TEKNIK DASAR PEMETAAN
(Sumber: Atlas Indonesia)
Setelah
mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:
•
menunjukkan komponen-komponen peta
•
mengidentifikasi prinsip dasar peta dan pemetaan
•
mempraktikkan prinsip proyeksi peta ke bidang datar
•
membuat peta lingkungan sekitar/sekolah
PETA KONSEP
Jika kamu pergi ke suatu tempat yang belum pernah kamu kenal,
misalnya untuk mencari alamat seseorang atau teman, bagaimana perasaanmu?
Apakah kamu takut tersesat atau nekad pergi mencarinya? Kedua perasaan tersebut
tidaklah mencerminkan seorang geografi. Kamu bisa menghilangkan perasaan tersebut dengan bantuan
sebuah peta. Peta merupakan alat utama di dalam ilmu geografi. Peta akan
memberikan informasi kepada kamu mengenai berbagai tempat yang ada di permukaan
bumi ini. Bahkan melalui peta, kamu dapat mengamati ketampakan permukaan bumi
lebih luas daripada batas pandang manusia.
Permukaan bumi dengan segala isinya merupakan sesuatu yang
terlalu luas untuk dapat dijelajahi. Manusia beserta makhluk hidup lainnya,
sungai, laut, daratan, gunung, lembah, kota, negara, adalah berbagai fenomena
alam dan budaya yang tersebar mengisi permukaan bumi ini. Semua hasil
ciptaan-Nya tersebut adalah semata-mata untuk manusia, sehingga manusia penting
mengetahuinya. Walau demikian, kita memiliki keterbatasan untuk dapat
mengetahui semua informasi yang tersebar di berbagai belahan bumi ini. Kita hanya
dapat mengenal keadaan dan rupa dari permukaan bumi sejauh batas pandangannya
mengizinkan. Karena itu, agar pola dari seluruh atau sebagian permukaaan bumi
dapat ditangkap dalam sekali pandangan maka dibuatlah bumi yang diproyeksikan
dalam bentuk peta.
Pada bab ini, kamu akan mempelajari prinsip-prinsip dasar peta
dan teknik pemetaan. Dengan mempelajarinya, diharapkan kamu memiliki kemampuan dalam
mendeskripsikan prinsip-prinsip dan mempraktikkan keterampilan dasar peta dan
pemetaan. Tetapi sebelumnya, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan kamu
tentang peta, coba amati kedua gambar berikut!
Dari contoh gambar di atas, coba kamu pahami tentang apa yang membedakan
peta dengan denah dan di mana letak persamaannya!
Kata Kunci : Peta,
pemetaan, proyeksi
A. KOMPONEN PETA
Kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Peta mulai ada dan digunakan
manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih
dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi
suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87 M – 150 M), Claudius Ptolomaeus
mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan
diberi nama “Atlas Ptolomaeus”.
Istilah peta diambil dari bahasa Inggris yaitu map. Kata itu berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Menurut ICA
(International Cartographic Association), peta adalah suatu
gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari
permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa. Dengan demikian, peta adalah gambar, akan tetapi tidak semua gambar
adalah
peta.
Penggunaan skala pada peta merupakan perbandingan antara bidang gambar
dengan permukaan bumi sebenarnya. Permukaan bumi tidak mungkin digambar sesuai
ukuran aslinya, sehingga harus diperkecil dengan perbandingan tertentu. Karena
peta sebagai gambaran permukaan bumi pada sebuah bidang datar, sedangkan bumi
merupakan benda berbentuk bola maka untuk membuat peta, baik sebagian maupun
seluruh permukaan bumi harus menggunakan teknik proyeksi tertentu. Ilmu yang
mempelajari tentang pengetahuan dan teknik pembuatan peta disebut kartografi, sedangkan
orang yang ahli membuat peta disebut kartografer.
Pada awalnya, pembuatan peta hanya untuk menggambarkan permukaan
bumi yang bersifat umum. Setelah itu, peta berkembang sehingga menggambarkan hal-hal
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembuat dan pengguna peta. Dengan
demikian, peta yang biasa kamu temukan sangat benyak jenisnya. Banyaknya jenis
peta tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya tujuan pembuatan peta,
jenis simbol dan skala yang digunakan, atau kecenderungan penonjolan bentuk
fenomena yang akan digambarkan. Dari sekian banyak jenis peta, pada dasarnya
dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala
peta.
Menurut isi peta, dibedakan atas peta umum dan peta khusus.
1. Peta umum, adalah peta
yang menggambarkan seluruh penampakan yang ada di permukaan bumi, baik bersifat
alamiah (misalnya sungai, danau, gunung, laut, hutan, dan lain-lain) maupun
budaya atau buatan manusia (misalnya: batas wilayah, jalan raya, kota,
pelabuhan udara, perkebunan, dan lain-lain). Contoh peta umum antara lain: peta
dunia, peta korografi, peta rupa bumi dan peta topografi.
2.
Peta khusus disebut pula peta tematik, adalah peta yang menggambarkan atau menyajikan informasi
penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi. Pada peta ini, penggunaan
simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai tema yang dinyatakan pada judul
peta. Beberapa contoh peta tematik antara lain: peta iklim, peta geologi, peta
penggunaan lahan, peta persebaran penduduk, dan lain-lain.
Kedua jenis peta tersebut dapat kamu lihat dan bandingkan seperti pada gambar
1.2.
Menurut skala yang dibuat, peta dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan 1
: 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.
2.
Peta skala
besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 :
5.000 sampai dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi
3.
Peta skala
sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 :
250.000 sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.
4.
Peta skala
kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 :
500.000 sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.
5.
Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.
Peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponennya,
agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan bagi pengguna peta.
Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta, yaitu sebagai
berikut.
1. Judul peta
Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta kamu dapat segera
mengetahui data daerah mana yang tergambar dalam peta. Contoh: Peta Penyebaran Penduduk
Pulau Jawa., Peta Tata Guna Tanah Propinsi Bali, Peta Indonesia, dan lainnya.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Sebab, biasanya sebelum
membaca isi peta, para pengguna pasti terlebih dahulu membaca judul peta. Judul
peta hendaknya memuat atau mencerminkan informasi sesuai isi peta. Selain itu,
judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. Judul peta,
biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta atau dapat juga diletakkan di
bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu ketampakan dari keseluruhan peta.
2. Skala peta
Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di
peta dengan jarak sebenarnya, dan satuan ukuran yang sama. Skala sangat erat
kaitannya dengan data yang disajikan. Skala peta dicari dengan menggunakan
rumus berikut:
Bila ingin menyajikan data rinci maka digunakan skala besar,
misalnya 1 : 5.000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan ketampakan
secara keseluruhan maka digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1.000.000.
Contoh:
Untuk peta yang memiliki skala 1 : 100.000, berarti jarak 1 cm
di peta sama dengan 100.000 cm jarak sebenarnya di permukaan bumi. Penulisan
skala pada peta dapat berupa skala angka seperti di atas, atau dalam bentuk
skala garis (skala grafis). Garis atau batang pengukur tersebut dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama.
Contoh:
Skala garis di atas dapat dibaca satuan jarak 1 cm di peta
berbanding lurus dengan satuan jarak 5 km di lapangan. Apabila skala garis
tersebut dikonversi atau diubah menjadi skala angka maka dapat ditulis menjadi 1
: 500.000. Atau kamu dapat membuatnya dalam bentuk skala kalimat (skala verbal)
karena skala dinyatakan dalam bentuk kalimat. Skala ini biasanya terdapat pada
peta-peta buatan Inggris, dan umumnya kurang digunakan.
Misalnya kita menemukan kalimat “One inch equals approximately 4,5 miles” (satu inci kurang lebih sama dengan 4,5 mil). Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa satuan jarak 1 inci (2,5 cm) di peta berbanding
lurus dengan satuan jarak 4,5 mil jarak sebenarnya di lapangan.
3. Legenda atau
keterangan
Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang
terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh pengguna peta, agar tujuan pembuatannya
mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu,
legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak
mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan. Lihat gambar 1.4.
4. Tanda arah atau
tanda orientasi
Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya pada suatu peta.
Gunanya untuk menunjukkan arah utara, selatan, timur dan barat. Tanda orientasi
perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Tanda arah pada peta biasanya
berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Petunjuk ini diletakkan di
bagian mana saja dari peta, asal tidak mengganggu ketampakan peta.
5. Simbol
Gambar yang ada pada peta merupakan informasi geografis yang berhubungan
dengan bentuk wilayah beserta kenampakan fenomena alam atau budaya (buatan
manusia). Misalnya; sungai, gunung, danau, rawa-rawa, laut, batas wilayah,
perkampungan, kota, jalan raya, penduduk, dan lainlain.
Fenomena alam dan budaya tidak mungkin digambarkan pada peta
sama persis dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi. Untuk memberi tanda fenomena
yang terdapat pada suatu wilayah, dipergunakan lambang tertentu yang memiliki
makna dan mudah dipahami oleh banyak orang (pengguna peta). Lambang tersebut
dinamakan simbol peta.
Penggunaan simbol-simbol pada peta bersifat konvensional,
artinya; sesuai dengan kelaziman umum atau dapat dimengerti secara umum.
Pemakaian symbol berlaku menurut skala peta. Pada peta tematik yang bertujuan
untuk menampilkan fenomena tertentu maka pemakaian simbol akan menonjolkan
bagian tertentu tersebut. Misalnya pada peta jalan maka simbol jalan digambar lebih hitam atau lebih tebal daripada
biasanya.
Simbol yang dapat ditemukan pada sebuah peta, secara garis besar
dapat kita golongkan menjadi empat jenis, yakni: simbol warna, simbol titik, symbol garis, dan simbol wilayah. Adapun wujud simbol dalam kaitannya dengan unsur yang
digambarkan dapat dibedakan atas wujud piktorial,
geometrik, dan huruf. Sebelum kita membahas jenis-jenis simbol peta, simaklah gambar
1.6 di bawah ini.
a. Simbol warna
Penggunaan simbol warna untuk kenampakan geografis pada peta
memiliki makna tertentu. Misalnya, penggunaan warna hijau pada peta rupa bumi
berbeda maknanya jika digunakan pada peta iklim. Berikut ini dijelaskan secara
singkat penggunaan warna pada peta:
1)
Kenampakan hipsografi atau relief muka bumi,
menggunakan warna dasar coklat, dari coklat muda sampai coklat tua. Makin tua
warna coklat makin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut. Lihat pada
contoh peta di atas, warna coklat tua digunakan untuk daerah pegunungan.
2)
Kenampakan hidrografi atau wilayah perairan
(sungai, danau, laut), menggunakan warna dasar biru, dari biru muda (hampir
putih) sampai biru tua (kehitaman). Makin tua warna biru makin dalam letak
suatu tempat dari permukaan air laut. Perhatikan contoh peta, warna biru muda digunakan
untuk laut dangkal dan warna biru tua untuk laut dalam.
3)
Kenampakan vegetasi (hutan, perkebunan),
menggunakan warna dasar hijau. Warna hijau juga digunakan untuk menggambarkan
wilayah dataran rendah.
4)
Kenampakan hasil budaya manusia (misal; jalan,
kota, pemukiman, batas wilayah, pelabuhan udara), menggunakan warna merah dan
hitam. Jalan raya dan kota biasanya digambarkan dengan simbol berwarna merah. Jalan
kereta api, batas wilayah dan pemukiman, biasanya digambarkan dengan simbol
berwarna hitam.
5)
Warna putih pada peta juga digunakan untuk
menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi, misalnya es di kutub utara dan
selatan pada Peta Dunia.
Penggunaan simbol warna pada peta akan lebih indah dilihat dan kenampakan
yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas. Tidak ada peraturan yang baku
mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna adalah bebas,
sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum.
Contohnya: untuk laut atau danau digunakan warna biru; untuk temperature (suhu)
digunakan warna merah atau coklat; untuk curah hujan digunakan warna biru atau
hijau; daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 – 3000 meter) digunakan
warna coklat tua; Untuk dataran rendah (pantai) ketinggian 0 – 200 meter dari
permukaan laut digunakan warna hijau.
b. Simbol titik
Pada peta umum, simbol titik biasanya digunakan untuk
menggambarkan sifat (kualitas) kenampakan geografis yang mengutamakan aspek
letak. Kenampakan-kenampakan tersebut misalnya; gunung api, kota, danau, pelabuhan
udara, dan lain-lain. Pada peta khusus (tematik), penggunaan simbol titik dapat
menggambarkan nilai (kuantitas) persebaran kenampakan geografis. Misalnya, pada
peta persebaran penduduk. Besar-kecilnya dan kerapatan simbol titik pada peta
tersebut dapat menggambarkan kepadatan penduduk di suatu wilayah.
Simbol titik pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
symbol piktorial dan simbol geometrik.
1) Simbol
piktorial adalah simbol yang menggambarkan kenampakan
geografis, khususnya kenampakan budaya (buatan manusia) yang mirip dengan
keadaan sebenarnya. Misalnya dipergunakan untuk menggambarkan pelabuhan laut
(gambar jangkar), pelabuhan udara (gambar pesawat terbang), mesjid (gambar
bulan bintang), rel kereta api, taman, dan lain-lain.
2) Simbol geometrik adalah simbol yang menggunakan gambar-gambar bangun geometrik pada peta, seperti lingkaran, segitiga, persegi panjang, atau gabungannya.
2) Simbol geometrik adalah simbol yang menggunakan gambar-gambar bangun geometrik pada peta, seperti lingkaran, segitiga, persegi panjang, atau gabungannya.
c. Simbol huruf
Simbol huruf dipergunakan bersama-sama dengan simbol lain dan sifatnya melengkapi. Simbol huruf, biasanya menggunakan huruf awal atau inisial dari kata yang akan ditampilkan, bahkan terkadang menggunakan angka.
Simbol huruf dipergunakan bersama-sama dengan simbol lain dan sifatnya melengkapi. Simbol huruf, biasanya menggunakan huruf awal atau inisial dari kata yang akan ditampilkan, bahkan terkadang menggunakan angka.
d. Simbol garis
Pada peta umum, simbol garis dipergunakan untuk menggambarkan
sifat (kualitas) kenampakan geografis yang bentuknya memanjang, seperti;
sungai, garis pantai, jalan raya, jalan kereta api, dan batas wilayah.
Pada peta tematik, simbol garis digunakan pula untuk
menggambarkan kuantitas (jumlah) suatu kenampakan atau gejala geografis. Pada
simbol garis, ada yang diberi angka untuk menunjukkan nilai tertentu, misalnya
pada garis kontur untuk menunjukkan ketinggian. Simbol garis yang digunakan
untuk menyatakan kuantitas, dikenal dengan istilah isolines. Isolines adalah
garisgaris di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki kesamaan dalam
gejala geografis yang ditonjolkannya. Ada pula yang dinamakan Isopleth,
yaitu garis-garis di peta yang menghubungkan tempat dengan nilai
distribusi yang sama. Isopleth dapat berupa sebagai berikut:
1)
Isohipse, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
ketinggian yang sama dari permukaan laut.
2)
Isobar, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
memiliki tekanan udara yang sama.
3)
Isotherm, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
suhu udara yang sama.
4)
Isohyet, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
curah hujan yang sama.
5)
Isoseista, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
kerusakan fisik yang sama akibat gempa bumi.
e. Simbol wilayah
Simbol wilayah disebut juga simbol bidang atau simbol area. Simbol ini
dipergunakan untuk menggambarkan kenampakan geografis berbentuk area, seperti:
kawasan pemukiman, areal persawahan, areal perkebunan, pulau, benua, dan
lain-lain.
6. Peta inset (peta
sisipan)
Peta inset merupakan peta yang disisipkan karena wilayah yang
digambar merupakan bagian dari peta utama atau peta yang menggambarkan wilayah yang
lebih luas daripada wilayah yang digambarkan.
7. Sumber dan tahun
pembuatan peta
Bila kamu membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi
kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan dalam
peta tersebut benar benar absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil
rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si pembaca peta dapat mempercayai
data atau informasi tersebut. Selain sumber, perhatikan juga tahun
pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau
tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah
terlalu lama.
Selain komponen-komponen di atas, satu hal yang penting dari
peta adalah toponim. Toponim merupakan penamaan objek geografi di permukaan bumi.
Setiap objek di permukaan bumi memiliki sejarah dan cerita. Oleh karena itu,
penamaan objek tersebut harus menggunakan bahasa daerah setempat atau lokal.
Dari nama objek atau gejala tersebut akan memudahkan menelusuri sejarah dan
cerita dari kejadian dari objek atau gejala tersebut, seperti Gunung Tangkuban
Parahu. Nama Tangkuban Parahu kita sudah mengenal bahasanya dan akan mudah
mencari cerita terjadinya Tangkuban Parahu.
Dari uraian materi tadi dapat disimpulkan bahwa semua yang ada
pada peta dinamakan komponen-komponen kelengkapan peta, yang sangat penting bagi
kamu untuk mengenal dan membaca peta.
B. PRINSIP DASAR
PETA DAN PEMETAAN
Pada prinsipnya, peta merupakan gambaran seluruh atau sebagian
dari permukaan bumi yang diperkecil pada sebuah bidang datar atau diproyeksikan
dalam dua dimensi dengan metode dan perbandingan tertentu atau skala. Gambar
yang ada pada peta merupakan informasi geografis yang berhubungan dengan bentuk
wilayah beserta kenampakan fenomena alam dan budaya.
Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan dalam pembuatan sebuah
peta. Di dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan.
Adapun yang dimaksud pembuatan peta dalam hal ini bukan dalam pengertian pemetaan
wilayah. Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta adalah:
1.
menentukan daerah yang akan kamu petakan;
2.
membuat peta dasar (base map) yaitu peta yang
belum diberi simbol;
3.
mencari dan mengklasifikasikan (menggolongkan)
data sesuai dengan kebutuhan;
4.
membuat simbol-simbol yang mewakili data;
5.
menempatkan simbol pada peta dasar;
6.
membuat legenda (keterangan), dan
7.
melengkapi peta dengan tulisan (lettering)
secara baik dan benar.
1. Tata cara
penulisan pada peta
Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer)
yaitu sebagai berikut:
a.
Nama geografis ditulis dengan bahasa dan
istilah yang digunakan penduduk setempat. Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa
Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatra Utara). Nama sungai ditulis searah dengan
aliran sungai dan menggunakan huruf miring.
b
Nama jalan di tulis harus searah dengan arah
jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
2. Memperbesar dan memperkecil peta
Setelah kamu memahami langkah-langkah dalam membuat peta,
jenisjenis simbol peta dan penggunaannya, sekarang kita pelajari bagaimana cara
memperbesar dan memperkecil peta. Langkah-langkah untuk memperbesar peta sama
halnya dengan memperkecil peta, hanya tinggal kebalikannya. Langkahlangkah yang
bisa kamu lakukan, sebagai berikut.
a. Menggunakan grid
Memperbesar dan atau memperkecil peta dengan bantuan grid atau
garisgaris koordinat yaitu dengan memberikan garis khayal pada peta yang
terdiri atas garis lintang dan garis bujur.
Jika gambar suatu daerah diperbesar, berarti bentuk daerah
tetap, tetapi ukuran panjang dan lebar diperbesar, bilangan pembagi skala
menjadi lebih kecil, dan detail gambar makin banyak. Sebaliknya jika gambar
suatu daerah diperkecil maka bentuk daerah tetap, tetapi ukuran panjang dan
lebar diperkecil, bilangan pembagi skala menjadi lebih besar, dan detail gambar
semakin sedikit.
Urutan kerja sebagai berikut:
1)
Menentukan daerah yang akan digambar, misalnya
menggambar Peta Pulau Jawa, diketahui peta asli skala 1 : 15.000.000 berukuran
40 ×30 cm.
2)
Menentukan pembesaran atau pengecilan gambar:
a) Jika skala daerah yang akan digambar menjadi 1 : 7.500.000 ini
berarti peta skala diperbesar 2 kali dan ukuran peta diperbesar 2 kali menjadi
80 × 60 cm.
b) Jika skala daerah yang akan digambar menjadi 1 : 30.000.000, ini
berarti skala peta diperkecil ½ kali dan ukuran peta diperkecil ½ kali menjadi 20
× 15 cm.
3)
Menarik garis-garis yang sejajar garis tepi
peta asli, sehingga terbentuk petak-petak. Jarak antargaris disesuaikan dengan
ukuran pembesaran atau pengecilan. Misalnya jika peta asli berukuran petaknya 4
× 4 cm maka peta yang baru 8 × 8 cm jika diperbesar, menjadi 2 × 2 cm jika
diperkecil.
4)
Melakukan langkah yang sama seperti tahap 3
pada kertas lain yang dipersiapkan untuk memindahkan gambar.
5)
Meniru pola garis yang membentuk gambar daerah
dalam peta asli pada kertas yang sudah dipersiapkan. Penarikan arah garis
disesuaikan dengan titik-titik potong antara garis yang membentuk gambar daerah
dengan garis-garis yang membentuk petak-petak pada peta asli.
Setelah tiruan gambar daerah pada peta selesai dilakukan, tahap
terakhir ialah melengkapi bagian-bagian (komponen-komponen) peta pada gambar yang
baru.
Contoh:
Peta berskala 1 : 100.000 akan diperbesar 2 kali, maka skala
peta tersebut menjadi 1 : 50.000. (Lihat gambar 1.15).
b. Fotocopy
Cara yang harus kamu lakukan yaitu dengan memfotocopy peta
tersebut. Bila kamu ingin memperbesar peta maka gunakanlah mesin fotocopy yang dapat
memperbesar peta. Sebelum difotocopy, usahakan peta yang akan diperbesar
skalanya sudah dirubah dalam bentuk skala garis atau batang, agar perubahan
hasil peta yang diperbesar akan sesuai dengan perubahan skalanya. Akan tetapi,
jika masih dalam bentuk skala angka maka akan sangat sulit menyesuaikannya.
Contoh:
Mengubah skala angka ke skala garis Skala 1 : 100.000 menjadi,
Artinya, jarak 10 cm di peta mewakili jarak 10 km di lapangan.
c. Menggunakan alat pantograf
Selain dengan memperbesar grid dan memfotocopy untuk memperbesar
dan memperkecil peta, maka dapat menggunakan alat pantograf. Di bawah ini
disajikan gambar sketsa dari pantograf.
Pantograf dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan jajaran genjang. Tiga
dari empat sisi jajaran genjang (a, b dan c) mempunyai skala faktor yang sama.
Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan, yaitu memperbesar
atau memperkecil peta. Pada alat ini juga digunakan formulasi yaitu:
Setelah didapat besarnya skala faktor, kemudian pantograf diatur
sehingga masing-masing lengan pantograf memiliki skala faktor sama dengan 20.
Selanjutnya peta yang akan diperbesar letakkan di tempat B dan kertas gambar
kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian
gerakkan B mengikuti peta asal, melalui kaca pengamat atau dijiplak.
3. Proyeksi peta
Peta merupakan gambaran dari seluruh atau sebagian permukaan
bumi yang diproyeksikan pada sebuah bidang datar dengan menggunakan skala. Bentuk
muka bumi tidaklah beraturan, sehingga sangatlah sulit bila dilakukan perhitungan
dari hasil pengukuran untuk dijadikan sebuah bidang datar (peta). Untuk itu,
diperlukan suatu bidang lain yang teratur yang mendekati bentuk muka bumi yang
sebenarnya. Bidang tersebut adalah elipsoida dengan jarak dan luas tertentu, bidang inilah yang dapat kita
sebut sebagai bentuk matematis dari muka bumi.
Dari cara menggambarkan bentuk elipsoida ke bentuk datar dapat
digunakan rumus matematik tertentu yang disebut dengan proyeksi peta. Proyeksi
peta adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang lengkung atau bola
pada suatu bidang datar. Apabila sebuah globe (bola bumi) kita buat menjadi
sebuah bidang datar tanpa diproyeksikan terlebih dulu maka akibatnya akan
menjadi sobek-sobek. Demikian pula, jika globe tersebut dibuka menjadi bidang
datar dengan memisahkan kedua kutubnya atau dengan cara yang lain, seperti terlihat
pada gambar berikut.
Beberapa ketentuan umum dalam proyeksi peta, adalah sebagai
berikut:
a. Bentuk yang diubah harus tetap;
b. Luas permukaan yang diubah harus tetap;
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan
yang diubah harus tetap;
d. Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.
Memenuhi keempat syarat tersebut dalam mengubah bidang lengkung menjadi
sebuah bidang datar adalah hal yang tidak mungkin. Apabila suatu syarat dapat
dipenuhi, berarti mengorbankan syarat lainnya. Karena itu, untuk dapat membuat
rangka peta yang meliputi beberapa bagian muka bumi, kita harus mengadakan
kompromi di antara keempat syarat tersebut. Akibatnya muncullah berbagai
proyeksi peta, yang setiap proyeksi mempunyai kebaikan dan kelemahan. Apabila
terdapat sebuah proyeksi yang menyatakan sama bentuk dan sama luas, hal itu
hendaknya diartikan bahwa proyeksi yang bersangkutan sampai tingkat tertentu
dapat memenuhi syarat tersebut.
Akibat adanya kompromi untuk menyesuaikan peta menurut kegunaannya,
sehingga terjadi beberapa perubahan, yaitu perubahan jarak, perubahan sudut, dan
perubahan luas. Dengan demikian, perlu diusahakan adanya suatu system proyeksi,
agar tetap dipertahankan suatu hubungan sudut yang sama serta tetap
dipertahankan suatu hubungan luas yang sama dari bentuk-bentuk tertentu pada
bidang yang satu ke bidang yang lain.
Untuk memahami dan mengaplikasikan kenyataan-kenyataan ini dalam
memproyeksikan suatu bidang bola ke suatu bidang datar, perlu diketahui bahwa
skala hanya terdapat pada satu titik dan skala dapat berlainan dalam arah
yang berlainan. Sebagai bukti kita lihat gambar berikut.
Perlu diingat bahwa penyimpangan atau kesalahan yang terjadi
pada saat mengubah bidang lengkung menjadi bidang datar dinamakan distorsi peta.
Untuk menghasilkan peta yang baik, terdapat beberapa jenis
proyeksi peta sebagai berikut.
a. Menurut bidang proyeksinya
1) Proyeksi silinder atau tabung, adalah proyeksi peta yang diperoleh dengan cara memproyeksikan
permukaan globe pada bidang silinder.
2) Proyeksi
kerucut, adalah proyeksi peta yang diperoleh dengan
cara memproyeksikan permukaan globe pada sebuah kerucut.
3) Proyeksi
azimuthal, adalah proyeksi peta yang diperoleh dengan
cara memproyeksikan globe pada sebuah bidang datar.
4) Proyeksi
konvensional, ialah proyeksi peta yang tidak
diklasifikasikan dalam proyeksi silinder, kerucut, maupun azimuthal, tetapi
diperoleh atas dasar ketentuan sendiri.
b. Menurut garis karakternya
Garis karakter yang dimaksud
dalam proyeksi ini adalah garis yang selalu melalui pusat globe yang merupakan
sumber bidang proyeksi. Proyeksi berdasarkan garis karakternya terdiri atas:
1)
Proyeksi normal, garis karakternya berhimpit
dengan sumbu bumi.
2)
Proyeksi miring, garis karakternya membentuk
sudut dengan sumbu bumi.
3)
Proyeksi melintang, bila garis karakternya
tegak lurus dengan sumbu globe.
c. Menurut distorsinya
1) Proyeksi
conform (orthomorphic), yaitu
proyeksi peta yang menunjukkan bentuk daerah-daerah kecil di peta sama
bentuknya di muka bumi/globe. Dalam proyeksi ini sudut perpotongan antara dua
garis di muka bumi atau globe sama dengan sudut perpotongan dua agaris di atas
petanya. Karena itu, semua garis paralel dan meridian akan senantiasa
berpotongan pada 90o (tegak lurus sesamanya) dan perbandingan
panjang di antara kedua garis tersebut sama seperti di muka bumi/globe.
Proyeksi ini cocok untuk menunjukkan arah dan banyak digunakan untuk
kepentingan petapeta navigasi.
2) Proyeksi equal area (equivalent), yaitu proyeksi peta yang menunjukkan luas daerah pada peta
sama dengan di muka bumi pada skala yang sama. Hal ini berarti masing-masing
persegi panjang di antara garis parallel dan meridian digambarkan dalam luas
yang sebenarnya pada muka bumi. Proyeksi ini baik sekali untuk menggambarkan
penyebaran fenomena yang bersifat kuantitatif, misalnya penyebaran produksi
padi, kelapa, jagung, dan sebagainya.
3) Proyeksi
equidistant, yaitu proyeksi yang menggambarkan jarak atau
yang melalui pusat peta digambarkan menurut panjang yang sebenarnya seperti
pada permukaan bumi dalam skala yang sama. Jarak-jarak lain yang tidak melalui
pusat peta, tidak diperlihatkan secara jelas, sedangkan arah dari pusat kota ke
berbagai tempat digambarkan secara jelas. Proyeksi ini baik bagi peta navigasi
yang rutenya melalui atau bertolak dari pusat peta. Peta dapat digambar dengan
berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek
yang sama yang memungkinkan kita untuk memvisualisasikan dunia dengan mudah,
informatif dan fungsional.
C. MEMBUAT PETA
LINGKUNGAN SEKITAR ATAU SEKOLAH
Peta yang biasa Anda lihat dan gunakan merupakan hasil
pengukuran jarak dan arah pada daerah yang dipetakan. Agar Anda lebih memahami tentang
peta, sebaiknya Anda untuk terjun langsung mempraktikannya walaupun masih
dengan teknik dan alat yang sederhana. Anda bisa lakukan praktek pemetaan
dengan membuat peta lingkungan sekitar atau peta sekolah. Alat yang bisa
digunakan adalah kompas untuk pengukuran arah, meteran untuk pengukuran jarak,
dan busur untuk menggambarkan arah hasil pengukuran di kertas.
1. Kompas dan cara
penggunaannya
Kompas terdiri atas sebuah jarum yang satu ujungnya selalu
menunjuk arah utara dan ujung satunya lagi menunjuk arah selatan. Arahkanlah
kompas pada suatu objek dan geserlah ke objek lainnya. Apa yang terjadi dengan jarum
kompas tersebut? Ya, jarum kompas ikut bergeser juga, bukan? Jarum kompas
tersebut selalu menunjuk ke arah utara. Jika kompas digeser ke berbagai arah,
maka jarum kompas akan selalu bergerak menuju ke arah utara.
Kompas juga terdiri atas piringan kompas yang di atasnya
terdapat angka derajat (0 sampai 360 derajat). Piringan tersebut ikut bergerak
seiring bergeraknya jarum kompas. Posisi suatu objek ditentukan dengan melihat
angka derajat pada piringan kompas oleh suatu pointer (garis penunjuk). Jika
pointer menunjukkan angka 270 derajat, maka posisi benda tersebut sebesar 270 derajat
dari utara.
Adapun langkah-langkah penggunaan kompas yang harus Anda pahami adalah
sebagai berikut:
a.
Tentukanlah objek yang akan dibidik yaitu
objek yang tak bergerak, misalnya tiang listrik, pohon, perempatan jalan, dan
lain-lain. Jika sulit, bawalah tongkat yang bisa ditancapkan atau tiang yang
bisa berdiri. Bisa juga salah satu teman Anda menjadi objek bidikan.
b.
Bukalah penutup kompas dan bidiklah objek yang
telah ditentukan tersebut! Arahkan pandangan pada objek searah dengan kawat
pembidik yang ada pada bagian penutup kompas. Tunggu sampai jarum pada kompas relatif
stabil menunjuk pada arah utara magnet. Ketepatan bidikan diperoleh dengan
mengarahkan fokus yang telah tersedia pada kompas.
c.
Perhatikanlah angka derajat yang ditunjukkan
oleh tanda penunjuk besarnya sudut. Besarnya sudut yang dibuat antara titik
tempat kita membidik dengan tempat sasaran kompas disebut Azimut.
Sedangkan Back Azimut merupakan tempat sasaran bidikan ke tempat asal kita membidik,
sehingga sudut yang dibentuk kebalikannya, maka harus dikurangi 180° atau
ditambah 180°.
Ketepatan pengukuran arah dengan menggunakan kompas ini
dipengaruhi oleh ketepatan membidik dan ada tidaknya gangguan terhadap kompas
itu sendiri seperti adanya besi, baja dan aliran listrik di sekitar kompas.
Karena itu, objek bidikan harus stabil, perhatikan cara memegang kompas yang
benar, dan upayakan kompas yang digunakan untuk jauh dari benda-benda yang mengganggu
pada saat membidik objek. Lakukanlah latihan cara menggunakan kompas
berkali-kali dan jika memungkinkan bandingkanlah hasil bidikan pada objek yang
sama dengan rekan Anda.
2. Data hasil
pengukuran
Sekarang cobalah praktikkan cara menggunakan kompas di halaman sekolah
kamu masing-masing. Bagilah kelas kamu menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah kompas yang tersedia. Tiap kelompok pergi ke sebuah lokasi yang terbuka
atau halaman sekolah dan tentukan titik awal atau permulaan tempat membidik
yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya. Petakanlah sekolah kamu
tersebut dengan menggunakan kompas dan meteran. Langkah-langkah untuk
mendapatkan data hasil pengukuan dalam membuat peta sekolah adalah sebagai
berikut:
a.
Bawalah alat yang telah ditugaskan pada
pertemuan sebelumnya yaitu berupa pensil, penghapus, kertas catatan (HVS), dan
alas untuk mencatat.
b.
Tentukanlah titik/plot awal pemetaan. Upayakan
agar plot tersebut mudah diingat atau jika sulit tandailah dengan menggunakan
tongkat atau tanda lainnya.
c.
Jika plot telah ditentukan, maka kamu bisa
memulai membidik objek pada plot berikutnya. Posisi kompas harus tepat berada
di atas titik atau tanda plot pertama tadi. Selanjutnya tentukan besar sudut azimuth
dan back azimut hasil pengukuran yang terlihat pada kompas.
d.
Hasil pengukuran dicatat pada kertas yang
telah disediakan. Tulislah angka derajat (besar sudut azimut dan back azimut)
hasil bidikan pertama tadi.
e.
Setelah hasil pengukuran dicatat, maka
pekerjaan berikutnya adalah mengukur jarak antara plot pertama dengan plot ke
dua yang dibidik tadi. Catatlah hasil pengukuran masing-masing plot tadi!
f.
Setelah
dari plot A bergerak ke plot B, kemudian bidik dan ukur jarak plot C dari plot
B, plot C ke plot D, dan seterusnya. Lakukanlah pekerjaan tersebut untuk
plot-plot berikutnya sampai kembali ke plot A.
3. Merumuskan hasil
pengukuran
Jika pekerjaan pengukuran di lapangan telah selesai, maka tahap
berikutnya adalah merumuskan hasil pengukuran di kelas atau di laboratorium.
Tulislah data hasil pengkuran secara sistematis dalam bentuk tabel (seperti
pada table 1.1). Buatlah skala yang akan digunakan dan sesuaikan dengan ukuran
kertas yang tersedia. Sebagai contoh, peta yang akan digambar menggunakan skala
1 : 200, artinya 1 cm di peta menggambarkan 200 cm di lapangan atau 2 m di
lapangan. Setelah membuat skala yang akan digunakan, maka selanjutnya Anda
dapat menentukan luas kertas yang dibutuhkan untuk menggambarkan peta sekolah
hasil pengukuran kamu. Cermati masing-masing sudut dan jaraknya, sehingga
ukuran kertas yang diperlukan sesuai dengan ukuran peta yang akan digambar!
4. Membuat peta
sekolah hasil pengukuran
Siapkanlah sejumlah alat dan bahan untuk menggambar peta yaitu
kertas HVS, pensil, mistar, dan busur derajat. Setelah semuanya siap, maka
lakukanlah langkah-langkah untuk membuat peta dari hasil pengukuran lapangan
adalah sebagai berikut:
a.
Tentukanlah titik pertama atau plot A pada
kertas yang akan dibuat petanya. Perhatikanlah jarak dan sudut yang dibentuk
setiap plot, sehingga Anda dapat menentukan letak titik plot pertama atau A
pada kertas dan arah gambar selanjutnya tidak keluar dari kertas yang tersedia.
b.
Tentukanlah arah utara dari peta (orientasi
peta).
c.
Pada titik A, buatlah tanda silang (tegak
lurus).
d.
Pada titik A yang telah diberi tanda silang,
tentukan sudut garis A – B dengan menggunakan busur derajat. Besarnya sudut
berdasarkan hasil bidikan kompas dari A ke B (azimut). Tariklah garis dari A ke
B yang panjangnya sesuai dengan skala yang telah Anda tentukan. Sebagai contoh,
jika hasil pengukuran di lapangan dari A ke B adalah 22 meter dan skala gambarnya
1 : 200, maka garis tersebut panjangnya adalah 11 cm.
e.
Pada plot B, buatlah tanda silang seperti pada
plot A.
f.
Tentukan sudut garis B – C dengan menggunakan
busur derajat dan tarik garis sesuai dengan skala tadi.
g.
Lakukan langkah tersebut pada plot-plot
berikutnya sampai kembali ke plot A.
Apabila semua data telah digambarkan, coba kamu perhatikan peta
yang kamu buat tersebut! Apakah membentuk suatu poligon tertutup?
Jika peta yang dibuat berupa suatu wilayah atau poligon
tertutup, maka janganlah heran jika peta yang Anda buat ternyata tidak
membentuk sebuah poligon tertutup (pada contoh seperti gambar 1.19 seharusnya
peta yang dibuat berupa poligon tertutup dan kembali ke titik A). Kesalahan
biasanya terjadi karena kurang tepatnya bidikan, tidak tepatnya posisi
membidik, kesalahan membaca angka derajat pada kompas, dan lain-lain). Untuk
memperbaiki kesalahan tersebut, lakukanlah langkah-langkah berikut:
a.
Tarik garis yang menghubungkan kedua ujung
celah. Ukurlah panjang celahnya.
b.
Buatlah sebuah garis lurus mendatar yang
panjangnya sama dengan seluruh garis yang digambar tadi (dari titik A ke titik
A lagi).
c.
Pada salah satu ujung garis mendatar tadi,
buatlah garis tegak lurus yang panjangnya sama dengan panjang celah yang telah
diukur tadi.
d.
Tariklah garis dari ujung garis tegak lurus
tadi ke ujung garis mendatar, sehingga membentuk sebuah segitiga.
e.
Tempatkanlah titik A, B, C dan seterusnya
sampai titik terakhir pada garis mendatar tersebut. Panjang antartitik tersebut
sama dengan panjang hasil penggambaran sebelumnya, sehingga perlu diukur
terlebih dahulu.
f.
Buatlah garis tegak lurus pada masing-masing
titik atau plot sampai pada hipotenusa (garis berbentuk miring pada segitiga
siku-siku) seperti pada gambar 1.23.a
g.
Ukurlah panjang tiap garis tersebut dan
tempatkan pada masing-masing plot secara tegak lurus, seperti pada gambar
1.23.b.
h.
Buat garis keliling baru pada gambar bercelah
dengan menarik ujungujung garis tegak lurus, sehingga membentuk sebuah poligon
tertutup, seperti gambar 1.23.c.
i.
Hasil
perbaikan gambar telah selesai dilakukan seperti tampak pada gambar 1.23.d.
D. MEMBACA PETA
D. MEMBACA PETA
Kamu tidak hanya dituntut untuk mahir membuat peta sederhana
seperti yang dilakukan sebelumnya, melainkan kamu juga harus bisa bagaimana
cara membaca peta yang baik. Seperti harus memahami dengan baik semua symbol atau
informasi yang ada pada peta. Kalau kamu dapat membaca peta dengan baik dan
benar, maka kamu akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam
peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang
bersangkutan secara langsung. Ada beberapa hal yang perlu ketahui dalam membaca
peta antara lain:
1.
isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui
judul;
2.
lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan
garis bujur;
3.
arah, melalui petunjuk arah (orientasi);
4.
jarak atau luas suatu tempat di lapangan,
melalui skala peta;
5.
ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi
(ketinggian) atau melalui garis kontur;
6.
kemiringan lereng, melalui garis kontur dan
jarak antara garis kontur yang berdekatan;
7.
sumber daya alam, melalui keterangan
(legenda);
8.
kenampakan alam, misalnya relief,
pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota.
Ketampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan
peta.
Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara
lain sebagai berikut: peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai,
menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar; alur-alur yang lurus, menunjukkan
bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk
meander), menunjukkan daerah itu relatif datar; pola (bentuk) pemukiman
penduduk yang memusat dan melingkar; menunjukkan daerah itu kering (sulit air)
tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.
Dengan membaca peta, Anda akan dapat mengetahui:
1.
jarak lurus antarkota;
2.
keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu
daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa;
3.
keadaan topografi (relief) suatu wilayah;
4.
keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya
kepadatan dan persebarannya;
5. keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian,
persebaran sarana kota dan persebaran permukiman.
Ringkasan
Peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponennya
seperti judul peta, skala, legenda, tanda arah atau orientasi, simbol, peta
inzet, serta sumber dan tahun pembuatan peta.
Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta yaitu: 1)
menentukan daerah yang akan kamu petakan; 2) membuat peta dasar (base map) yaitu peta
yang belum diberi simbol; 3) mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan)
data sesuai dengan kebutuhan; 4) membuat simbol-simbol yang mewakili data; 5)
menempatkan simbol pada peta dasar; 6) membuat legenda (keterangan), dan 7)
melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar.
Untuk memperkecil distorsi pemindahan bentuk bumi yang bulat
pada bidang datar, digunakan teknik proyeksi. Terdapat beberapa jenis proyeksi peta,
yaitu proyeksi silinder, proyeksi kerucut, dan proyeksi azimuthal.
Pemetaan sederhana dapat dilakukan pengukuran dan pemetaan
sekolah dengan menggunakan alat kompas, meteran, dan busur. Walau demikian, pembuatan
peta sederhana memiliki prinsip yang sama jika melakukan pengukuran dengan
teodolit.
Glosarium
Komponen peta
: unsur-unsur yang harus terdapat dalam sebuah
peta agar mudah dibaca dan dipahami informasi yang ditampilkannya.
Peta topografi : peta yang
menggambarkan relief permukaan bumi.
Peta umum
: peta yang menggambarkan semua ketampakan
yang ada pada suatu daerah
secara umum.
Peta khusus : peta yang menggambarkan ketampakan-ketampakan tertentu dari
permukaan bumi baik kondisi fisik maupun sosial
budayanya.
Simbol peta : lambang pada peta yang digunakan untuk memberikan identitas yang dapat mewakili informasi
permukaan bumi.
Garis bujur : garis khayal pada peta yang membujur dari Kutub Utara ke Kutub
Selatan.
Skala peta : perbandingan jarak lurus antara dua titik sembarang di peta
dengan jarak horizontal atau jarak datar kedua titik itu di permukaan bumi
dengan satuan ukuran yang sama.
Skala grafis : skala yang dinyatakan dalam bentuk batang atau garis lurus.
Peta inset : peta sisipan adalah peta berukuran kecil yang disisipkan pada
peta utama.
Kegiatan
kelompok
Gambarlah peta dengan menggunakan data pada
tabel berikut!
Tugas
mandiri
Berdasarkan pengalaman membuat peta yang telah kamu miliki dan
hasil diskusi kelompok yang telah kamu laksanakan, buatlah suatu kesimpulan tentang cara
pembuatan peta berdasarkan hasil pengukuran lapangan!
UJI KOMPETENSI
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang tepat !
1. Persamaan antara
denah dan peta adalah sebagai berikut, kecuali ....
A.
menggambarkan suatu tempat sebagaimana kenampakannya dari atas
B.
menggunakan bidang datar
C. gambar
suatu tempat yang diperkecil dengan skala
D. terdapat
garis-garis koordinat
E. menggunakan sistem proyeksi peta
2. Peta yang
menggambarkan kenampakan tertentu di permukaan bumi disebut ....
A. peta umum D.
peta topografi
B. peta kadaster E.
peta tematik
C. peta dunia
3. Manakah di bawah ini
yang merupakan hakikat peta?
A. Sebagai
media untuk menyajikan informasi gejala geografis di permukaan bumi
B. Sebagai
ilmu bantu geografi
C. Sebagai
seni dan teknik menggambarkan bidang lengkung pada bidang datar
D. Sebagai
petunjuk jarak, luas, bentuk dan arah
E. Memberikan petunjuk agar tidak tersesat di
jalan
4. Unsur-unsur alam yang
digambarkan pada peta antara lain ....
A. jembatan,
pemukiman, perkebunan.
B. danau,
gunung, laut.
C. batas
wilayah, jalan raya, sungai.
D. pelabuhan
laut, rute pelayaran, kedalaman laut.
E. sungai, waduk, laut, dermaga.
5. Perbandingan ukuran
jarak di peta dengan jarak sebenarnya di muka bumi disebut ....
A. judul peta
D.
inset atau sisipan
B. simbol
peta E.
dkala peta
C. koordinat peta
6. Skala pada peta 1 :
25.000, jenis skala di atas ialah ....
A. skala
angka D.
skala kalimat
B. skala
garis E.
skala verbal
C. skala batang
7. Jika jarak dua titik di peta 5 cm dan jarak
sebenarnya di muka bumi 5 km, maka skala petanya adalah ....
A. 1: 5.000 D.
1 : 25.000
B. 1: 50.000 E.
1: 5.000.000
C. 1: 500.000
8. Warna dasar biru pada
peta biasaya digunakan untuk menggambarkan ....
A. hipsografi
D.
vegetasi
B. warna
dasar peta E.
budaya
C. hidrografi
9. Simaklah daftar
kenampakan geografis di bawah ini:
(1) sungai (6)
daerah rawa
(2) gunung (7)
suhu udara
(3) danau (8)
pelabuhan laut
(4) kota (9)
pemukiman
(5) batas wilayah
Manakah dari kenampakan di atas yang menggunakan simbol titik?
A. (1), (3) dan (5) D.
(5), (6), (7) dan (9)
B. (2), (4), (6) dan (9) E.
(2), (3), (4) dan (8)
C. (3), (6),
(7) dan (9)
10. Penulisan huruf yang baik untuk nama sungai, yaitu ...
A. huruf
besar tegak D.
huruf kecil miring
B. huruf
besar miring E.
huruf sambung miring
C. huruf kecil tegak
11. Dataran rendah pada peta topografi diberi warna ....
A. biru D.
hijau
B. kubing E.
kuning tua
C. kuning muda
12. Syarat-syarat peta ....
A. bersih,
rapi dan indah
B. jarak di
peta sama dengan jarak di lapangan
C. dapat
ditangkap maknanya
D. memiliki
judul, skala, dan legenda
E. memberikan makna yang sebenarnya
13. Tujuan pembuatan peta yang paling tepat ialah ....
A. menyajikan
informasi permukaan bumi melalui gambar
B. menyajikan
informasi gejala-gejala yang ada di permukaan bumi
C. menyajikan
informasi keruangan gejala-gejala yang ada di permukaan bumi
D. menyajikan
informasi lokasi dan tempat-tempat di permukaan bumi
E. menyajikan informasi persebaran keruangan
di permukaan bumi
14. Pengetahuan khusus yang mempelajari peta dinamakan ....
A. kartografi
D.
geodesi
B. geografi E.
topografi
C. kartograf
15. Simbol garis yang menggambarkan batas provinsi adalah ....
A. + + + + + D.
+.+.+.+.+
B. - - - - .
—.—.—.—
C. + - + - + -
16. Simbol titik pada sebuah peta umumnya menunjukkan ....
A. isi D.
jumlah
B. kota E.
jalan raya
C. sungai
17. Setiap peta mencantumkan hal-hal di bawah ini, kecuali ....
A. legenda D.
tahun pembuatan
B. skala peta
E.
ukuran luas peta
C. petunjuk arah
18. Sebuah peta diperbesar 5 kali, maka skalanya apabila memakai
pantograph adalah ....
A. 100 D.
400
B. 200 E.
500
C. 300
19. Alat untuk mengukur jarak langsung adalah ....
A. kompas D.
yalon
B. tali
meteran E.
patok
C. theodolite
20. Utara yang menunjukkan arah utara sebenarnya, disebut ....
A. utara
magnetis D.
utara vertikal
B. utara
geografis E.
utara horizontal
C. utara grid
II. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1.
Jelaskan perbedaan proyeksi apabila ditinjau
dari sifat-sifat asli yang dipertahankan!
2.
Sebutkan langkah-langkah prinsip pokok dalam
pembuatan peta!
3.
Bagaimana langkah-langkah dalam memperbesar
dan memperkecil sebuah peta?
4.
Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan
dalam metode pembuatan petadengan alat bantu sederhana: kompas dan meteran?
5.
Tentukan skala petanya jika diketahui jarak
antara titik A dan titik B di peta2,5 sedangkan jarak sesungguhnya adalah 50
km!\
6.
Jelaskan penggunaan simbol warna dalam peta
tematik!
7.
Berikan contoh-contoh fenomena yang
menggunakan simbol titik, simbol garis dan simbol area!
8.
Tentukan jarak antara titik X dan Y di peta
yang memiliki skala 1: 10.000.000, jika jarak sebenarnya di lapangan 2 km.
9.
Jelaskan perbedaan peta skala kecil dengan
peta skala besar dari luas wilayah cakupan dan kedetailannya!
10. Jelaskan kedudukan penting sebuah peta dalam ilmu geografi!
Refleksi
Setelah mempelajari bab ini, adakah materi yang belum kamu
pahami? Jika ada, maka materi apakah yang betul-betul belum kamu pahami
tersebut? Coba dipelajari kembali, sehingga proses belajarmu tuntas. Apabila
masih menemui kesulitan mengenai materi tersebut, diskusikanlah bersama
temantemanmu atau tanyakan kepada guru. Jika sudah betul-betul kamu pahami,
silakan untuk melanjutkan pada pembelajaran bab selanjutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar