
daya sampai ke pulau Banda)2) Epirogentik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air yang turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.
Gerak orogenetik, ialah
proses pembentukan pegunungan. Proses orogenesis meliputi luas areal yang
relatif sempit dan salam waktu yang relatif singkat, dibandingkan epirogenesis.
Contoh: pembentukan pegunungan-pegunungan yang ada di bumi ini, seperti
Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania, dan sebagainya.
Gerak orogenetik menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di
kulit bumi, yang mengakibatkan terjadinya dislokasi atau
berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi. Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan
dan patahan.
Proses lipatan (Folded process), yaitu suatu bentuk kulit
bumi berbentuk lipatan (gelombang) yang terjadi karena adanya tenaga endogen
yang arahnya mendatar dari dua arah berlawanan, sehingga lapisan-lapisan batuan
di sekitarnya terlipat dan membentuk puncak lipatan (antiklin)
serta lembah lipatan (sinklin). Fenomena ini dapat kamu saksikan
apabila melewati jalan yang menerobos dua bukit, maka nampak pada sisi kiri
kanan jalan singkapan kerak bumi berupa lapisan bergelombang, ada bagian yang
naik dan ada pula yang turun. Itulah salah satu gejala lipatan.
Apabila terbentuk beberapa puncak lipatan disebut antiklinorium
dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium. Macam-macam
lipatan yang dikenal yaitu lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung,
lipatan rebah, lipatan lsoklin, dan lipatan kelopak. Contoh pegunungan lipatan
ini adalah pegunungan tua, seperti pegunungan Ural yang terjadi pada
zaman primer. Pegunungan muda, seperti pegunungan Mediteranian dan
sirkum Pasifik yang terjadi pada zaman tersier.
Bentuk atau morfologi hasil tenaga tektonisme lainnya adalah patahan
atau sesar. Bentuk alam ini terjadi karena adanya proses pematahan (fault
process) pada lapisan kulit bumi. Prosesnya terjadi sangat cepat, sehingga
lapisan-lapisan yang terkena tekanan tidak sempat lagi melipat, melainkan
timbul retakan dan patah.
Bentuk patahan dapat dibedakan berdasarkan arah dan kekuatan
tenaga tekanan, sebagai berikut:
1) Adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dan saling menjauh
satu sama lain, sehingga pada bongkah batuan terjadi retakan-retakan dan akhirnya
patah membentuk bagian yang merosot (graben atau slenk dan bagian
yang menonjol (horst);
2) Adanya tenaga endogen yang berarah vertikal;
3) Adanya dua buah tenaga endogen mendatar yang berlawanan arah,
sehingga menimbulkan pergeseran batuan, yang disebut sesar mendatar.
Alur akibat pecahnya batuan pada proses patahan disebut alur
patahan. Alur patahan yang besar bisa sampai ke batuan di bawah tanah yang
dalam dan merentang sepanjang benua. Alur patahan terbesar di dunia, sama seperti
gempa bumi terkuat, bisa ditemukan di dekat tipe lempeng.
Beberapa patahan besar membelah tanah saat mereka bergerak,
mendorong naik wilayah daratan, atau membuatnya amblas. Setelah gempa bumi,
saat energi dilepaskan, kumpulan batuan di kedua sisi patahan terkunci menjadi satu
di posisinya yang baru.
Tekanan dan tegangan yang menyebabkan gempa bumi yang pertama sering
terulang dan terus bertambah hingga menyebabkan gempa bumi.
Salah satu relief geologis yang paling terkenal di dunia adalah Patahan
San Andreas yang membelah Pantai Pasifik di California, Amerika Serikat.
Panjang patahan horizontal ini adalah 1.200 km. Patahan ini membentuk
sebagian dari batas antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Kedua lempeng ini secara terus menerus bergeser ke arah berlawanan
dengan jarak sekitar lima sentimeter setahun. Banyak alur patahan yang
lebih kecil membelah wilayah ini dan sebagiannya berhubungan dengan San
Andreas. Daerah ini adalah salah satu wilayah gempa berkekuatan besar di dunia.
Lebih dari 20.000 gempa tercatat setiap tahun.
Patahan San Andreas terlihat jelas dari udara. Patahan ini
seperti goresan luka yang dalam di permukaan bumi. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa kedua ujung retakan yang terletak di Tanjung
Mendocino di utara San Francisco dan Lembah Imperial di Selatan Los
Angeles, adalah tempat yang paling berbahaya.
2) Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan gunungapi,
yaitu pergerakan magma dari dalam litosfera yang menyusup ke lapisan
yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Di dalam litosfer, magma
menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma (Batholit). Kedalaman
dan besar dapur magma itu sangat bervariasi. Ada dapur magma yang letaknya
sangat dalam dan ada pula yang dekat dengan permukaan bumi.
Perbedaan letak ini merupakan penyebab perbedaan kekuatan
letusan yang terjadi. Pada umumnya, dapur magma yang dalam menimbulkan letusan yang
lebih kuat daripada yang letaknya dangkal.
Magma dapat diartikan sebagai bahan-bahan silikat pijar yang
terdiri atas bahan padat (batuan), cairan, dan gas yang berada di dalam lapisan
kulit bumi (litosfer).
Berbagai macam gas yang terkandung dalam magma antara lain uap
air, Oksida Belerang (SO2), Gas Hidrokarbon atau Asam Klorida (HCL),
Gas Hidrosulfat atau Asam Sulfat (H2SO4). Aktivitas magma
disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di
dalamnya.
Ada dua bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan vulkanisme,
yaitu intrusi dan ekstrusi magma.
a) Intrusi magma
Intrusi magma yaitu terobosan magma ke dalam lapisan-lapisan
litosfera, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
(1) Bathalit, yaitu dapur
magma.
(2) Intrusi datar (sill atau
lempeng intrusi), yaitu magma yang menyusup di antara dua lapisan batuan,
mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut.
(3) Lakolit, yaitu magma
yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa
cembung atau kue serabi.
(4) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang
menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunungapi yang
bentuknya seperti silinder memanjang.
Bentukan hasil intrusi magma merupakan sumber mineral yang
mempunyai arti penting secara ekonomi. Sebab di daerah intrusi itu seringkali
didapati berbagai mineral seperti intan, tembaga, besi, emas, perak dan mineral
logam serta non logam lainnya.
b) Ekstrusi magma
Ekstrusi magma, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi
sampai kepermukaan bumi. Materi hasil ekstrusi magma dapat berupa:
(1) Lava, yaitu magma yang keluar sampai ke permukaan
bumi dan mengalir ke permukaan bumi.
(2) Lahar, yaitu material campuran antara lava dengan
materi-materi yang ada di permukaan bumi berupa pasir, kerikil, debu, dan
lain-lain dengan air sehingga membentuk lumpur.
(3) Eflata dan piroklastika
yaitu material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik.
(4) Ekhalasi
(gas) yaitu material berupa gas asam arang seperti fumarola (sumber uap air dan zat lemas), solfatar (sumber gas
belereng), dan mofel (gas asam arang).
Ekstrusi identik dengan erupsi atau letusan gunungapi yang
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan eksplosif.
(1) Erupsi efusif, yaitu
erupsi berupa lelehan lava melalui retakan atau rekahan atau lubang kawah suatu
gunungapi
(2) Erupsi eksplosif, yaitu erupsi
berupa ledakan dengan mengeluarkan bahan-bahan padat (Eflata/Piroklastika)
berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik bersama-sama dengan gas dan fluida.
Berdasarkan tempat keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
(1)
Erupsi linear, yaitu peristiwa keluarnya magma melalui celah atau retakan yang
memanjang, sehingga membentuk deretan gunungapi.
(2) Erupsi areal, yaitu letusan yang terjadi jika letak magma dekat dengan permukaan bumi, kemudian magma membakar dan melelehkan lapisan batuan yang berada di atasnya sehingga membentuk lubang yang besar di permukaan bumi.
(3) Erupsi sentral, jika letusan yang terjadi keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunungapi yang terpisah-pisah. Erupsi sentral menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu sebagai berikut.
(2) Erupsi areal, yaitu letusan yang terjadi jika letak magma dekat dengan permukaan bumi, kemudian magma membakar dan melelehkan lapisan batuan yang berada di atasnya sehingga membentuk lubang yang besar di permukaan bumi.
(3) Erupsi sentral, jika letusan yang terjadi keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunungapi yang terpisah-pisah. Erupsi sentral menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu sebagai berikut.
(a) Gunungapi perisai (Shield
Volcanoes), yaitu sebuah gunung api yang beralas luas dan berlereng landai,
merupakan hasil erupsi efusif magma yang cair. Contohnya, gunungapi yang
tersebar di kepulauan Hawaii.
(b) Gunungapi maar, merupakan hasil erupsi eksplosif yang tidak
terlalu kuat dan hanya sekali saja. Contohnya, Gunung Lamongan Jawa Timur
dengan kawahnya Klakah.
(c) Gunungapi strato atau kerucut,
merupakan hasil campuran, efusif dan eksplosif yang berulang kali. Gunungapi
ini berbentuk kerucut dan badannya berlapis-lapis. Akibat erupsi yang
berpindah-pindah pusatnya, menyebabkan di sana sini terbentuk kerucut-kerucut gunungapi,
sehingga bentuk gunungapi tersebut tidak teratur. Sebagian besar gunungapi di
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku termasuk gunungapi kerucut.
Misalnya Gunung Kerinci, Merapi, Ciremai, Semeru, Batur, Tangkuban Perahu, dan
Gunung Fujiyama di Jepang.
(d) Erupsi freatik, yaitu letusan yang berasal
dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air.
Pada umumnya bentuk gunung api di Indonesia adalah strato (kerucut). Gunungapi yang pernah meletus, umumnya berpuncak datar. Oleh karena itu, di Indonesia sering terjadi peristiwa gunung meletus. Magma yang keluar ke permukaan bumi dapat berupa padat, cair, dan gas. Material yang dikeluarkan oleh gunungapi tersebut, antara lain:
Pada umumnya bentuk gunung api di Indonesia adalah strato (kerucut). Gunungapi yang pernah meletus, umumnya berpuncak datar. Oleh karena itu, di Indonesia sering terjadi peristiwa gunung meletus. Magma yang keluar ke permukaan bumi dapat berupa padat, cair, dan gas. Material yang dikeluarkan oleh gunungapi tersebut, antara lain:
(1) Eflata (material padat) berupa lapili,
kerikil, pasir, dan debu. Lava dan lahar berupa material cair.
(2) Ekshalasi (gas) berupa nitrogen belerang dan gas asam.
Tipe letusan gunungapi ditentukan berdasarkan
kedalaman dapur magma, volume dapur magma, dan kekentalan (Viscositas) magma.
Viscositas magma bergantung pada susunan dan tingginya suhu. Semakin tinggi
suhunya maka semakin besar viscositasnya.
Menurut tipe
letusannya, gunungapi dapat dibedakan seperti yang dijelaskan berikut ini.
(1)
Tipe Hawaii
Tipe ini mempunyai ciri, yaitu lava cair yang
mengalir keluar (letusan air mancur). Contoh, Gunung Mauna Loa di Kepulauan
Hawaii.
(2)
Tipe Stromboli
Tipe stromboli mempunyai ciri-ciri yaitu seringnya terjadi
letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus-menerus, dan banyak
mengeluarkan efflata. Contoh, Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di
Jawa, dan Gunung Batur di Bali.
(3)
Tipe Vulkano
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu cairan magma yang kental
dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki
tekanan yang sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api
pada umumnya. Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur
(4)
Tipe Perret
Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak
karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan,
gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya.
Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret yang
letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat
hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya dinding
kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera.
(5) Tipe Merapi
Lava kental yang mengalir keluar perlahan-lahan dan membentuk
sumbat kawah adalah ciri-ciri tipe Merapi. Karena tekanan gas dari dalam
semakin kuat, maka kawah tersebut terangkat dan bagian luarnya pecah-pecah
disertai awan panas yang membahayakan penduduk.
(6)
Tipe St. Vincent
Tipe letusan ini merupakan tipe letusan dengan lava yang kental,
tekanan gas sedang, dan dapur magma yang dangkal. Contohnya, Gunung Kelud dan
St. Vincent.
(7)
Tipe Pelle
Tipe letusan yang dicirikan dengan lava
kental, tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang dalam. Contohnya, Gunung
Montagne Pelee di Amerika Tengah.
Perlu kamu ketahui bahwa suatu gunungapi yang akan meletus
memperlihatkan tanda-tanda yang dapat dicirikan, sebagai berikut:
a)
Suhu di sekitar gunung naik
b)
Mata air menjadi kering
c)
Sering mengeluarkan suara gemuruh dan
kadang-kadang disertai getaran (gempa)
Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Tanda-tanda tersebut di atas, menandakan intrusi magma yang terus
mendesak ke permukaan, apabila desakan ini cukup kuat, maka yang terjadi adalah
letusan gunungapi. Setelah terjadi letusan gunung itu mengalami istirahat,
tetapi aktifitas gunung tersebut masih berlangsung, Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.
sehingga suatu saat dapat mengeluarkan suatu tanda-tanda aktif
kembali. Peristiwa vulkanik yang terdapat pada gunungapi setelah meletus
(postvulkanik), antara lain terdapatnya sumber gas H2S, H2O, dan CO2 sumber air
panas atau geyser.
Fenomena bentuk permukaan bumi tidak hanya terjadi selama proses
vulkanisme, tetapi memperlihatkan juga bentukan lain dari pasca vulkanik
atau post vulkanik, yaitu suatu fase (massa) pada sebuah gunung berapi tidak
memperlihatkan gejala-gejala keaktifannya. Tanda-tanda gejala pasca vulkanik
antara lain sebagai berikut:
(1)
Terdapatnya sumber air panas yang banyak
mengandung mineral, terutama belerang, seperti di Ciater dan Cipanas Jawa
Barat; serta Batu Raden Jawa Tengah.
(2)
Terdapatnya geyser, yaitu semburan air panas
yang keluar secara berkala dari celah-celah batuan, seperti di Cisolok
(Sukabumi, Jawa Barat), The Old Faithfull Geyser di Taman Nasional Yellow Stone
(USA);
(3)
Terdapatnya ekshalasi (sumber gas) berupa: fumarola
(sumber uap air dan zat lemas); solfatar (sumber gas belereng); dan mofel
(sumber gas asam arang).
Keberadaan gunung berapi di suatu daerah, selain menimbulkan
dampak negatif berupa bencana, seperti letusan, gas beracun dan tanah longsor
yang selalu mengancam penduduk sekitarnya, ternyata dapat pula membawa dampak positif
berupa manfaat yang sangat besar bagi kehidupan, antara lain sebagai berikut:
(1) Sebagai sumber energi, sebab sumber
panas dari gunung berapi dapat dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB) seperti yang terdapat di Gunung Kamojang di Jawa Barat dan Gunung Dieng
di Jawa Tengah.
(2)
Sebagai sumber mineral dan bahan galian,
seperti intan, timah, tembaga, belerang, dan batuapung.
(3) Sebagai obyek wisata dan olahraga,
misalnya hiking, climbing, laying gantung, dan bersepeda gunung.
(4)
Sebagai daerah pertanian yang subur,
hal ini disebabkan material yang dikeluarkan oleh gunung berapi banyak
mengandung unsur dan mineral yang dapat membuat tanah di sekitarnya menjadi
subur dan mengalami peremajaan.
(5) Sebagai daerah hujan orografis, yaitu
hujan yang terjadi karena adanya penghalang berupa gunung atau pegunungan,
sehingga daerah gunung berapi merupakan tempat yang berfungsi hidrologis bagi
daerah sekitarnya.
(6) Sebagai sumber plasma nutfah, karena
variasi ketinggian secara vertical dari gunung berapi dapat mengakibatkan
plasma nutfah yang hidup menjadi sangat bervariasi pula.
(7)
Sebagai sanatorium untuk penderita penyakit tertentu,
sebab gunung ataupun pegunungan mempunyai udara yang sejuk dan segar.
3) Gempa bumi
Gempa bumi adalah
getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi
yang disebabkan oleh tenaga endogen.
Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi,
sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa disebut seismolog.
Alat yang digunakan untuk mengukur dan mencatat kekuatan getaran gempa disebut seismograf
atau seismometer. Jadi, dengan alat ini akan diketahui besarnya
kekuatan getaran gempa dan lamanya gempa.
Para pakar seismologi telah mengembangkan tata cara penggunaan
informasi tentang gempa bumi. Permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan
paling luar yang disebut kerak bumi. Kerak bumi yang pecah membentuk
potonganpotongan besar yang saling berpasangan. Potongan-potongan ini disebut lempeng.
Lempeng ini bergerak perlahan dengan saling bergesekan, menekan, dan mendesak
bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, maka
bebatuan bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini
merambatkan getaran yang menyebabkan gempa bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar
11 juta gempa bumi dan 34.000 nya cukup kuat untuk kita rasakan.
Beberapa gempa
terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi
tumbukan antara dua lempeng, dengan salah satu lempeng kerak terdorong ke bawah
lempeng yang lain. Biasanya, lempeng samudera di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat.
Lempeng samudera yang jatuh
dan bergesekan dengan lempeng di atasnya dapat melelehkan kedua bagian lempeng tersebut. Akibat tumbukan
ini dapat menghasilkan gunungapi dan
menyebabkan gempa bumi.
Agar bisa membaca peta informasi gempa, kita harus mengenal
beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam peta gempa, yaitu sebagai
berikut:
a) Hiposentrum, yaitu titik
pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.
b) Episentrum, yaitu titik
pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan
hiposentrum.
c) Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dengan
episentrum.
d) Isoseista, yaitu garis
pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran
gempa yang sama besarnya.
e) Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
f) Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
a) Klasifikasi gempa
e) Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
f) Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
a) Klasifikasi gempa
Gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya,
kedalaman hiposentrum, jarak episentral, dan letak pusat gempa.
(1)
Berdasarkan
faktor penyebabnya
(a) Gempa bumi runtuhan (Fall Earthquake) Gempa ini terjadi akibat runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getaran tidak begitu besar atau tidak terasa.
(b) Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat aktivitas gunung api. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului erupsi gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas.
(c) Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan tua terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan meliputi daerah yang sangat luas.
(2) Berdasarkan bentuk episentrum
(a) Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan.
(b) Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi
(a) Gempa bumi runtuhan (Fall Earthquake) Gempa ini terjadi akibat runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getaran tidak begitu besar atau tidak terasa.
(b) Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat aktivitas gunung api. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului erupsi gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas.
(c) Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan tua terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan meliputi daerah yang sangat luas.
(2) Berdasarkan bentuk episentrum
(a) Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan.
(b) Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi
(3) Berdasarkan kedalaman hiposentrum
(a) Gempa dangkal, memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.
(b) Gempa menengah, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi.
(c) Gempa dalam, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300- 700 km di bawah ermukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam 700 km
(4) Berdasarkan jarak episentrum
(a) Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km.
(b) Gempa jauh, berjarak 10.000 km.
(c) Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km.
(5) Berdasarkan letak pusat gempa
(a) Gempa laut, terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut.
(b) darat, terjadi jika episentrumnya berada di daratan
(a) Gempa dangkal, memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.
(b) Gempa menengah, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi.
(c) Gempa dalam, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300- 700 km di bawah ermukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam 700 km
(4) Berdasarkan jarak episentrum
(a) Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km.
(b) Gempa jauh, berjarak 10.000 km.
(c) Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km.
(5) Berdasarkan letak pusat gempa
(a) Gempa laut, terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut.
(b) darat, terjadi jika episentrumnya berada di daratan
b) Gelombang gempa
Titik di bawah tanah, tepat di tempat bebatuan berguncang dan
menyebabkan gempa bumi disebut pusat atau hiposentrum. Mungkin,
titik ini berada ratusan kilometer di bawah tanah. Gerakan bebatuan menyebabkan
getaran yang disebut gelombang seismik.
Gelombang seismik bergerak sangat cepat ke segala arah dari
pusat gempa. Gelombang paling kuat terjadi pada titik hiposentrum yang ada di permukaan
bumi yang letaknya tepat di atas pusat gempa (episentrum). Semakin jauh dari
pusat, gelombang seismik akan semakin lemah. Jumlah kerusakan yang biasa
terjadi akibat gelombang seismik tergantung pada banyaknya jenis bebatuan yang
membentuk permukaan bumi.
Batu granit padat dan lapisan tebal batu pasir akan berguncang
lebih pelan daripada tanah berpasir yang sering kita temukan di dekat sungai
atau pantai. Kadang-kadang, pecahnya batuan di sepanjang patahan akan
merambatkan serangkaian gempa kecil yang terjadi sebelum gempa besar. Gempa
kecil itu disebut gempa awal dan menjadi peringatan penduduk untuk mencari
tempat yang aman.
Pada dasarnya, ada tiga macam gelombang gempa,yaitu sebagai berikut:
(1) Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 - 14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik.
(2) Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik.
(3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari episentrum menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km per detik dan periode gelombang relatif lama.
(1) Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 - 14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik.
(2) Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik.
(3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari episentrum menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km per detik dan periode gelombang relatif lama.
Di permukaan, juga ada dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang
rayleigh merupakan gelombang yang bergerak turun naik dan gelombang love
merupakan gelombang yang mendorong bebatuan dari satu sisi ke sisi yang
lain sambil menjalar. Gelombang permukaan lebih lambat dibandingkan dengan
gelombang utama, tetapi kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat. Kedahsyatan
itu disebabkan lamanya rambatan gelombang ini.
Cara menentukan letak pusat terjadinya gempa di permukaan bumi
atau letak episentrum dapat dilakukan dengan menggunakan metoda
homoseista, yaitu suatu metoda penentuan letak episentrum dengan
melakukan pencatatan waktu datangnya gelombang gempa yang pertama
(gelombang primer) pada waktu yang bersamaan dari minimal tiga tempat
yang berbeda. Contohnya Stasiun pencatat gempa di Kota Bogor, Cianjur
dan Sukabumi mencatat gelombang gempa yang pertama pada pukul 10.30. Hal
itu berarti ketiga tempat tersebut berada pada satu homoseista. Untuk
menentukan episentrumnya, buatlah garis yang menghubungkan Kota Bogor dengan
Cianjur dan garis yang menghubungkan Kota Bogor dengan Sukabumi pada peta
Provinsi Jawa Barat, kemudian buatlah garis tegak lurus pada titik tengah garis
yang menghubungkan kota-kota tersebut. Titik perpotongan dua garis tegak lurus
itulah episentrum gempa.
Pencatatannya dilakukan di beberapa tempat yang berbeda,
sehingga pusat gempa dan episentrumnya bisa diketahui secara tepat. Untuk
menentukan letak suatu episentrum gempa, diperlukan catatan gempa bumi dari
minimal tiga pencatat gempa bumi. Jarak stasion ke episentrum dapat dihitung
dengan menggunakan Hukum Laska berikut:
Contoh soal:
Gempa Gunung Tangkubanperahu tercatat pada seismograf stasion di
Garut sebagai berikut:
a. Gelombang longitudinal tercatat pada jam 08 25’ 25"
b. Gelombang transversal tercatat pada jam 08 26’ 40"
Berapa jarak Garut dari episentrum gempa?
Jawab:
Letak hiposentrum (kedalaman gempa) dapat ditentukan dengan
mencatat secara sistematik deviasi waktu datangnya gelombang primer dan gelombang
panjang. Makin besar deviasinya maka makin dalam hiposentrumnya. Daerah di
permukaan bumi yang paling parah menderita goncangan gempa adalah daerah yang
berdekatan dengan episentrum.
Model pengukuran pertama ditemukan oleh seorang Italia bernama Guiseppe
Mercalli tahun 1902. Skala pengukuran yang biasa digunakan adalah Skala Ritcher
yang menggunakan hasil pengukuran seismograf untuk membandingkan kekuatan
dan luasnya gempa yang terjadi.
Seismograf modern menggambarkan gerakan tanah pada kertas yang ditempelkan
pada silinder yang berputar. Hasil yang berupa garis bergelombang pada grafik
membentuk seismogram yang dapat dicetak atau ditempilkan pada layar komputer.
Semakin besar gempa bumi yang terjadi, gerakan tanahnya juga semakin kuat, dan
puncak yang tergambar pada seismogram juga semakin tinggi. Seismograf dibagi
menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
(1) Seismograf horizontal, yaitu
seismograf yang mencatat gempa bumi dengan arah mendatar. Seismograf tersebut
terdiri atas sebuah massa stasioner yang digantung dengan tali panjang pada
sebuah tiang yang tinggi. Pada massa stasioner tersebut, dipasang jarum yang
ujungnya disentuhkan pada permukaan silinder dan diputar seperti jarum jam.
Tiang penopang dipancangkan di tanah. Pada waktu gempa, silinder bersama bumi
bergetar, sedangkan masa stasioner tidak terpengaruh oleh getaran ini, sehingga
terbentuklah goresan pada silinder.
(2) Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang berarah vertikal. Massa stasioner pada seismograf ditahan oleh sebuah tangkai yang dipasang pada sebuah tiang dengan engsel. Tangkai tersebut bersamaan dengan massa stasioner ditahan oleh sebuah pegas untuk mengimbangi gravitasi bumi. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada silinder yang dipasang vertikal.
c) Intensitas kekuatan gempa
(2) Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang berarah vertikal. Massa stasioner pada seismograf ditahan oleh sebuah tangkai yang dipasang pada sebuah tiang dengan engsel. Tangkai tersebut bersamaan dengan massa stasioner ditahan oleh sebuah pegas untuk mengimbangi gravitasi bumi. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada silinder yang dipasang vertikal.
c) Intensitas kekuatan gempa
Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa, maka kita
menggunakan skala intensitas gempa. Skala yang biasa digunakan adalah Richter
Magnitude Scale dan Modified Mercalli Intensity. Richter
mendasarkan skalanya pada magnitudo dengan menggunakan angka 1 sampai 9.
Jadi semakin besar angka, semakin besar magnitudonya.
Karena Jepang memiliki derajat gempa yang kuat, skala yang
disusun oleh Omori dimulai dengan derajat kerusakan yang cukup kuat dan
berakhir dengan skala VII.
Selain kedua intenstas kekuatan gempa menurut dua ahli di atas,
juga terdapat ahli gempa lainnya yaitu Marcelli, beliau mendasarkan
skala intensitas gempa yang ditaksir berdasarkan efek geologis dan pengaruhnya
terhadap bangunan-bangunan yang dibuat manusia. Skala ini disusun dengan memakai
angka I sampai XII. Coba kamu cari informasi tentang skala intensitas kekuatan gempa
menurut Marcelli dari buku-buku sumber yang relevan!
d) Proses
terjadinya tsunami
Saat ini, berita tentang bahaya Tsunami terus mengancam di
berbagai wilayah dunia yang dilalui oleh zona-zona tumbukan lempeng, seperti di
Indonesia. Tsunami adalah gelombang laut tinggi yang muncul akibat pengaruh
terjadinya gempa yang bersumber di bawah laut. Jika bagian dasar laut naik atau
turun secara mendadak maka air di atasnya akan mengalami guncangan yang berupa gelombang-gelombang
hebat yang dipancarkan ke seluruh arah, sehingga terjadilah tsunami.
Kecepatan gelombang ini tergantung pada kedalaman dasar laut dan gaya gravitasi
bumi. Ketika tsunami bergerak cepat melintasi samudera, gelombangnya tetap
rendah. Tetapi ketika mencapai pantai, gelombang tersebut naik, sehingga
membentuk dinding air raksasa. Gelombang bergerak cepat menuju daratan, merusak
segala sesuatu yang dilaluinya. Tinggi gelombang tsunami bisa mencapai 30 meter.
Gelombang inilah yang telah meluluh-lantahkan Tanah Aceh akhir
bulan Desember 2004 dengan memakan korban jiwa lebih dari 100.000 orang. Begitu
pula baru-baru ini di pertengahan tahun 2006, tsunami terjadi lagi di daerah
obyek wisata Pangandaran Jawa Barat dan beberapa daerah sekitar pantai selatan
Pulau Jawa, walaupun tidak sebesar kejadian di Aceh.
Jalur gempa di dunia sebagian besar tersebar di Samudera Pasifik
yang disebut Sabuk Pasifik. Dari seluruh gempa bumi yang terjadi di dunia 80% terjadi
di sabuk Pasifik, seperti gempa di Chili (1960), Peru (1970), Guatemala (1976),
San Fransisco (1906), Alaska (1964), Tokyo (1923), Taiwan (1963), Filipina
(1976), Irian Jaya (1971), dan lain-lain. Gempa pada jalur ini terus berlangsung
intensif hingga sekarang. Coba Anda cari informasi tentang kejadian gempa di
jalur Sabuk Pasifik dari tahun 2004 hingga 2006!
Sabuk gempa dengan sistem regangan terjadi di dasar laut. Selain
di Samudera Pasifik, juga di sepanjang Atlantik yang panjangnya ratusan
kilometer dengan lebar antara 10 sampai 40 km, dan di Samudera Hindia. Untuk
itulah, Indonesia telah menjadi bagian dari negara yang paling banyak menerima gempa
dan dapat menimbulkan tsunami.
b. Bentuk muka bumi
akibat tenaga eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar perut bumi.
Tenaga eksogen merupakan tenaga yang dapat merombak dan merubah bentuk muka bumi
atau bentang lahan yang telah ada. Perombakan muka bumi akibat tenaga eksogen
dapat disebabkan oleh proses pelapukan, pengikisan, pengendapan, dan pergerakan
batuan atau tanah. Proses perombakan atau perubahan muka bumi ini,
pengerjaannya dilakukan oleh air, udara, dan es.
1) Pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik
secara fisika, kimiawi, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi
oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah.
Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut
dinamakan tanah mineral.
a) Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelapukan
Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan,
yaitu sebagai berikut.
(1) Keadaan struktur batuan
Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat
kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik batuan, misalnya warna batuan,
sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya tahan
batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya batu lempeng
(batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk misalnya batuan beku.
(2) Keadaan topografi
Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi
proses terjadinya pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam,
cenderung akan mudah melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat
yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau
akan mudah terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi
pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai
endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
3) Cuaca dan iklim
Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses
pelapukan adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain.
Pada daerah yang memiliki iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami proses
pelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dingin
akan semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan daerah yang
memiliki iklim dingin.
4) Keadaan vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan
mempengaruhi proses pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus
celah-celah batuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya
akan semakin besar pula dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan
yang gugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuan
mengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.
b) Jenis-jenis
pelapukan
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut:
(1) Pelapukan mekanik
(1) Pelapukan mekanik
Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa
hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan
tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan
mekanik, yaitu sebagai berikut.
(a) Akibat perbedaan temperatur.
Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil
(b) Akibat erosi di daerah pegunungan.
(a) Akibat perbedaan temperatur.
Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil
(b) Akibat erosi di daerah pegunungan.
Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya
akan membesar, sehingga air akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur
batuan.
(c) Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
(c) Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Akar tumbuhan
akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu membawa
butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan
mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam
sekejap dengan menggunakan dinamit
(d) Akibat perubahan air garam menjadi Kristal
(d) Akibat perubahan air garam menjadi Kristal
Jika air tanah mengandung garam, maka pada
siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam
sekali dan dapat merusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama batuan karang.
(2) Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan
massa batuan yang disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk
tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air, dan dibantu dengan suhu
yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi.
Terdapat
empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.
(a) Hidrasi, yaitu
proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
(b) Hidrolisa, yaitu
proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif dan
negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.
(c) Oksidasi, yaitu proses
pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi umumnya akan berwarna
kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses
pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalami
pelapukan.
(d)
Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas
ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang
mudah mengalami karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan
kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan
batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam
arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini
merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan
secara kimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.
Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.
Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.
(1) Dolina adalah
lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hamper di semua bagian
pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.
(2) Gua dan sungai bawah tanah Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah
(2) Gua dan sungai bawah tanah Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah
(3) Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur.
Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai
lubang pipa tempat menetesnya air. Stalagmit adalah kerucut kapur berbentuk
tumpul yang menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa.
Contohnya, stalaktit dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan
Ciguha Sukabumi Jawa Barat, Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta
Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros
Sulawesi Selatan.
(4)
Pelapukan
organik (biologis)
Pelapukan
Organik, adalah pelapukan batuan oleh mahluk hidup. Pelapukan jenis ini dapat
bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah subyek
yang melakukannya, yaitu mahluk hidup berupa manusia, hewan ataupun tumbuhan.
Contohnya lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan batuan.
2)
Pengikisan (erosi)
Pengikisan atau erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan
massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga
yang bergerak di atas permukaan bumi. Ada empat jenis erosi bila dilihat dari zat
pelarutnya, yaitu sebagai berikut.
a)
Ablasi
Ablasi adalah erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir. Air
yang mengalir menimbulkan banyak gesekan terhadap tanah yang dilaluinya.
Besarnya gesekan pada tanah dipengaruhi oleh besarnya air yang mengalir.
Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar.
Kecepatan air juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) lahan juga
besar. Gesekan antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan gesekan
antara benda benda padat yang terangkat air oleh tanah atau batuan di bawahnya
dapat menyebabkan terjadinya pengikisan. Pengikisan oleh air sungai yang
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan terbentuk v, jurang atau
ngarai, aliran deras, dan air terjun.
Bagaimana terjadinya lembah? Apabila kecepatan aliran air di dasar
sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai, atau sering disebut erosi
vertikal. Apabila aliran aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan
manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping.
Hasil erosi vertikal, sungai semakin lama semakin dalam, sedangkan erosi ke
samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertikal membentuk huruf v.
Contohnya, lembah Aria, Ngarai Sihanok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat.
Bagaimana terjadinya jurang? Bentang alam yang dalam dan sempit,
termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang
resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah terkikis
oleh air, sedangkan erosi veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu, erosi vertical
berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai
sangat miring atau cenderung vertikal, sedangkan dasar sungai merupakan bahan
yang resisten, yaitu batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.
Bagaimana terjadi aliran deras pada bagian sungai? Kadang kala
kita temui sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan bagian yang
lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis
batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak
resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan
sulit melakukan pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada
saat air melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk
seperti air terjun pendek yang alirannya deras. Bentang alam seperti ini
disebut rapit atau aliran deras.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam
beberapa tingkatan, sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai
berikut,
(1) Erosi percik (Splash
Erosion)
Erosi percik
yaitu proses pengikisan yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut
berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan diendapkan di tempat lain.
(2)
Erosi lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar
yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama atau merata dalam suatu
permukaan tanah.
(3)
Erosi alur (Rill Erosion)
Erosi alur
terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan, sehingga di
cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Aluralur akibat erosi
dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah biasa.
(4) Erosi parit (Gully
Erosion)
Proses terjadinya erosi parit sama halnya
dengan erosi alur, tetapi saluransaluran yang terbentuk telah dalam, sehingga
tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
b) Abrasi
Abrasi yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil
dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh
besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di
pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap
dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff
(tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggungan
yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang
melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang meretakan batuan di
pantai, kemudian retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin
dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelombang secara terus menerus
mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform.
c) Eksarasi
Eksarasi yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es.
Jenis erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di
daerah pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi, diawali oleh turunnya salju
di suatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan
menumpuk pada lembah, sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang
berat. Berkat gaya gravitasi, massa es tersebut akan merayap menuruni lereng
pegunungan atau perbukitan.
d) Deflasi
Deflasi yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada
awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut
dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan
mengikis batuan tersebut.
3) Pengendapan
(Sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan
pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian
diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama
kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat
dengan tempat lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang lahan akibat
proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh
air sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis.
Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake,
tanggul alam, dan delta.
(1) Meander
Meander, merupakan
sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses
berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu,
volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai
mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah dilewati.
Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya
lambat, sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai,
baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan terjadi
pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan
terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan
membentuk meander.
(2) Oxbow lake
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan
pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi
secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah
dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai
mati.
(3) Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut,
kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh
air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut
oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen.
Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai
yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama,
sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga,
pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas,
dan Kali Brantas.
(4)
Tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat.
Akibatnya terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air
surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi
sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material
yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih
tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul
sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses
pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena
proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam
b) Pengendapan oleh
air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.
Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil
pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai.
Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai
sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus
laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai.
Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material
ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan
material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas
permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai
terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati
teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di
sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk
tombolo.
c) Pengendapan oleh
angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis.
Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand
dune). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan
tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat
secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
d) Pengendapan oleh
gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen
glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah
yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi
pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil
pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang
semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
4) Pergerakan
batuan atau tanah (Masswasting)
Masswasting atau massmovement
adalah proses perpindahan massa batuan dan atau tanah dalam volume yang
besar karena pengaruh gravitasi.
Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan
menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
a)
Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah
perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya
dapat diketahui dengan mengenali pepohonan yang tumbuh membengkok atau tiang
listrik yang berdiri miring.
b)
Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relative cepat
karena dibantu oleh aliran air dalam tanah yang telah jenuh.
c)
Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam
bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat. Landslide terdiri atas:
(1) Rockslide, yaitu
peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan.
(2) Rock fall, yaitu
peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blokblok batuan.
(3) Slump, yaitu peristiwa longsoran tanah yang
gerakannya terputusputus.
3. Degradasi lahan
dan dampaknya terhadap kehidupan
Perubahan lithosfer yang akan dibahas di sini adalah perubahan
yang mengarah pada kerusakan di muka bumi yang dinamakan juga sebagai degradasi.
Degradasi di sini artinya penurunan kualitas maupun perusakan lahan. Degradasi
lahan selain akibat proses alam itu sendiri seperti terjadinya erosi dan
masswasting, lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Banjir, longsor, kekeringan, pencemaran
adalah bahaya yang selalu mengancam, akibat ulah manusia di dalamnya. Padahal
dampaknya sangat besar terhadap kehidupan manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Dampak erosi tanah dapat dirasakan langsung di daerah tempat terjadinya,
antara lain sebagai berikut:
a. Hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur, sehingga penjangkaran (pencengkraman) akar tanaman tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara juga ikut terhanyutkan. Akibatnya tanah tidak subur lagi dan berkembang menjadi tanah yang tandus.
b. Akibat selanjutnya adalah produksi pertanian menurun. Pengelolaan pertanian menjadi lebih mahal karena banyak pupuk yang harus dibeli dalam rangka mengembalikan produktivitasnya.
c. Jika biaya produksi pertanian menjadi tinggi, maka menjadikan kemiskinan bagi para petani.
d. Semakin berkurangnya alternatif pengusahaan lahan, sebab jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin terbatas.
e. Karena lahan garapannya sudah tidak subur, maka petani akan membuka hutan untuk dijadikan sebagai lahan garapan baru. Hal ini sangat berbahaya untuk terjadinya erosi kembali.
f. Hutan semakin gundul dan erosi terus terjadi, akibatnya sumber air tanah semakin berkurang karena infiltrasi air tidak terjadi lagi. Selanjutnya, air limpasan semakin banyak dan mengakibatkan bahaya banjir di bagian hilir.
a. Hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur, sehingga penjangkaran (pencengkraman) akar tanaman tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara juga ikut terhanyutkan. Akibatnya tanah tidak subur lagi dan berkembang menjadi tanah yang tandus.
b. Akibat selanjutnya adalah produksi pertanian menurun. Pengelolaan pertanian menjadi lebih mahal karena banyak pupuk yang harus dibeli dalam rangka mengembalikan produktivitasnya.
c. Jika biaya produksi pertanian menjadi tinggi, maka menjadikan kemiskinan bagi para petani.
d. Semakin berkurangnya alternatif pengusahaan lahan, sebab jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin terbatas.
e. Karena lahan garapannya sudah tidak subur, maka petani akan membuka hutan untuk dijadikan sebagai lahan garapan baru. Hal ini sangat berbahaya untuk terjadinya erosi kembali.
f. Hutan semakin gundul dan erosi terus terjadi, akibatnya sumber air tanah semakin berkurang karena infiltrasi air tidak terjadi lagi. Selanjutnya, air limpasan semakin banyak dan mengakibatkan bahaya banjir di bagian hilir.
Selain dampaknya dirasakan langsung di tempat terjadinya, juga
akan dirasakan oleh daerah-daerah yang ada di luarnya, seperti terjadi
pendangkalan waduk, sungai, dan badan airnya. Dengan demikian, tanah tidak
mampu lagi menampung air yang masuk sehingga timbul bencana banjir di
mana-mana. Degradasi lahan dapat terjadi di lingkungan kota maupun pedesaan.
a. Kerusakan
lingkungan kota
Migrasi penduduk merupakan salah satu mekanisme untuk menjaga
agar kepadatan penduduk tidak melampaui daya dukung lingkungan. Salah satu migrasi
yang banyak terjadi adalah migrasi dari desa ke kota yang disebut urbanisasi.
Proses urbanisasi itu umumnya makin kuat seiring dengan makin meningkatnya
fasilitas suatu kota.
Kebiasaan buruk seperti membuang sampah sembarangan sering
dilakukan oleh masyarakat kota. Padahal, di kota belum ada sistem daur ulang
sampah, sedangkan pelayanan sanitasi di kota tidak bertambah, bahkan menurun. Penurunan
fungsi sanitasi dan tidak tersedianya air minum yang bersih mengakibatkan
terjadinya ledakan penyakit kolera secara berkala. Bentuk kerusakan lingkungan
kota yang lain adalah terjadinya banjir, kenaikan jumlah penduduk dan kurangnya
kesadaran lingkungan. Hal ini mengakibatkan permukaan tanah yang kedap terhadap
air bertambah, sehingga sedikit air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah.
Di samping kerusakan sosial budaya, orang desa yang bermigrasi
ke kota banyak yang mempunyai pendidikan rendah dan tidak terampil. Oleh sebab
itu, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
b. Kerusakan
lingkungan desa
Usaha untuk menaikkan daya dukung lingkungan dengan menambah
luas lahan yang digunakan untuk pertanian merupakan reaksi terhadap lonjakan kepadatan
penduduk. Reaksi tersebut merupakan akibat dari tekanan penduduk.
Tekanan penduduk terhadap lahan semakin diperbesar oleh
bertambah sempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk kepentingan lain,
misalnya permukiman, jalan, dan pabrik. Kerusakan hutan membawa banyak akibat. Hutan
mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah. Tetesan air hujan dengan energinya
memukul permukaan tanah mengakibatkan mengelupasnya butirbutir tanah. Proses
ini disebut erosi percikan (splash erosion)
B. DINAMIKA
PERUBAHAN PEDOSFER
Pedosfer, adalah
lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses
pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah
yang menempati bagian paling atas dari litosfer.
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari
campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang
menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut
pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses
pembentukan tanah disebut pedogenesa.
1. Faktor-faktor pembentuk
tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan
tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan
berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka
proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat
pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi
rendah).
b. Organisme
(vegetasi, jasad renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah
dalam hal-hal sebagai berikut.
1)
Membuat proses pelapukan, baik pelapukan
organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan
yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan
kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur
larut oleh air.
2)
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan
akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk
di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3)
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat
tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan
Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akarakar
dan sisa-sisa rumput.
4)
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada
tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan
memberi unsurunsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya
tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di
bawah pohon jati.
c. Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan
sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Misalnya tanah berstuktur
pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia
dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk
tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, sehingga dapat menghindari
pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna
kelabu. Sebaliknya, bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
d. Topografi atau
relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya
lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit maka lapisan
tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sebaliknya, daerah yang datar maka
lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi. Demikian halnya pada
daerah yang drainasenya jelek, misalnya sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
e.
Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Karena itu, tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua ditandai dengan
proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada
tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit)
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah
berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun
untuk membentuk tanah dewasa.
2. Konsep pedon dan
profil tanah
Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari
permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan induk tanah). Pedon merupakan
volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga dimensi. Luas
pedon berkisar antara 1-10 m2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon.
Luas polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas.
Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu
sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut horizon
tanah. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut
komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar
warnanya.
Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan
yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan
karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah
kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman.
Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah
adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock). Adapun bagian dan
ciri-ciri dari profil tanah sebagai berikut.
Keterangan horizon tanah:
Horizon O
Horizon ini dapat kita temukan pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu. Horizon O merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral.
Horizon A
Horizon ini terdiri atas campuran bahan organik dan bahan
mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian.
Horizon B
Horizon yang terbentuk dari proses penimbunan (iluviasi) dari
bahan-bahan yang tercuci dari horizon A.
Horizon C
Horizon C tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur.
Horizon R
Horizon R tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan.
3. Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan
bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna
tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut.
a. Hue, warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
b. Value, menunjukkan kecermelangan cahaya.
c. Chroma, menunjukkan kemurnian relatif panjang
gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku
pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda
bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
4. Struktur dan
tekstur tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah
akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki
bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah
iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah
iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada
horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada
horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan
atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah.
Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah.
Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pasir. g.
Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h.
Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i.
Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j.
Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k.
Liat berdebu.
f. Debu. l.
Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan
dengan memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar
halusnya tanah).
5. Sistem
klasifikasi tanah
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri
atas berbagai macam. Sebab banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi
yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut.
Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan
singkatan dari kata latin solum. Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah
dibagi menjadi sepuluh macam.
a.
Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau
oksida. Tanah ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran
besi dan aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke merah coklat
sampai coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritik, latosol, dan
laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah tahun 1949).
b.
Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang
ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached). Warnanya merah
sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog (gambut), glei humus
rendah.
c.
Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region bervegetasi
sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika yang memiliki musim
kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
d.
Entisol,
yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih
baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk jenis tanah
ini adalah tanah alluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.
e.
Inceptisol,
yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun,
sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi dalam hampir semua region
iklim.
f.
Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang
sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
g.
Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0.
Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem
(prairies), rendzina, dan sebagainya.
h.
Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan
alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya mengandung
lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang termasuk tanah ini adalah
grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-brown
i.
Aridisol,
yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya rendah,
warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun atau
j.
semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis
ini adalah reddish dessert, sierozem, dan raddish brown.
k.
Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan
gambut (bog).
6. Jenis-jenis
tanah di Indonesia
Sebagian besar tanah di Indonesia merupakan tanah vulkanis.
Walau demikian, jika lebih dikhususkan lagi maka jenisnya sangat beraneka
ragam, antara lain sebagai berikut.
a. Tanah gambut
atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari
hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak
terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna
coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi
tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat
asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1)
Gambut
ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai
ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir
selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah
dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2)
Gambut
topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi)
antara rawarawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur
hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah),
Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3)
Gambut
pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan,
berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1)
Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih
tinggi.
2)
Gambut
oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara,
biasanya selalu tergenang air.
3)
Gambut
mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan,
berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk
struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang
hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial
pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan
di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan
induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah
dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat
kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng
miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi
horizon, kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal,
konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning.
Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000
cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal
hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis,
bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis,
kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka
erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf
vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid,
curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun
g. Podsolik merah
kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur
lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam
(pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga
kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir
kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan
horizon terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur
lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir
kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation
sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan
kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya
di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan
kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra
Utara dan Irian Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organic tinggi,
tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin
berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini
berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran merah
– kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga
dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh
hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila
basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras
(limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan
lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu
(gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor
lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh
hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat
asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat
dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga
sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah
(Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan
tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari
tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang
hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah
dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan
mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah.
Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran,
terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah
latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.
7. Penyebab
terjadinya kerusakan tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
a. Penyebab
kerusakan tanah
Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
sebagai berikut:
1) Perusakan hutan
Akibat hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan
mengurangi kemampuannya dalam menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah tererosi.
2) Proses kimiawi
air hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah
melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis.
3) Proses mekanis
air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores
tanah di permukaannya, sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak
bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik kubik serta
kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran. Air hujan dapat
pula menghanyutkan lumpur dan terjadinya longsor, sehingga terjadi banjir
lumpur di daerah hilir. Selain itu, air hujan dapat mengakibatkan terkumpulnya
garam di daerah perakaran (salinisasi) dan penjenuhan tanah oleh air (waterlogging).
4) Aktivitas
manusia
Aktivitas manusia dalam mengolah lahan atau tanah yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi dapat mempercepat rusaknya tanah.
b. Dampak kerusakan
tanah terhadap kehidupan
Kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi. Erosi tidak
hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga
kerusakan-kerusakan di tempat lain yaitu hasil-hasil erosi tersebut diendapkan.
1) Kerusakan di
tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat
hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian
tanah ini mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Penurunan produktifitas tanah.
b)
Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman.
c)
Kualitas tanaman menurun.
d)
Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan
air berkurang.
e)
Struktur tanah menjadi rusak.
f)
Lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah
tanah.
g)
Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan
terbagi-bagi dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami.
h)
Pendapatan petani berkurang.
2) Kerusakan di
tempat penerima hasil erosi
Erosi dapat juga menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat
penerima hasil erosi. Erosi dapat memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa
kimia yang ada di dalamnya, seperti unsur-unsur hara tanaman (N, fosfor, bahan organik
dan sebagainya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, Endrin dan
lain-lain).
3)
Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores
tanah di permukaannya, sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi,
hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula
menghanyutkan lumpur, sehingga terjadi banjir lumpur.
Pengendapan bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang
dikandungnya dapat dikatakan sebagai polusi (pencemaran) di tempat
tersebut. Pencemaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat tanah, disebut polusi
sedimen, sedangkan pencemaran oleh senyawa-senyawa kimia yang ada di dalam
tanah, disebut polusi kimia. Polusi kimia dari tanah dapat dibedakan menjadi
polusi kimia dari unsur hara (pupuk) dan polusi kimia dari pestisida/
herbisida.
Polusi sedimen adalah pengendapan bahan tanah yang tererosi ke
tempat lain. Pengendapan ini dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Pendangkalan sungai, sehingga kapasitas sungai
menurun. Akibatnya bisa terjadi banjir, apalagi kalau banyak air mengalir
sebagai aliran permukaan (run off) karena hilangnya vegetasi di daerah
hulu.
b)
Tanah-tanah yang subur kadang-kadang menjadi
rusak karena tertimbun oleh tanah-tanah kurus atau batu-batuan, pasir, kerikil
dari tempat lain.
c)
Apabila digunakan untuk air minum, maka air
yang kotor itu perlu lebih banyak biaya untuk membersihkannya.
d)
Karena air yang keruh, dapat mengurangi
fotosintesis dari tanaman air (karena sinar matahari sulit menembus air).
e)
Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang
diangkut mempengaruhi keseimbangan sungai tersebut. Apabila terjadi pengendapan
di suatu dam, maka air yang telah kehilangan sebagian dari bahan yang
diangkutnya tersebut akan mencari keseimbangan baru dengan mengikis dasar
saluran atau pondasi dari dam tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan.
f)
Kadang-kadang polusi sedimen dapat memberi
pengaruh baik yaitu bila terjadi pengendapan tanah-tanah subur, misalnya
tanah-tanah aluvial di sekitar sungai.
4) Polusi kimia
dari pupuk
Polusi kimia dari pupuk merupakan polusi unsur-unsur hara
tanaman. Tanah-tanah yang dipindahkan oleh erosi pada umumnya mengandung unsure
hara lebih tinggi daripada tanah yang ditinggalkannya. Hal ini disebabkan lapisan
tanah yang tererosi umumnya adalah lapisan atas yang subur.
Di samping itu fraksi tanah yang halus (debu) lebih mudah
tererosi. Oleh karena itu, unsur hara dari pupuk terutama P sebagian besar
diserap butirbutir tanah tersebut maka banyak unsur P yang hilang karena erosi.
Di samping itu, sebagian besar P dalam tanah sukar larut sehingga P diangkut ke
tempat lain bersama bagian-bagian padat dari tanah. Unsur-unsur hara yang mudah
larut seperti Nitrogen (Nitrat), umumnya diangkut ke tempat lain bersama dengan
aliran permukaan (run off) atau air infiltrasi (peresapan).
Ada beberapa akibat polusi kimia tanah, antara lain sebagai berikut:
a)
Polusi unsur hara N dan P pada air irigasi memberi
akibat baik karena dapat menyuburkan tanaman.
b)
Polusi N pada air minum dapat membahayakan
kesehatan. Misalnya terlalu banyak Nitrat akan menyebabkan penyakit pada bayi
yang dikenal dengan nama Metahemoglobinemia.
c)
Polusi unsur hara di danau dapat mengganggu
keseimbangan biologis. Danau yang tadinya miskin unsur hara (oligotropik)
diperkaya dengan unsur P dan unsur hara lain sehingga kesuburannya meningkat
menjadi sedang (mesotropik), dan seterusnya menjadi subur (eutropik). Proses ini
disebut proses eutrofikasi.
Sebagai akibat proses eutrofikasi ini maka terjadilah
perkembangan algae yang sangat banyak (algae bloom), sehingga mengurangi
tersedianya oksigen bagi ikan dan makhluk lain yang hidup dalam air tersebut.
Selain itu, air yang penuh algae akan mempunyai rasa dan bau yang tidak enak
untuk keperluan air minum. Pencegahan polusi unsur hara yang terbaik adalah
dengan cara pemberian pupuk sedemikian rupa, sehingga semua unsur hara dapat
diserap tanaman. Dalam prakteknya, hal demikian tidak mungkin dapat dilakukan sehingga
dianjurkan penanggulangan yang lebih praktis yaitu dengan cara mencegah
terjadinya erosi dan run off yang berlebihan dengan menggunakan kaidah-kaidah
pengawetan tanah dan air.
5) Polusi kimia
oleh bahan-bahan pestisida
Pestisida dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu
pestisida yang mudah larut (hancur) dan pestisida yang sukar hancur. Golongan
yang sukar hancur (larut) merupakan polusi pestisida yang utama. Di samping
sukar larut, jenis pestisida ini diserap oleh butir-butir tanah halus seperti
halnya unsur P sehingga lebih banyak terangkut ke tempat lain bersama
tanah-tanah yang tererosi. Seperti halnya unsur hara, polusi pestisida banyak
menimbulkan masalah pada persediaan air, terutama mengganggu pada bidang
kesehatan.
Ada hal yang perlu diketahui yaitu terjadinya proses biomagnifications
melalui siklus rantai makanan untuk beberapa jenis pestisida, terutama yang
dapat diserap dengan kuat dalam jaringan tubuh seperti DDT. Dengan proses
ini, pestisida yang mula-mula berkonsentrasi sangat kecil yang tidak membahayakan
lalu semakin banyak dan menjadi fatal (dapat menyebabkan kematian).
Pencegahan terjadinya polusi pestisida dapat dilakukan dengan
membatasi penggunaan pestisida yang banyak menimbulkan residu seperti DDT,
Aldrin, Dieldrin, dan sebagainya. Pencegahan yang paling baik sudah barang
tentu mencegah terjadinya erosi dari sumbernya. Dengan cara ini, pestisida dan unsur
hara yang terikat dalam butir-butir tanah (DDT, Aldrin, Dieldrin) dapat dicegah
untuk tidak menjadi sumber polusi. Unsur hara dan pestisida yang mudah larut
masih dapat mengalir ke tempat lain bersama air (run off dan infiltrasi),
tetapi sumber polusi jenis ini tidak terlalu begitu membahayakan.
8. Usaha mengurangi
erosi tanah
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached)
dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air,
angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting disebabkan
oleh air. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan, diperlukan upaya-upaya yang
menjadi metode dalam rangka pelestariannya. Metode pengawetan tanah pada
umumnya dilakukan untuk:
1) melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
2) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3) mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4) meningkatkan stabilitas agragat tanah.
Ada tiga metode pengawetan tanah, yaitu metode vegetatif, metode
mekanik atau teknik, dan metode kimia.
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara
menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat
efektif dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui
metode vegetatif antara lain sebagai berikut:
1)
Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman
tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara lapisan
bawah.
2)
Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras
seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan
diambil kayunya.
3)
Penanaman
secara kontur (contour strip cropping), yaitu
menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan
aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok
dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%.
4)
Penanaman
tumbuhan penutup tanah (buffering),
yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara.
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat
erosi, dan memperkaya bahan organik tanah.
5)
Penanaman
tanaman secara berbaris (strip
cropping), yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah
angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak tanaman diperbesar. Sedangkan pada
daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya dirapatkan. Fungsinya
untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan.
6)
Pergiliran
tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman
secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan
dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara.
b. Metode mekanik
atau teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui
teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run
off), menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak
Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik, antara
lain sebagai berikut:
1)
Pengolahan tanah
menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan
tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan
memperbesar resapan air.
2)
Pembuatan
tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam
pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat
tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
3)
Pembuatan
teras (terrassering), yaitu membuat
teras-teras (tanggatangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan
mengurangi erosi.
4)
Pembuatan
saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk
memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat
diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif apabila metode
mekanik dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya terrassering dan
buffering.
c. Metode kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah
dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga
air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off)
tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak
dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Sekarang ini umumnya
masih dalam tingkat percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan
untuk tujuan ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari
bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misal dengan perbandingan 1:3,
kemudian dicampur dengan tanah.
Ringkasan
Tenaga geologi dibedakan atas tenaga endogen dan tenaga eksogen
yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi. Muka bumi adalah bagian terluar
dari lapisan bumi, baik yang berupa daratan maupun perairan.
Vulkanisme adalah aktivitas magma di dalam kulit bumi, baik yang
bergerak meresap di antara batuan di dalam kulit bumi maupun yang sampai keluar
permukaan bumi. Tektonisme adalah terjadinya dislokasi batuan di dalam bumi,
atau perubahan posisi atau letak dari komplek batuan, baik yang mengakibatkan
putusnya hubungan batuan atau tidak. Berdasarkan bentukan alam yang dihasilkan,
diastropisme dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu patahan dan lipatan.
Patahan (sesar) terdiri atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar.
Jenis-jenis letusan gunungapi ada yang erupsi eksplosif dan
erupsi epusif. Cara keluarnya magma, dapat dibedakan menjadi erupsi sentral,
erupsi linear, dan erupsi areal. Berdasarkan penyebab terjadinya letusan,
dibedakan menjadi erupsi magmatik dan erupsi preatik. Material gunungapi dapat
dibedakan menjadi material cair, material gas dan material padat.
Gempa bumi adalah getaran asli yang berasal dari lapisan kulit
bumi bagian dalam, yang dirambatkan di antara lapisan batuan dalam kulit bumi kemudian
sampai ke permukan. Gempa bumi dapat terjadi karena tektonik, vulkanik, dan
runtuhan.
Kulit bumi (litosfer) dibentuk oleh berbagai jenis batuan utama,
yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan beku berdasarkan
tempat pembekuan magma, dapat dibedakan menjadi batuan beku, batuan beku kerak
dan batuan beku luar. Batuan sedimen atau endapan terbentuk melalui proses
pengendapan. Batuan metamorf adalah batuan yang sudah mengalami perubahan wujud
dan susunan kimia akibat peningkatan suhu dan tekanan.
Tenaga eksogen yang merobek-robek bentukan muka bumi adalah air,
angin, suhu, dan es. Pengerjaannya melalui suatu proses pelapukan, pengikisan atau
erosi, masswasting, dan pengendapan.
Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya
proses pembentukan tanah. Faktor pembentuk tanah terdiri atas iklim (suhu dan
curah hujan), organisme, bahan induk, dan waktu.
Sifat fisik tanah dapat dilihat dari warna tanah, struktur
tanah, dan tekstur tanah. Penentuan tekstur tanah didasarkan perbandingan
banyaknya butirbutir pasir, debu, dan liat. Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu
sama lain yaitu lempeng (platy), prisma (prosmatic), tiang (columnar), gumpal
bersudut (angular blocky), gumpal membulat (sub angular blocky), granuler
(granular), dan remah (crumb).
Metode pengawet tanah pada umumnya dilakukan untuk melindungi
tanah dari curahan langsung air hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah,
mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah), meningkatkan stabilitas
agregat tanah. metode pengawetan tanah terdiri atas metode vegetatif, metode
mekanik, dan metode kimiawi.
Glosarium
Antiklin : bagian yang terangkat dan merupakan
punggungan di daerah lipatan, diapit oleh sinklin.
Atol : terumbu karang berbenluk
lingkaran penuh atau terputuspulus dengan genangan air laut di tengahnya yang dinamakan
lagun, pada umumnya merupakan pulaupulau di bawah permukaan air laut.
Batolit : massa batuan beku dalam yang
berukuran besar terjadi dari butiran hablur mineral yang kasar.
Bom : batuan produk vulkanik
berbutir besar, berasal dari magma yang terlempar ketika gunungapi meletus dan
membeku di luar. Produk vulkanik lain berturut-turut makin kecil ialah lapili,
pasir vulkanik, dan abu vulkanik. Berbagai produk vulkanik itu dinamakan juga
eflata ataupiroklastik.
Coral :
organisme pembentuk terumbu karang yang pada umumnya hidup berkoloni di laut
yang dangkal agar mendapat cahaya matahari dan berkerangka kapur.
Delta :
lapisan-lapisan sedimen yang membentuk dataran yang luas pada bagian sungai
yang mendekati muaranya.
Diatrema : pipa kepundan gunungapi. Ketika
gunungapi masih aktif, diatrema merupakan tempat magma mengalir ke luar dan
jika gunung telah tidak aktif lagi, diatrema merupakan batuan beku pengisi pipa
tersebut.
Ekstrusi :
proses peresapan magma melalui lapisan litosfer sampai ke permukaan bumi.
Geyser : sumber air panas yang memancar
secara berkala sebagai gejala pasca vulkanik. Gletser aliran es pada palung berbentuk
U di daerah yang bersuhu kurang dari 0°C.
Graben :
bagian yang turun di daerah tektonik patahan berdampingan dengan Horst.
Horst : bagian yang terangkat di daerah
tektonik patahan bersebelahan dengan slenk atau graben.
Isohyps : garis pada peta yang menghubungkan
titik-titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan laut.
Lahar : aliran lumpur yang mengangkut
material vulkanik dari lereng gunungapi karena aliran air hujan (lahar hujan) atau
aliran air danau kepundan bercampur magma.
Lapili : benda vulkanik berbentuk kerikil
lebih besar daripada pasir vulkanik dan abu vulkanik, tetapi lebih kecil
daripada bom.
Lava :
magma yang telah sampai ke permukaan bumi.
Magma : batuan cair pijar yang bersuhu
tinggi dan mengandung berbagai unsur dan mineral yang berbentuk padat, cair maupun
gas yang terletak di bawah litosfer.
Meander : kelokan setengah lingkaran pada alur
sungai yang terjadi karena erosi di bagian luar dan sedimentasi pada bagian dalam
kelokan sungai. Dalam perkembangan selanjutnya dapat terbentuk meander (cut
off) dan sungai mati (oxbow lake).
Mëlange : sedimen yang terjadi dari campuran
berbagai batuan dan terdapat di suatu areal yang dapat dipetakan. Fragmen-fragmen
pembentuk melange itu bermacammacam dalam susunan, ukuran besar maupun
bentuknya serta tempat fragmen itu terbentuk.
Oxbow lake : sungai
mati, danau telapak kuda.
Pasca
vulkanik : peristiwa vulkanisme setelah aktivitas gunungapi berhenti, meliputi
sumber termal, sumber air mineral, geiser, sumber gas (fumarol, mofet, dan
solfatar).
Petrologi : ilmu yang mempelajari batuan. U
(Palung) : palung berbentuk huruf U sebagai tempat gletser mengalir atau bekas
aliran gletser seperti palung fyord.
V (Palung) : palung
berbentuk huruf V sebagai tempat sungai mengalir.
Vulkanisme : peristiwa kegunungapian meliputi intrusi
dan ekstrusi magma serta segala peristiwa yang terkait.
Kegiatan kelompok
1)
Setelah kalian mengetahui gejala dan jenis
gempa, coba kalian amati jenis gempa apa yang terjadi di Aceh dan Yogyakarta?
Bagaimana hubungan gempa dengan gelombang tsunami yang terjadi dan mengapa
terjadi di sana?
2) Diskusikan dengan teman kalian tentang contoh jenis-jenis batuan
yang ada di sekitar sekolah. Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan, lakukan kunjungan
ke museum geologi Bandung.
Tugas mandiri
Untuk menguji pengetahuan kamu mengenai konsep erosi. Lakukan
percobaan berikut.
1. Letakkan pasir, pasir berbatu, dan tanah liat pada wadah yang berbeda.
2. Tempatkan masing-masing di sebuah pipa yang agak lebar.
3. Posisi pipa harus miring ± 10-200, lalu kucurkan sedikit air pada ketiga bahan tersebut.
4. Amati dan catat, media mana yang paling mudah tererosi, kemudian kamu teliti untuk mengetahui alasannya.
5. Kegiatan ini dapat menjadi proyek sains kamu untuk menambah wawasan dan pengetahuan kamu.
a. antiklin
b. monoklin
1. Letakkan pasir, pasir berbatu, dan tanah liat pada wadah yang berbeda.
2. Tempatkan masing-masing di sebuah pipa yang agak lebar.
3. Posisi pipa harus miring ± 10-200, lalu kucurkan sedikit air pada ketiga bahan tersebut.
4. Amati dan catat, media mana yang paling mudah tererosi, kemudian kamu teliti untuk mengetahui alasannya.
5. Kegiatan ini dapat menjadi proyek sains kamu untuk menambah wawasan dan pengetahuan kamu.
UJI
KOMPETENSI
I.
Pilihan
Ganda
Pilihlah
salah satu jawaban yang paling tepat.
1. Tenaga
pengubah bentuk permukaan bumi yang berasal dari luar bumi dinamakan ....
a. tenaga hidrologi d. tenaga eksogen
b. tenaga geologi e. tenaga gempa
c. tenaga endogen
2. Proses
endogenik antara lain .....
a. vulkanisme d.
sedimentasi
b. pelapukan e.
pengikisan
c. erosi
3. Lapisan
kulit bumi paling atas yang terbentuk oleh berbagai jenis batuan disebut ....
a. astenosfer d.
hidrosfer
b. lithosfer e.
mantel
c. barisfer
4. Peristiwa
letusan gunungapi, dengan kandungan magma yang keluar melalui retakan yang
memanjang dinamakan erupsi ....
a. linier d.
areal
b. sentral e.
memusat
c. strato
5. Batuan beku seperti granit, diorit gabro,
memiliki bentuk kristal-kristal yang sempurna. Tampilan tersebut dikarenakan
pada proses pembentuknya,
yaitu ....
a. pembekuan magma berlangsung lambat pada
bagian dalam kulit bumi
b. pembekuan magma pada lapisan kulit bumi
dekat permukaan dan relative lebih cepat
c. pembekuan magma di permukaan bumi dan
relatif cepat
d. pembekuan magma bervariasi antara lambat
dan cepat di dalam lapisan kulit bumi
e. magma mengandung banyak mineral batuan
6. Sumber
atau tempat penyebab gempa yang letaknya jauh di dalam bumi dinamakan ....
a. seismogram d.
hiposentrum
b. episentrum e.
hipotermia
c. tsunami
7. Kalian
amatilah gambar berikut, huruf R pada gambar menunjukan ....
|
c. graben
d. sinklin
e. lipatan
8. Batuan
yang telah mengalami pelapukan disebut batuan ....
a. malihan d.
sedimen
b. metamorf e.
pasir
c. korok
9. Tenaga yang bekerja dari dalam bumi dengan
arah vertikal dan horizontal yang mengakibatkan perubahan lokasi, disebut ....
a. patahan c.
sesar
b. horst e.
graben
c. lipatan
10. Pegunungan Sirkum Pasifik terbentang ....
a. mulai dari pantai Pasifik Amerika, Jepang,
Filipina, Irian, Australia, sampai Selandia Baru.
b. mulai dari Jepang, pantai Pasifik Amerika,
Filipina, Irian, Australia, sampai Selandia Baru.
c. mulai dari Filipina, pantai Pasifik
Amerika, Irian, Australia, Jepang, sampai Selandia Baru.
d. mulai dari pantai Pasifik Amerika, Irian,
Filipina, Australia, Jepang, sampai Selandia Baru.
e. Pegunungan Rocky di Amerika dan berakhir di
Pegunungan Alpen
11. Gerak turunnya daratan sehingga kelihatan permukaan air
laut, disebut ....
a.
epirogenetik positif d.
orogenetik positif
b.
epirogentik negatif e.
orogenetik positif dan negatif
c. orogenetik
negatif
12. Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan, dan
ledakan secara bergantian, bahannya berlapis-lapis, merupakan ciri gunung api
....
a. maar c.
perisai
b. strato e.
merapi
c. perret
13. Gempa yang terjadi karena meletusnya gunungapi, disebut ....
a. gempa
vulkanis d.
gempa tektonik
b. gempa
guguran e.
gempa runtuhan
c. gempa
tektonik vulkanis
14. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang) dapat dengan
mudah melarutkan batu kapur (CaCO3). Contoh tersebut merupakan jenis pelapukan
....
a. organis d.
kimiawi
b. mekanis e.
vegetatif
c. mekanis
kimiawi
15. Bahan-bahan silikat pijar dalam wujud padat, cair, dan gas
dinamakan ....
a. lava d.
magma
b. lahar e.
lapili
c. solfatara
16. Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan
tanah, kecuali ....
a. pupuk d.
bahan induk
b. manusia e.
organik
c. topografi
17. Horizon tanah yang terbentuk dari proses illuviasi dari
bahan-bahan yang tercuci yaitu ....
a. horizon A d.
horizon E
b. horizon B e.
horizon D
c. horizon R
18. Proses pembentukan tanah yang masih tampak percampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur batuannya,
yaitu ciri ....
a. tanah muda d.
tanah tua
b. tanah dewasa e.
tanah berlanjut
c. tanah laterit
19. Struktur tanah berbentuk tiang dapat ditemukan pada ....
a. horizon B
pada daerah iklim kering
b. horizon B
pada daerah iklim basah
c. horiozon A
pada daerah iklim kering
d. horizon A
pada daerah iklim basah
e. horizon C
pada segala musim
20. Berikut ini merupakan cara mengawetkan tanah dengan
menggunakan metode vegetatif, kecuali ....
a.
penghijauan d.
contour village
b. buffering e.
semua salah
c. strip cropping
II. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara tepat.
1. Apakah yang dimaksud tenaga endogen dan tenaga eksogen?
2. Apa yang kamu ketahui mengenai konsep vulkanisme?
3. Jelaskan bahan-bahan yang dikeluarkan gunungapi yang meletus?
4. Peristiwa gempa tercatat pada seismograf di stasiun pencatat
gempa di Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai berikut:
a. Gelombang
longitudinal tercatat pada jam 08 25’25"
b. Gelombang
transversal tercatat pada jam 08 26’40"
Hitunglah
jarak episentrum gempa di Meulaboh tersebut!
5. Jelaskan empat jenis
masswasting berdasarkan kecepatannya!
6. Sebutkan tujuh faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
7. Mengapa keadaan
relief suatu daerah berperan dalam membentuk tanah?
8. Jelaskan tiga unsur
penyusun warna tanah!
9. Sebutkan sepuluh
jenis tanah menurut taksonomi tanah tahun 1970!
10. Jelaskan tiga metode pengawetan tanah!
Refleksi
1. Setelah kamu mempelajari dinamika perubahan litosfer dan
pedosfer pada bab ini. Bagaimana tanggapan kamu?
2. Manfaat apa yang
dapat kamu lakukan dalam rangka pelestarian kesuburan tanah di bumi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar